Aktifitas pagi berjalan seperti biasa. Para penghuni rumah keluarga Hermawan kembali sibuk seperti pagi pagi sebelumnya. Jo dan ayahnya yang berprofesi sebagai dokter sudah rapi dengan menenteng tas dan sneli ditangan. Sebelum berangkat ia melihat abangnya dan Dinda sedang berdiskusi di ruang tamu. Jo menghela nafas, hatinya merasa was was jika Dinda bersama kakak yang terkenal tukang rayu. Hatinya tambah galau setelah tahu abangnya menjalin kerja sama dengan perusahaan tempat Dinda bekerja.
Ia berdehem ketika keduanya tampak berdempet saat membaca sebuah berkas. Dinda sontak menggeser duduknya.
" Kenapa dok ? " tanya Reyhan melihat adiknya tak suka dengan sikap Dinda padanya.
" Bisa bicara sebentar Din ? " ucap Jo dengan mengarahkan tatapannya pada Dinda. Dinda tertegun sejenak memandangi Jo, ia menyipitkan mata. Dari tatapan Jo, ada hal serius yang harus mereka bicarakan
" Sebentar pak " ucap Dinda minta persetujuan Reyhan agar bisa bicara dengan Jo. Pagi ini memang Reyhan memang memnita Dinda untuk membahas kontrak kerja sama mereka. Kerja atau modus. Saat bangun pagi Rey tak bisa lagi menahan diri untuk kembali melancarkan serangannya agar mantan karyawannya itu luluh.
" Lima menit Jo, Dinda harus kerja "
" Terserah aku mau berapa lama dengan Dinda " debat sang dokter sarkas
" Kakak Jo, dia calon kakak iparmu " Jo mengepalkan tangannya.
Dinda mengarahkan jari telunjuk ke bibir agar Jo tak membalas ucapan kakaknya. Dinda mengikuti langkah Jodi ke halaman rumah.
" Kak Maudy minta aku mengawal pengobatan kamu "
" Tapi Jo, aku bisa melakukannya sendiri, aku nggak mau merepotkan kamu "
" Jangan menghindari aku terus, hubungan kita tetap seperti dulu " ucap Jo sambil membuka pintu mobilya.
Dinda tak bisa berkata apa apa lagi karna dari dulu ia pasti terintimidasi dengan tatapan Jo, aneh. Ia yang menjadi ketua organisasi selalu bisa memberi komando pada adik adik angkatannya, tak seorangpun yang berani memberi arahan padanya. Tapi hanya Jo yang mampu memberikan perintah padanya. padahal Jo hanyalah seorang junior.
Mobil Jo sudah meninggalkan halaman rumah. Dinda melipat bibirnya, Ia tak punya kekuatan untuk mematahkan hati Jo untuk kesekian kalinya. Rasanya sakit ketika menolak Jo setelah empat tahun perpisahan mereka.
Dinda kembali pada Reyhan dengan muka ditekuk.
" Kenapa Din ? ada hal yang disampaikan Jo membuat kamu tidak nyaman "
" Nggak pak, tadi dia hanya menyampaikan pesan teman saya yang kebetulan senior Jo, maksud saya dokter Jodi " Dinda meralat ucapannya. Hanya orang orang terdekat saja yang memanggil dokter Jodi dengan panggilan Jo.
" Sebentar lagi saya ke kantor, kamu siapkan saja berkas berkas kontraknya, katanya mama mau bicara sesuatu sama kamu. Saya harap kamu betah tinggal di sini. Terutama tinggal di hati saya " ucap Reyhan dengan nada serius, diujung kalimat ia mengulum senyum. Dinda terpaksa menyunggingkan senyum, meski resah menyelimuti hatinya. Ia ingin kembali membantah kemauan kedua kakak beradik itu. Saat ini dalam menghadapi realita hidupnya yang rumit
" Kamu tau Din, hampir saja saya tolak ikut acara bukber itu. Saya nggak mau dijodoh jodohkan sebelum saya yakin kamu sudah jadi milik orang lain. Siapa sangka kalau wanita yang dijodohkan dengan saya itu adalah kamu, ketika mama kasih vidio call sebelum saya datang. Saya merasa halusinasi bertemu kamu lagi, saya minta mama fokus ke kamu dan ternyata benar, itu kamu. Nice to see you again, Din " Reyhan mengulurkan tangannya. Dinda menjabat tangan itu dan menatap mantan bosnya itu canggung.
" Saya belum mengerti maksud bapak " ucap Dinda merasa bingung dengan apa yang di sampaikan Reyhan.
" Nanti mama yang jelaskan, saya ke kantor dulu " Reyhan mengemasi beberapa berkas di meja dan memasukkan kembali laptopnya ke dalam tas. Ketika hendak beranjak ia menggusar lembut kepala Dinda. Dinda merasakan pipinya menghangat mendapatkan perlakuan itu. Rasanya ia tak percaya, bos yang selalu bersikap arogan padanya, bisa jadi sebucin ini.
Reyhan naik ke kamarnya dan tak lama turun kembali, Dinda masih bekerja dengan layar laptopnya. Ibu Rahmi keluar dari kamar dan menyaksikan putra sulungnya sedang berbincang akrab dengan Dinda.
" Mau berangkat Rey ? " sapa bu Rahmi. Laki laki di depan Dinda menoleh ke belakang, ia tersenyum dan mengangguk.
" Ya..ma " jawabnya sambil mencium punggung tangan bu Rahmi.
" Titip Dinda " ucap Reyhan sambil melirik Dinda. Gadis itu kebingungan dengan apa yang terjadi di rumah ini, kenapa ia merasa diperlakukan istimewa.
" Gimana Din ? sudah merasa baikan ? Jo bilang kemaren kamu pingsan di rumah sakit "
" Alhamdulillah tante, saya merasa tambah sehat di rumah ini karena ada dua dokter yang siap membantu saya " gurau Dinda. bu Rahmi merangkul Dinda kehalaman belakang. Dinda merasakan jiwanya menghangat, perlakuan dari tangan seorang ibu ini yang selama ini ia nantikan. Bu Hanna tak pernah memperlakukannya sebagai seorang anak yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
Bu Rahmi memandangi Dinda penuh makna. Ia menyentuh tepi rambut Dinda.
" Kamu sudah dewasa dan cantik " puji wanita paruh baya itu. Dinda menanggapi dengan senyuman. Banyak orang yang mengatakan kalau wajahnya sangat mirip ibunya, seorang dokter yang terkenal cantik dan ramah.
" Makasih tante "
" Bagaimana pendapatmu tentang Rey ? " tanya bu Hana tiba tiba. Dinda terdiam, kenapa ia merasa pertanyaan ini mengarah pada sebuah hubungan. Apakah pertemuan buka bersama beberapa hari yang lalu memang pertemuan untuk melakukan perjodohan. Perjodohan dirinya dengan mantan bosnya.
" Tante tahu, awal kamu bertemu dengannya. Dia beri kamu kesan buruk, arogan dan tak punya belas kasihan " urai bu Rahmi membuat Dinda membuka kembali kenangan lama ketika pertama kali bertemu CEO itu. Bukan kenangan indah, tapi cukup mengusik hatinya. Laki-laki itu yang mengajarkannya bagaimana harus berjuang jika menemukan kesulitan dalam hidup.
" Tidak tante, pak Reyhan laki laki yang baik "
" Itu setelah dia jatuh cinta sama kamu "
" Meski orang bilang tak ada wanita yang sanggup menolak Rey, tapi tante tahu tak semua menganggap Rey sehebat itu. Kamu wanita pertama yang menolaknya "
Bayangan ketika ia membuat CEO itu kecewa atas jawabannya kembali berputar di benak Dinda. Dua tahun lalu ketika ia memutuskan untuk resign dan memilih bekerja di pulau Batam.
" Mau kah kamu membuka hatimu untuk Rey ? "
Dinda terdiam, semua bahasa seakan tersedat di kerongkongannya. Bayangan dokter Jodi yang mengatakan bahwa hubungan akan sama seperti dulu membuatnya berada di persimpangan.
" Pertemuan itu memang untuk menjodohkan kamu dan Reyhan "
Dokter Jodi yang kembali lagi kerumah karena ingin menemui Dinda karena wanita itu harus menjalani pemeriksaan di rumah sakit, tertegun di belakang dua wanita yang dicintainya. Hatinya bergemuruh hebat. Ia berusaha menenangkan perasaannya. Bukankan jawabanya ada di tangan Dinda. Ia yakin perasaan mereka masih sama seperti dulu.