Menghancurkanmu

993 Kata
Andrew sengaja tidak mengunci dan membiarkan pintu apartemen Lily sedikit terbuka. Ia tahu bahwa adik kembarnya adalah seorang lelaki gentle yang tidak akan menolak permintaan gadis yang pernah mengisi hatinya, Gafin itu terlalu baik. Lelaki itu adalah kebanggaan dan pilihan semua orang, sementara dirinya adalah debu yang akan hilang begitu angin berembus. Andrew harus membuat Gafin merasakan sakit yang sama yang ia rasakan selama ini. Andrew ingin saudara kembarnya itu mengerti bagaimana rasa sakit yang selama ini ia pendam sendiri. Rasa sakit yang tercipta karena selama ini semua orang mencintai Gafin dan lebih memilih saudara malaikatnya itu, mengabaikan dan membuang dirinya dalam kehampaan, yang tanpa sadar telah menciptakan monster yang begitu mengerikan. Padahal, yang ia inginkan adalah sedikit cinta. Tidak adakah orang yang mampu melihat lukanya? Andrew mengecup bibir Lily begitu mereka masuk ke dalam apartemen Lily. Tidak lama kecupan di bibir itu berubah menjadi lumatan-lumatan rakus yang menuntut. Lily melingkarkan kakinya pada pinggang Andrew, lelaki itu mulai bermain dengan p******a Lily yang menantang. Keduanya menikmati rasa panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Andrew melepaskan kancing seragam putih yang tengah Lily kenakan, dengan terburu-buru ia turut melepaskan seragam yang melekat pada tubuhnya. Desahan penuh kenikmatan memenuhi ruang apartemen yang kosong itu, kedua anak manusia itu tengah larut di dalam nafsu yang telah menghilangkan akal sehat keduanya. 'Bbuukk...' Sebuah sepatu mendarat dengan sempurna pada kepala Andrew. Andrew dan Lily menghentikan aksi mereka, dengan secara bersamaan kedua insan itu mengarahkan pandangan mereka ke arah pintu masuk apartemen itu. Lily membuka kedua mata maupun mulutnya dengan lebar, sedangkan Andrew hanya menatap datar lelaki di hadapan mereka. “Jadi ini yang mau kamu tunjukkan padaku?” lelaki yang tidak lain adalah Gafin itu tersenyum sinis. Hatinya begitu perih melihat pemandangan di hadapannya. Ia tahu bahwa semuanya telah berakhir, tetapi melihat mantan kekasihnya b******u dengan saudara kembarnya sendiri membuat hatinya hancur. Lebih sakit dari kata putus yang Lily ucapkan. Lily merapikan seragamnya yang sudah terbuka itu. “Gafin ... Kenapa kamu bisa di sini?” Lily menatap Gafin dengan tatapan penuh tanya. Ia tak mampu menyembunyikan keterkejutan pada wajahnya. Ia melirik Andrew yang tak menunjukkan reaksi apa pun, sedetik kemudian Lily menemukan senyum penuh kemenangan pada wajah lelaki itu. Gafin terkekeh saat menyadari kebodohannya. Ia baru sadar bahwa semua ini adalah rencana Andrew, saudara kembarnya itu telah merencanakan semua ini untuk menyakitinya. “Jadi ini semua alasanmu ingin putus denganku?” Gafin bertanya datar kepada Lily. Gadis itu menggigit bibir bawah sembari menundukkan kepalanya. Andrew menatap kedua insan di hadapannya dengan tatapan datar dan sesekali tersenyum penuh kemenangan. “Kamu kalah, Dik. Kamu yang selalu sempurna akhirnya dicampakkan oleh semua wanita yang kamu cintai. Kamu kalah karena semua wanitamu lebih memilihku dan aku selalu menjadi pilihan pertama mereka.” sebuah seringaian terlukis jelas pada wajah Andrew. Gafin tersenyum miris. “Apa kamu pikir kita sedang bertanding? Nggak seharusnya ada kalah dan menang di antara kita. Kita saudara!” ujarnya setengah berteriak. Andrew tergelak pelan. “Kamu merebut semuanya dariku, Fin. Karna kehadiranmu, nggak ada satupun yang menyadari keberadaanku. Kesempurnaanmu membuatku tertekan dan diabaikan.” Pemuda itu mengeraskan rahang, menatap saudaranya penuh kebencian. Gafin tersenyum miris. Tidak ada manusia sempurna di dunia ini. “Aku manusia biasa yang jauh dari kata sempurna. Kenapa kamu hanya melihat kelebihan orang lain tanpa menyadari kelebihanmu sendiri. Kita mendapatkan cinta yang sama dan nggak ada yang mengabaikanmu.” “Aku membencimu, Fin. Aku nggak bisa mengalahkanmu dalam hal akademis, tetapi aku akan merampas semua kebahagiaanmu. Aku memang bukan kebanggan keluarga, tapi aku akan merebut apa yang kamu miliki. Aku akan mendapatkan semuanya. Entah dengan cara merebut, mencuri, ataupun menyakiti. Aku akan membuatmu jatuh.” Gafin mengeraskan rahangnya. “Apa selama ini, kamu merebut semua mantan kekasihku? Sudah cukup perbuatan bodohmu ini Drew... Apa yang kamu dapatkan dengan merebut semua milikku?”  Gafin mencengkram kedua lengan Andrew. Andrew menyeringai. “Rasa sakitmu adalah kebahagiaan untukku. Rasa sakitmu adalah obat bagiku. Melihatmu hancur adalah impian terbesarku.” Gafin mengepalkan tangannya dan memukul wajah kakak kembarnya itu dengan keras. “Aku merasa kamu benar-benar seorang b******n yang tidak pantas mendapatkan cinta dari siapapun. Kemana kakakku yang dulu? Kemana Andrew yang selama ini sudah seperti belahan jiwaku?” Gafin berkata dengan suara yang bergetar. “Dia sudah mati... Waktu mengubah semuanya. Aku bukanlah kakakmu yang akan menjaga dan membelamu. Aku adalah lelaki yang akan menghancurkan setiap impian dan cintamu.” Gafin tersenyum miris. “Baik jika begitu... Mulai hari ini aku akan menganggapmu bukan sebagian dari diriku. Mulai hari ini aku akan melupakan bahwa aku mempunyai seorang kakak kembar sepertimu.” Gafin pergi berjalan meninggalkan Andrew dan juga Lily. Lily mendekatkan tubuhnya pada tubuh Andrew dan memeluk tubuh kekasihnya itu dengan erat. Ia ingin Andrew tahu bahwa ia akan selalu berada disampingnya. Andrew melepaskan pelukkan Lily dengan kasar. “Games over Ly... Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi.” Andrew berkata dengan datar sembari mengenakan kembali seragamnya yang sudah ia campakkan ke atas lantai. Lily membalikkan tubuh Andrew untuk melihat ke arahnya. “Apa maksudmu?” tanyanya. “Apa semua belum jelas bagimu? Kamu hanyalah boneka yang aku gunakan untuk menghancurkan adikku. Sekarang kamu sudah tidak berguna lagi bagiku.” Andrew menatap Lily dengan tatapan kosong. Gadis itu menangis mendengarkan perkataan Andrew. Andrew menempatkan dagu Lily di antara jari telunjuk dan juga jari jempolnya. Ia menatap Lily dengan tatapan yang begitu dingin, membuat Lily bergendik ngeri. Di dekatkannya wajahnya dengan telinga Lily. “Semuanya sudah selesai Ly... Jangan berani-beraninya kamu mendekatiku lagi. Hubungan kita tidak pernah berarti sedikitpun bagiku. Wanita murahanmu memang pantas untuk dipermainkan, kamu bahkan tidak cocok untuk adikku.” Andrew melepaskan tangannya dari dagu Lily dengan kasar. Ia menyeringai saat melihat wajah kesal dan juga sedih milik Lily. Ia berjalan meninggalkan Lily yang tidak dapat menghentikan air mata yang mengalir melalui kedua matanya. Kedua kaki Lily terasa begitu lemas, kedua kakinya itu bahkan tidak sanggup menahan beban tubunya. Gadis cantik itu terkulai lemas, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menangis histeris dan berharap tangisannya itu dapat menghilangakan seluruh rasa sakit yang telah menghiasi hatinya. Lily menangis tersedu-sedu. Ia merasa bagaikan wanita bodoh yang entah mengapa harus terjebak di antara kakak-beradik kembar yang saling membenci, ia telah menjadi korban kebencian seorang kakak yang ingin menghancurkan adiknya. Sekarang Lily tidak dapat melakukan apa pun, hati maupun dirinya telah hancur begitu saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN