Raka duduk di kasur lipat yang ada di kontrakannya. Ia mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya lewat pemantik api. Matanya memandang kearah jendela. Air hujan kembali menetes membasahi kota Yogyakarta pagi ini.
Jam masih menunjukan pukul 07.45 tapi rasa-rasanya Raka tak ingin melakukan apapun selain merokok dan memikirkan wanita itu. Senyumnya terbit tatkala mengingat senyum serta marahan wanita itu.
"Ck, bisa gila ya gua," gumamnya. Badannya memutar lalu mengambil gitar di samping badannya.
Jari-jarinya mulai memetik senar gitar itu. Membawanya untuk menyanyikan lagu Nothing's Gonna Changes My Love For You milik George Benson.
If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long
With you I see forever, oh, so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong
Our dreams are young and we both know
They'll take us where we want to go
Hold me now, touch me now
I don't want to live without you
Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you
If the road ahead is not so easy
Our love will lead the way for us
Like a guiding star
I'll be there for you if you should need me
You don't have to change a thing
I love you just the way you are
So come with me and share the view
I'll help you see forever too
Hold me now, touch me now
I don't want to live without you
Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Raka menghentikan nyanyiannya masih dengan senyum yang merekah lebar.
"Huft, cewek cardigan. Wherever you are i still love you," katanya sembari menidurkan tubuhnya di atas kasur lipat itu.
***
Nara membuatkan segelas s**u coklat hangat untuk Daffa. Daffa sedang menonton televisi sambil telentang. Nara tersenyum lembut, lalu menghampiri anaknya.
"Nih dek susunya!"
Daffa bangun lalu mengambil s**u dari tangan Nara. Ia meniup susunya, lalu meminumnya. Hujan pagi ini membuat semua orang bermalas-malasan.
"Bunda?" Panggil Daffa, setelah hening beberapa detik.
"Hhm iyaa?" Nara mengusap-usap rambut Daffa lalu menciumnyaa.
"Jemput dedek kapan?"
"Besok kita jemput dedek yaa, Daffa udah kangen sama dedek hm?"
"Udah bundaaaa! Daffa gaada temen main. Cuma kak neca aja, tapi kan sekalang kak neca lagi sakiiiiit!"
Nara tersenyum lalu mendekap Daffa, "Bunda sayang Daffa dan adik. Besok Daffa ikut bunda jemput adik gak?"
"IKUT BUNDAA!!! Daffa mau ketemu Nenek mamanya ante!"
Pun Nara semakin melebarkan senyumnya dan mendekap erat Daffa.
***
Farhan bersiap-siap pergi dari apartemen Bayu. Jam sudah menunjukan pukul 09.25 pagi ketia ia keluar dari apartemen tersebut.
Kakinya melangkah mendekati mobil yang terparkir rapih di bassment apartemen. Menghidupkan mesinnya, lalu menjalankannya. Agendanya hari ini adalah ; menemui Daffa.
Ia memutar lagu we are young. Lagu milik band Fun ini memang masih menjadi favorite Farhan sejak ia masih sekolah di sekolah menengah pertama.
"We are young!!" Mulutnya bergerak mengikuti alunan musik yang terputar di tape.
Farhan menurunkan kacamatanya ketika lampu berwarna merah. Mengambil ponsel, lalu senyumnya terbit ketika melihat foto yang dikirim Nur beberapa menit lalu.
Foto freya.
Wife's
Anak kamu bt, katanya ayahnya gaada.
Farhan semakin tersenyum lalu mengirim balasan.
Muhammad Farhan
Hahahha, lucu, blg reya aku pasti pulang. Love u, buat dia.
Farhan menaruh kembali ponselnya. Lalu menjalankan kembali mobilnya ketika dirasa lampu sudah berubah menjadi warna hijau.
Farhan membuka pintu mobilnya sembari membawa 3 bungkus bubur ayam yang tadi dibelinya dipinggir jalan. Kakinya melangkah memasuki kontrakan tersebut.
Mengetuk pintu 3 kali, lalu terbuka lah pintu itu. Wajah Daffa adalah pemandangan yang pertama kali dilihat Farhan. Farhan berjongkok lalu mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh anaknya.
"Selamat pagi jagoaaan!" Sapa Farhan, Daffa mengangkat sebelah alisnya lalu tersenyum.
"Pagi juga om," balas Daffa. Om, nyeri sekali rasanya. Pikir Farhan.
"Bunda kamu ada?" Tanya Farhan. Daffa melongok ke dalam, "ada om! Bunda lagi di dapur,"
"BUNDAAAA!" teriak Daffa. Nara meletakan gelas bekas Daffa minum s**u yang sudah dicucinya tadi ke rak kecil. Ia menghampiri Daffa lalu sedikit termenung.
Untuk apa lagi dia kesini? Membawa makanan?
"Dek jangan teriak-teriak aah, gasopaan," tegur Nara. Daffa menutup mulutnya lalu mengucap maaf.
Nara tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke arah Farhan. "Ada apa kak?"
"Mmm enggak aku cuma pengen sarapan sama kalian," katanya sembari melirik bungkusan bubur ayam ditangan kanannya.
Daffa memperhatikan dua orang didepannya ini dengan pandangan bingung.
"Ra?"
Panggil Farhan ketika pernyataannya hening tak ada jawaban dari Nara. Nara tersadar lalu tersenyum kikuk.
"Eh iya kak apaa?"
"Boleh gak aku sarapan bareng kalian?"
Nara menimbang-nimbang. Membolehkan atau tidak, ia masih bingung. Tetapi mengingat Daffa yang memang belum makan membuat Nara menyetujui ajakan mantan suaminya itu.
"Iyaa boleh, sini masuk,"
Farhan masuk sembari meletakan streofoam berisi bubur ayam itu ke lantai. Ia duduk di samping Daffa. Dan didepannya ada Nara.
"Daffa mau makan sendiri atau bunda suapin?" Tanya Nara ketika dilihatnya Daffa masih termenung diam sembari mencebikkan bibirnya. Lucu.
"Daffa mau makan sendili aja bundaa,"
"Emang bisa?" Farhan membeo, pasalnya Freya masih tak bisa makan sendiri. Bisa, tetapi berantakan.
Daffa mengangguk anggukan kepalanya, "bisa dongg! Bunda ajalin Daffa soalnyaa,"
Farhan langsung menatap Nara lalu tersenyum lembut sembari berkata tanpa suara. "Makasih yaa,"
Mereka terlihat menikmati acara 'sarapan' ini dengan gembira. Kecuali Nara, pasalnya ia masih terus memikirkan bagaimana perasaan Nur jika mengetahui Farhan menemui dirinya dan anak-anaknya.
Tiba tiba Daffa mendekat ke arah Farhan, lalu memeluk lehernya. Lalu membisikkan sesuatu ditelinga Farhan. "Om makasih ya, udah bikin Daffa ngelasain punya ayah," kata daffa. Lalu mencium pipi Farhan. Farhan berkaca-kaca. Sesakit itu kah perasaan mu nak?
Kegiatan itu tak luput dari penglihatan Nara, ia sedikit penasaran dengan apa yang dibisikan Daffa kepada Farhan hingga mantan suaminya itu berkaca-kaca.
"Daffa bisik-bisikan ih, bisikin apa sii?" Tanya Nara ketika ia melihat Daffa sudah kembali pada posisinya semula.
Daffa menggeleng-geleng sembari menyedokan bubur terakhir ke dalam mulutnya. "Enggak bunda, Daffa cuma bilang makasih sama om Falhan, kalna udah bikin Daffa ngelasa kalo Daffa punya ayah,"
Pernyataan Daffa membuat Nara sukses menyudahi makannya. Lalu menatap Farhan. Ia sudah tak bisa berbohong lagi. Ia harus memberi tahu ini kepada Daffa, lalu Diffa. Farhan menatap Nara, Nara juga menatap Farhan seolah-olah berkata beritahu sekarang.
"Daffa sini nak, pangku bundaa," kata Nara. Pun Daffa menurut. Daffa memang anak yang sangat penurut.
"Ada apa bunda?" Tanya Daffa. Daffa melingkarkan tangannya pada leher Nara.
Nara menarik nafasnya lalu menatap Daffa. "Daffa waktu itu bilang kalo Daffa mau ketemu ayah, kan?"
Daffa tersenyum senang, mendengar kata ayah adalah hal yang sangat ingin ia dengar sedari dulu.
"Iya bunda mau! Ayah udah pulang kerja bunda?!" Daffa terlihat antusias. Membuat Farhan sedikit tersenyum kecil di balik kepalanya yang tertunduk.
"Om yang ada didepan Daffa sekarang adalah, ayah Daffa," kata Nara pelan. Daffa langsung menatap Farhan yang juga sudah mengangkat kepalanya. Senyum Farhan mengembang sembari melambaikan tangannya.
"Haai,"
Daffa langsung memeluk Farhan erat-erat. Membuat Nara menundukan kepalanya. Menyembunyikan tangis yang sudah meledak.
Farhan meneteskan air matanya sembari mendekap erat Daffa. Dia menciumi rambut Daffa dengan sayang. Daffa menyembunyikan wajahnya diceruk leher Farhan.
"Ayah kangen sama Daffa, kangen bangettttt,"
"Daffa juga kangen ayaah, ayah kelja ga pulang-pulangg,"
Farhan tersenyum miris. Bahkan ketika setelah apa yang dilakukan nya kepada Nara, Nara tetap menutupi kedoknya. "Ayah minta maaf ya, ayah kerjanya terlalu lama. Sampe gapernah temuin Daffa adik sama bunda disini. Maafin ayah ya sayang,"
Air matanya semakin deras. "Gapapa ayah, yang penting ayah disini sama Daffa, sama Diffa, sama bunda," kata Daffa.
Tetapi kalimat Daffa tadi malah membuat tangis Nara dan Farhan semakin pecah. Farhan berjanji, ia akan menyayangi anak-anaknya seperti ia menyayangi dirinya sendiri. Ia memang tak bisa membuat Nara kembali pada dirinya. Tapi setidaknya, ia akan memberikan yang terbaik untuk Daffa dan Diffa. Ya, ia tidak akan pernah membiarkan Daffa dan Diffa kekurangan kasih sayang darinya. Tidak akan pernah.
***
Viko, Nur, dan Freya memasuki restoran cepat saji di Mall besar ini. Mereka memesan makanan, tentu saja dengan Reya yang masih setia cemberut.
Nur terkekeh memperhatikan Reya. Lalu dia memotret Reya dan mengirimnya ke Farhan.
Nuramadani
Anak kamu bt, katanya ayahnya gaada.
Nur menyimpan ponselnya kembali. Lalu menyikut lengan Viko. "Anak gue ambekan banget gak ngerti lagi," kata Nur. Lalu Viko terkekeh.
"Kayak lo kan ambekan AHAHAHAAA!"
Nur mendengus lalu menabok lengan Viko. "Sembarangan aja,"
Ponselnya bergetar menampilkan balasan Farhan.
Hubby's
Hahahahah, lucu, blg dia pasti aku pulang. love, u buat dia..
Nur terdiam. Selalu seperti ini. Farhan hanya mencintai anaknya saja, bukan dirinya. Nur tersenyum lalu mengetikan balasan lagi ke pada Farhan.
Nuramadani
Buat reya aja? Mamanya gak disayang? Hehehehe XD
Tak ada balasan lagi. Nur jadi tersenyum miris dalam hati. Tapi ia tetap berfikir positif dan tersenyum. Ia tak ingin membuat Anaknya dan sahabatnya menjadi terganggu dengan perasaan 'tak enak' nya.
Huft, farhan.. kapan kamu balik kayak dulu lagi?
***