Orang Baru

1220 Kata
Hari minggu pertama Ella sebagai Putri Kylie. Hari ini Ella memutuskan untuk bangun lebih awal. Tidak melakukan apa-apa membuat seluruh tubuhnya sakit dan pegal, maka dari itu Ella memutuskan untuk memulai harinya dengan joging kesekeliling rumah. Melihat begitu luasanya rumah ini saja sudah membuat nafas Ella berat. Gadis itu terkekeh kecil melihat tingkahnya. Ella memulai langkah pertamanya secara perlahan, gadis itu sekali-kali membuang nafasnya pelan. Ini baru saja pukul 6 pagi. Dan menurut Informasi yang didapatnya, belum ada orang yang bagun kecuali para pelayan yang sudah memulai pekerjaanya. Kakinya masih menyusuri halaman rumah, sesekali dirinya berhenti di pohon-pohon yang tampak berbuah. Ella mulai mengabsen, pohon mana saja yang sudah berbuah. Dia berjanji, setelah acara jogingnya selesai, ia akan mengambil beberapa buah dari atas pohon. "Alaaah, pohon cetek gini mah gampang" gumamnya dan sesekali ia melihat kekanan kiri. Jangankan pohon, gerbang tinggi saja selalu Ella panjat. Hal seperti ini sungguh mudah dilakukannya. Setelah selesai memutari rumahnya sebanyak 3 kali, Ella kembali kedepan pohon kelengkeng yang tepat disayap kiri rumahnya. Pohonnya tidak terlalu besar, dan memiliki banyak cabang. Sehingga memudahkan Ella untuk naik keatasnya. Ella bingung, apa sebenarnya tujuan orang rumah ini menanam pohon. Mengapa banyak hasil buah yang tidak diambil. Jika pohon ini ada di panti, kemungkinan besar, sebelum buahnya matang, anak-anak panti pasti sudah memetiknya. Ella masih tetap santai diatas pohon kelengkeng, sambil sekali-kali berujar kesal karna melihat kebawah, banyak buahnya yang sudah berbusukan. Ella tidak menyadari bahwa sudah 30 menit lebih dirinya berada diatas sana, sehingga mengkhawatirkan seluruh keluarganya. Khafi yang pertama kali bangun, langsung bangkit untuk pergi kekamar adiknya, Ella. Namun tidak ada siapa-siapa disana. Ini seperti dejavu. Melihat kamar Ella yang kosong, Khafi langsung berlari turun kebawah, berusaha mencari keberadaan Ella. "Tidak mungkin" berkali-kali Khafi menenangkan dirinya. Ia yakin, Ella tidak mungkin meninggalkan mereka lagi. Dilantai 2, ia menemukan seorang pelayan perempuan yang sedang membersihkan sofa. Khafi berteriak memanggil pelayan tersebut. "Dimana Karin?" ucap Khafi tidak sabaran. "A-ada tuan. Tadi nona sedang lari pagi di sekeliling rumah" ucap pelayan itu gugup. Tidak ingin membuang banyak waktu, Khafi kembali berlari keluar rumah. Dipandangi sekeliling halaman, berusaha mencari keberadaan Ella. Namun nihil, ia hanya menemukan tukang kebun yang sedang merawat bunga-bunga mamanya. Merasa ada yang mendekat, Mang Asep berbalik. Ia melihat tuan mudanya, Khafi, sedang berjalan kearahnya. "Ada apa ya Den?" tanya Mang Asep bingung. "Mang, lihat Karin dimana?" "Oh, non Karin ada den. Itu tadi saya lihat lagi diri-diri didepan pohon kelengkeng yang disayap kiri rumah den" jelas Mang Asep. Khafi mengerutkan keningnya, berusaha menebak apa yang sedang dilakukan adiknya itu. Tanpa mengucap trimakasih, Khafi kembali melanjutkan larinya menuju sayap kiri rumah. Dari jauh Khafi, tidak melihat ada siapa-siapa didekat pohon kelengkeng itu. Ingin memastikan, Khafi jalan lebih mendekat. "Karin!!" teriak Khafi marah setelah berada didepan pohon itu. Jelas ia marah. Khafi mendapati adiknya sedang berada diatas pohon. Kalau jatuh bagimana? Karin yang mendegar teriakan kakaknya, hampir saja jatuh karna terkejut. Ia mendapati kakaknya sedang berkacak pinggang dibawah sana, sambil memandanginya dengan marah. "Kamu ngapain disana? Astagaaa,, kalau jatuh bagaimana?" ucap Khafi kesal. "Apaan sih kak. Enggak bisa lihat aku lagi ngapain?" ucap Karin kesal. "Nanti kalau jatuh bagaimana sayang? Kan kamu juga yang sakit?" ucap Khafi lebih lembut. "Jangan bergerak banyak-banyak. Kakak ambilin tangga dulu!" lanjut Khafi. Ella yang tidak ingin moodnya rusak pun terpaksa mengikuti kata kakaknya. Padahal Ella tinggal lompat kebawah jika ingin turun. Ini hanya pohon 3 meter. Biasanya juga dia memanjat gerbang setinggi 5 meter. Sudah dipastikan selama seharian ini Ella dapat wajengan dari semua orang karna memanjat pohon. Ya ampun, ini hanya pohol 3 meter padahal. Tidak ingin membantah, Ella hanya mengiyakan semua omongan orang rumah. Rusak sudah moodnya. Ingatkan kalau Ella itu sebenarnya gadis keras. Ia tidak terbiasa melangkah setelah disuruh. Ini memang terasa asing, tapi mau bagaimana lagi. Ella tidak boleh egois. Ia harus memikirkan perasaan orangtuanya dan para kakak-kakaknya. ^^^ Seperti hari biasanya, Ella memilih menghabiskan waktunya dirumah sambil menonton TV. Kapan lagi dia bisa bersantai seperti ini? Ella bahkan menolak ajakan Kennan untuk menghabiskan waktu mereka dengan nonton di bioskop. Ella sendiri heran dengan tingkah orang kaya jaman sekarang. Dirumah sendiri sudah ada bioskop, mengapa masih mau nonton diluar lagi? "Yah, habis!" Kalvin mengembalikan bungkusan cemilan kosong itu kepada Kenzo. "Ambilin yang baru Zoo!" perintah Khafi semena-mena. "Kok gue sih?" ucap Kenzo kesal. "Kamu yang paling kecil. Jadi ngalah kalai disuruh" Kennan ikut berucap, dan langsung diangguki Kalvin. "Kan lu yang habisin bang. Ya elo dong yang ambil. Apaan itu adek paling kecil. Enggak ada ya!" ucap Kenzo bersungut-sungut. Khafi yang kesal melihat tingkah adik-adiknya akhirnya buka suara. Namun tangannya masih tidak menjauh dari telinga Karin. Sedari tadi dia asik mengelusi daun telinga Karin. "Ck, ambilin aja kenapa si Zo!" ucap Khafi mulai kesal. Karin yang mendengar pertengkaran mereka jadi kesal sendiri,akhirnya bersuara. "Apaan yang mau diambil? Biar aku ambilin" Kesal Karin sambil bangkit dari acara sandar-sandarannya di d**a Khafi. Khafi yang tidak suka Ella beranjak, akhirnya memandang Kenzo tajam. Ia kembali mengarahkan Ella untuk tetap duduk, namun dibalas dengan tatapan tajam oleh Karin.             Satu hal yang dapat disimpulkan dari sini. Semua orang takut kepada Khafi. Namun hanya satu orang yang paling Khafi pedulikan, yaitu Ella. Sambil bersungut-sungut, akhirnya Kenzo mulai jalan menuju dapur. Mengambil beberapa cemilan yang dibutuhkan. Ia tidak menyadari bahwa Ella juga mengikuti langkahnya. "Kak!" bisik Ella pelan, menyuruh Kenzo untuk mendekat. "Apaan sayang?" "Tau dimana night club Zerox?" ucap Ella pelan. Ia tidak ingin kakak-kakaknya yang lain mendegar pembicaraanya. Kenzo mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti arah pembicaraannya dengan Ella. "Tau. Kenapa sayang?" ucap Kenzo ikut berbisik. "Antarin aku dong kesana ntar malam" ucap Ella santai. "Apa?" Kenzo membulatkan matanya tidak percaya. "Tidak. Kamu mau ngapain disana?" tanya Kenzo marah. "Janji dulu mau ngantarin aku" ucap Ella ngotot. "Enggak. Kakak enggak bisa janji. Kamu tau kan baby, itutuh tempat yang gak baik. Apalagi kita masih dibawah umur" jelas Kenzo. "Iya, aku tau kok. Tapi aku mau nemuin seseorang disana. Please, antarin aku ya kak" ucap Ella memohon. Kenzo masih belum menerima ajakan Ella. Banyak hal yang perlu dipikirkannya. Bisa-bisa, dia mati ditangan ketiga kakakknya kalau ketauan membawanya ke club malam. Membayangkan saja sudah buat Kenzo bergidik ngeri. "No sayang. Kakak aja enggak pernah masuk kedalam club malam. Dengar panci mama jatoh aja kakak gemetarannya 3 hari. Gimana kalau sampai masuk sana. Bisa-bisa kakak kejang-kejang berhari-hari" ucap Kenzo masih keukeuh. "Lagian ya sayang, kalau semisalnya bang Khafi, Kalvin sama si Kennan tau, bisa-bisa kakak bakal babak belur nanti" lanjut Kenzo. "Yasudah kalau kakak enggak mau antar. Aku pergi sendiri aja. Toh disini banyak taksi yang bisa antarin" ucap Ella keras kepala. Setelah berpikir cukup lama, Kenzo akhirnya mengangguk lemah. Ia tidak mungkin membiarkan adiknya pergi sendiri. Ia juga tidak tahu apa alasan adiknya sampai ngotot untuk pergi kesana. Tapi satu hal yang dapat Kenzo simpulkan, Ella pasti akan melakukan apa yang dikatakannya. Mengapa dirinya selalu disiksa ya olloh. Enggak abangnya, adeknya, selalu saja buat dirinya susah. Setelah mendapati persetujuan Kenzo, Ella memilih untuk naik kelantai atas menuju kamarnya. Ia ingin memastikan apakah pesan yang dia kirim sudah dibalas atau belum. Karna sehabis sarapan tadi, Ella mendapati sebuah pesan misterius yang mengatakan mengenal Ella semenjak SMP,dan memintanya untuk datang ke Night Club Zerox. Padahal Ella sama sekali tidak pernah bertukar kontak dengan orang-orang Yang di Malang. Ella hanya ingin membuang rasa penasarannya, maka ia menerima ajakan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN