Dia, Jodohku Jo

1177 Kata
" Ma..." panggil Reyhan dengan suara bergetar. Kedua wanita itu menoleh. Dinda menatap bingung dokter yang mengintimidasinya dengan sorot tajam. " Aku ada perlu dengan Dinda ma " ujarnya, ia berusaha menahan tangannya yang ingin menarik tangan kekasihnya itu. " Kak Maudy minta Dinda ke rumah sakit " bu Rahmi berdiri dan mempersilahkan dua orang yang pernah menjalin kasih itu bicara, Ia tak mencurigai apapun karna dari segi umur Dinda lebih dewasa dari Jodi. Tak mungkin ada hubungan selain hubungan pertemanan. " Aku tunggu di mobil " ucap Jodi, setelah itu melangkah ke dalam rumah. Ia mengambil air putih dalam kulkas dan menghabiskan hingga dua gelas. Apa yang ia dengar tadi membuat hatinya gerah. Dinda menyiapkan dirinya berangkat ke rumah sakit bersama Jo. sejak ia pingsan, Maudy sahabatnya selalu wanti wanti agar ia mau menjalani pemeriksaan kembali. Apalagi sang junior yang sejak dulu selalu rewel dengan segudang aktifitasnya. Pembicaraan dengan bu Rahmi membuatnya dilema. Ia jelas telah menolak Reyhan karna ia tak mau mendustai laki-laki itu karna ada seseorag yang telah menghuni hatinya. Tapi untuk menerima Jo, ia tak mau dokter muda itu terbebani oleh penyakitnya. Mereka saling diam ketika mobil Jo berjalan tenang membelah jalan raya. Dinda menoleh ke samping, ia lihat wajah itu sangat datar. Sesekali tangannya menaikkan kaca mata yang turun dari posisinya. " Jo..." panggil Dinda mencoba mencairkan kekakuan mereka. Jo menoleh sebentar lalu kembali fokus menyetir. Dokter muda itu menghela nafas berat. " Kapan kita akan terus terang pada mereka tentang hubungan ini, bang Rey harus tahu kalau kamu adalah kekasihku " ucap Jo dengan nada berat. giliran Dinda yang menghela nafas lemah. " Aku hanya akan menyusahkanmu Jo. Kamu tahu kalau aku membawa penyakit dan itu akan merongrong hidupmu, aku juga tak berfikir kapan aku akan menikah " ujar Dinda lemah. Ia melihat lurus ke jalanan. Tanpa terasa bulir hangat itu mengalir tanpa permisi. Dinda mengusapnya. Ia bisa bersikap seperti anak kecil di mata Jo. Hanya pada Jo ia bisa menunjukan suasana hati yang sebenarnya, di hadapan orang lain ia seolah olah adalah individu yang kuat dengan semua permasalahan yang dihadapinya tapi ia tetaplah wanita yang kadang bisa rapuh. Jo mengusap kepala Dinda. " Sudah, jangan nangis lagi. Be positif. Kamu bisa melewatinya. Hari ini kita jalani kita jalani pemeriksaannya ya " Dinda memandang Jo dengan perasaan bersalah. Rasa sayangnya pada laki laki itulah yang membuatnya harus mengambil keputusan kalau mereka harus berjarak, biar Jo bisa menemukan perempuan tak memberikan beban seperti dirinya. Ketika mobil yang dibawa Jo sampai di rumah sakit. Mereka bertemu Reyhan disana yang kebetulan menjenguk kliennya yang sedang sakit, dengan alasan kerjaan ia mengatakan ia harus menunggu Dinda. Jo tak bisa menolak keinginan kakaknya untuk menunggu Dinda. Tapi Dinda memohon pada Jo untuk tak menceritakan keadaannya pada Reyhan karna ia tak ingin kerja sama perusahaan mereka jadi terganggu. Setelah melewati serangkaian pemeriksaan, Dinda menemui Reyhan di parkiran. Jo hanya bisa menatap dua rekan kerja itu dengan perasaan cemburu. Sepulang dari rumah sakit Jo di kejutkan oleh kehadiran Reyhan di kamarnya. " Ada yang harus kamu jelaskan Jo ? " tanya sang kakak sambil memainkan pena di meja kerja adiknya. " Jelaskan apa ? " Jo balik bertanya, ia mengambil handuk dan pakaian ganti. " Ada apa dengan Dinda ? kenapa setiap saat harus ke ruman sakit " Jo menghentikan langkahnya menuju kamar mandi. " Kamu tahu kan soal perjodohan itu dan kamu sendiri yang memaksaku menuruti kemauan mama waktu itu " Jo teringat akan peristiwa sebelum acara pertemuan dua keluarga itu terjadi. Sebagai anak tertua, Reyhan sudah dituntut untuk menunjukan wanita yang akan dinikahinya. Jika ia belum menemukannya maka bu Rahmi yang akan memilih menantunya sendiri. Waktu itu Reyhan menolak keras soal perjodohan karena ia sedang mencari Dinda. Ia ingin tahu apakah Dinda sudah menikah atau belum, kalau belum ia akan berjuang mendapatkan hati gadis itu, kalau sudah maka ia akan menyerah atas keputusan keluarga. Hari itu Jo yang menegaskan pada kakaknya untuk menerima perjodohan yang diatur bu Rahmi, karna kondisi kesehatan ibu dari pria tampan itu selalu drop. Jo tak menyangka kalau wanita yang akan dijodohkan dengan kakaknya adalah Dinda. Wanita yang juga ia cinta. Jo menghela nafas kasar. Bibirnya belum bisa berterus terang tentang apa yang sebenarnya terjadi antara ia dan Dinda. " Kamu bisa tanyakan saja padanya, aku hanya menjaga kode etikku sebagai dokter karna Dinda ingin merahasiakan catatan medisnya " " Oke, tapi ada sesuatu yang janggal di sini, kalian tidak seperti dokter dan pasien " Reyhan menahan lagkah Jo yang ingin masuk kamar mandi. " Kamu suka Dinda ? A..a...a..." Rey menggerakan jari telunjuknya di depan Jo, sebagai isyarat itu tak boleh terjadi. " Dia terlalu dewasa untukmu Jo dan dia jodohku. JODOHKU ! " tegas Reyhan, membuat Jo mengeram dalam hati. Aku bisa menerima perbedaan itu, bagiku Dinda adalah gadis kecil yang butuh perlindungan. Bu Rahmi yang sedang mencari putra sulungnya memeriksa kamar Jodi dan menemukan dua putranya saling berhadapan. Sepertinya tatapan itu menunjukan terjadi konflik diantara mereka, seperti masa kanak kanak kedua laki laki tampan itu. " Rey, kamu disini. Ada yang mau mama bicarakan, kamu juga Jo. ikut mama ke ruang keluarga " Kedua laki-laki itu mengikuti langkah ibu mereka, masih saling lempar tatapan tak senang. Jo merasa ibunya akan membahas tentan Dinda dan perjodohan dengan kakaknya. " Rey, mama sudah berusaha meyakini Dinda untuk menerimamu. Mama tahu kamu ingin mendengarkan jawaban positif dari Dinda. Tapi kita harus maklum kondisinya sekarang. Sejak pak Santoso terkena stroke, dia jadi punggung keluarga. Dia sama sekali tak ingin membenani suaminya dengan tanggung jawab yang ia emban. Mama semakin simpati melihatnya. Dinda butuh waktu untuk menjawab lamaran itu, sekarang tinggal kamu Rey, bagaimana kamu meyakinkan Dinda kalau kamu bisa mengambil alih tanggung jawab Dinda " Reyhan berdecak, ia sangat berharap Dinda mengiyakan lamarannya. Dia sangat percaya diri dengan ketampanan dan kekayaan yang dimilikinya. Kenapa wanita itu susah ditaklukan. Jodi hanya melipat tangan di d**a mendengar pembicaraan ibu dan kakaknya. Hatinya bernafas lega ketika mendengar Dinda menunda memberi jawaban, itu cara halus Dinda menolak seseorang. Dia yang dulu diminta Dinda menganalisa setiap laki-laki yang menyampaikan cinta pada Dinda. " Kamu jangan hanya diam saja Jo, mama tahu kalian sudah akrab sejak dulu. Dia sudah kamu anggap seperti kakak sendiri. Kamu yakinkan Dinda kalau kakakmu tidak seburuk yang ia kira. Ya mesti dulu ia begitu arogan tapi sebenarnya Rey laki laki yang penyayang " " Betul ma ! " sambut Reyhan riang. Ia menepuk pundak adiknya. Dokter muda itu membuka kaca matanya, sungguh hatinya bergemuruh hebat. Tapi pembawaannya tetap tenang. Hanya pada Dinda, dia bisa mengekspresikan bagaimana suasana hatinya. " Dia nolak bang Rey, mungkin dia sudah mencintai seseorang " ucap dokter muda itu tenang, tapi sebenarnya hati hatinya was was jika Dinda sampai luluh oleh usaha abangnya. " Nggak mungkin, Dinda tak punya kekasih. pak Santoso bilang begitu" bantah bu Rahmi. " Aku bukan dokter cinta ma, silahkan pecahkan sendiri masalahmu, bukannya kamu CEO terpintar bang Rey " ucap Jodi sambil beranjak dari ruang keluarga. Ia masuk ke kamar mandi dan mengguyur wajahnya dengan shower. Hatinya teramat gerah sekarang. Dinda..Dinda..sesulit inikah menjadikan kamu istri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN