Reina mengurut pelipisnya yang terasa tegang. Saat ini, persiapan petisi sudah selesai. Orang-orang yang berada di serikat dagang sudah bersiap dan tinggal menunggu waktu di mana Kaisara mengesahkan dan mengumumkan kebijakan yang sudah ia setujui mengenai masalah kenaikan tarif pajak rakyat kecil dan pemindahan bea cukai tiba. Semua pekerjaan yang akahir-akhir ini Reina lakukan memang memaksa Reina kembali merelakan jam tidurnya. Jika sebelumnya Reina masih bisa tidur selama tiga hingga empat jalam dalam sehari semalam, sekarang Reina hanya memiliki waktu tidur selama satu jam. Itu pun, tidurnya sama sekali tidak nyenyak karena terus saja dihinggapi oleh mimpi buruk.
Mimpi buruk memanglah bukan sesuatu yang baru bagi Reina. Bisa dibilang, jika mimpi buruk adalah rekannya setiap malam. Hanya saja, Reina benar-benar tersiksa dengan mimpi yang baru-baru ini terus mengganggu tidurnya. Sebenarnya, Reina baru saja mengalami mimpi yang begitu mengganggu, tepat setelah dirinya mencari stok obat herbal dan bertemu dengan Kaisar di hutan. Reina tidak pernah berpikir jika bertemu dengan Kaisar akan membawa efek yang sangat besar seperti ini untuknya. Reina benar-benar tidak habis pikir. Jika tahu jika pada akhirnya ia akan merasa tersiksa seperti ini, tentu saja Reina tidak akan memilih jalan untuk berhadapan dengan Kaisar dan menghindarinya sebisa mungkin. Sayangnya, nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah terlanjur, dan Reina hanya perlu mengurus apa yang telah terjadi.
“Nona, Anda benar-benar pucat. Apa perlu saya meminta Brandon untuk memanggil dokter?” tanya Vyra membuat Reina tersenyum tipis saat merasakan kecemasan Vyra yang terasa begitu kental.
“Aku ini herbalis, dan seseorang yang memiliki toko herbal terbaik di kekaisaran. Jadi, coba bayangkan apa yang akan dikatakan oleh orang-orang jika mendengar ada dokter yang dipanggil untuk memeriksa Lady Heloise yang ternyata tidak enak badan,” ucap Reina sembari menyangga dagunya dan menatap Vyra dengan pandangan mengejek.
Vyra mengerucutkan bibirnya dan berkata, “Saya kan hanya merasa khawatir pada Nona. Sejak tadi pagi, Nona terlihat begitu pucat dan kelelahan,” ucap Vyra mengutarakan isi hatinya. Ia memang tidak berbohong. Ia benar-benar cemas dengan apa yang saat ini Reina rasakan. Vyra jelas tidak ingin sampai sang nona jatuh sakit.
“Aku tidak apa-apa, Vyra. Aku hanya kelelahan dan kurang tidur. Ini sudah biasa,” ucap Reina berusaha untuk menenangkan Vyra.
Apa yang dikatakan oleh Reina memang benar. Ini bukan kali pertama Reina mengalami kurang tidur, bahkan merasa sangat kelelahan seperti ini. Namun, bagi Vyra ini bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. “Nona tidak boleh menganggap hal ini sepele. Jika Nona terus saja kekurangan jam tidur dan merasa lelah, pada akhirnya Nona juga akan jatuh sakit. Saya harus meracik teh herbal yang akan membuat Nona tidur nyenyak malam ini. Nona tidak boleh menolaknya,” ucap Vyra sembari melotot.
“Lakukan apa yang ingin kau lakukan, Vyra. Aku tidak bisa melarangmu, bukan?” tanya Reina membuat Vyra mengangguk senang.
“Kalau begitu, sekarang Nona lebih baik segera makan siang. Nanti, setelah makan siang Nona bisa beristirahat di kamar, setidaknya tidur akan membuat Nona sedikit lebih segar daripada saat ini,” ucap Vyra.
“Ya, sekarang aku juga sudah merasa lapar.” Reina lalu bangkit dari duduknya dan melangkah untuk turun dari ruangannya. Kali ini, Reina ingin makan sesuatu yang terasa segar untuk makan siangnya. Setidaknya, mungkin hal itu bisa mngusir sedikit rasa pening yang ia rasakan. Begitu tiba di pintu masuk toko, tentu saja Archard sudah ada di sana. Menunggunya untuk makan siang bersama.
Brandon dan Nero juga ada di sana. Sepertinya, mereka sudah membicarakan sesuatu, tetapi pembicaraan mereka berhenti begitu saja saat Reina tiba di pintu masuk. Arcahrd tersenyum lembut dan berkata, “Mari kita harus bergegas.”
“Kita hanya akan makan siang, untuk apa terlalu bergegas? Apa kamu sudah terlalu lapar?” tanya Reina. Namun, saat dirinya meneliti ekspresi Archard, ia sama sekali tidak melihat ekspresi jika Archard memang tengah menahan lapar.
“Anggaplah seperti itu,” ucap Archard lalu mengulurkan tangannya untuk membatu Reina naik ke dalam kereta kuda Archard yang lagi-lagi tidak menggunakan lambang keluarga Duke Baxter.
Setelah keduanya naik, ternyata kereta kuda mulai melaju kea rah berlawanan dengan pusat ibu kota. Saat itulah, Reina sadar jika mereka tidak akan makan di tempat yang biasanya mereka gunakan sebagai tempat makan siang mereka. Reina menatap Archard yang duduk di hadapannya. “Memangnya, kita akan pergi ke mana?” tanya Reina karena dirinya memang belum bisa menebak akan ke manakah Archard membawanya.
“Tenang saja, aku tidak akan membawamu ke tempat aneh. Ini malah tempat yang akan terasa nyaman untuk menghabiskan waktu makan siang kita dengan tenang dan menyenangkan,” jawab Archard tidak berniat menjawab secara jelas ke mana kah mereka akan pergi.
Setelah Reina mengirim surat yang meminta Archard untuk berhenti mengirimkan hadiah, Archard memang berhenti mengirimkan hadiah bunga. Namun, Archard mengikuti saran Reina jika ingin menghabiskan uang untuknya. Archard berinvestasi besar pada beberapa bisnis Reina, dan menurut Reina itu sungguh manis. Meskipun Reina tidak mengatakannya secara gamblang, Reina tahu jika semua yang dilakukan oleh Archard ini adalah usahanya untuk menunjukkan kesungguhannya. Betapa manisnya. Sayangnya, Reina tidak memiliki niatan untuk memuji perilaku Archard ini. Selain itu, Archard kini setiap hari selalu datang di waktu makan siang dan akan mengantar Reina pulang setiap sorenya.
Padahal, Reina sendiri tahu jika Archard bukanlah seseorang yang memiliki waktu luang. Ia memiliki tugas yang menumpuk, apalagi ditambah dengan beberapa pergolakan yang terjadi di antara para bangsawan kelas tinggi akhir-akhir ini. Namun, Archard terus berusaha untuk meluangkan waktu, seolah-olah ingin membuktikan jika dirinya bisa melakukan apa pun demi Reina. Rasanya, jika melihat Archard yang bersikap seperti itu, Reina sama sekali tidak akan percaya jika dirinya sama dengan Archard Wilton Baxter yang selama ini dikenal sebagai seorang Duke berhati dingin yang tidak memiliki perasaan sedikit pun.
Reina lalu menoleh pada jendela kereta kuda dan tiba-tiba menyadari jika kini mereka sudah berada cukup jauh dari daerah ibu kota. Bahkan, mereka sudah melewati gerbang ibu kota, dan sampai saat ini Reina belum tahu akan ke mana kah Archard membawanya. “Sebenarnya kita akan pergi ke mana, Archard?” tanya Reina sembari menatap Arcahrd.
“Aku tidak akan menjawabnya, sebelum kau menyebutku dengan nama panggilan yang sebelumnya kau gunakan untuk memanggilku,” ucap Archard tampak sedikit merajuk.
Seharusnya, merajuk sama sekali tidak cocok untuk Archard yang berbadan tegap dan kekar. Namun, di mata Reina, Archard cocok-cocok saja menampilkan ekspresi seperti itu. Rasanya, Archard seperti anak anjing yang tengah meminta tuannya untuk segera memanjakannya dengan panggilan kesayangan. Reina berdeham dan mengulang pertanyaannya. “Sebenarnya, kita akan pergi ke mana, Archie?” tanya Reina.
Seketika, senyuman lebar mengembang pada wajah tampan Archard. “Aku benar-benar suka saat kau memanggilku seperti itu,” ucap Archard sembari menggenggam kedua tangan Reina dengan lembut.
Reina yang melihat rona penuh kebahagiaan yang dipasang oleh Archard mau tidak mau merasa malu sendiri. Pipinya memerah hingga kedua telinganya yang putih bersih. “Kamu harus mengingat satu hal,” ucap Reina tiba-tiba.
“Ya?” tanya Archard, sekaligus meminta Reina melanjutkan apa yang akan ia katakan.
“Kamu harus mengingat untuk tidak pernah tersenyum seperti ini pada wanita mana pun kecuali diriku. Jika sampai itu terjadi, aku tidak akan pernah berpikir ulang untuk memberikanmu obat yang akan membuatmu tidak akan bisa berhenti untuk bersin,” ucap Reina memberikan ancaman yang malah membuat Archard tertawa renyah, tidak menyangka dengan ancaman yang diberikan oleh perempuan manis di hadapannya ini.
Apa mungkin, Reina pikir dirinya akan takut? Tentu saja Archard tidak akan merasa takut dengan ancaman seperti itu. Archard mencium buku-buku tangan Reina yang lembut sebelum berkata, “Aku tidak akan tersenyum seperti ini pada perempuan manapun, kecuali dirimu Reina. Kamu tidak perlu merasa cemas karena hal itu. Jika aku melanggar janjiku, jangankan bersin, bersimbah darah pun aku bersedia, jika itu bisa membuatmu senang.”
Reina mengernyitkan keningnya. “Aku tidak akan senang jika melihamu terluka, Archie,” ucap Reina spontan membuat Archard mengembangkan senyum lebar.
“Aku tau, aku tidak akan terluka, agar kau tidak merasa cemas,” ucap Archard menggoda Reina yang saat ini malu dengan apa yang sebelumnya ia katakan. Archard memang selalu bisa membuat Reina melupakan batas yang sudah ia tetapkan sendiri. Begitulah, Archard. Sosok pria pertama yang bisa mendobrak semua perlindungan yang Reina pasang dan berhasil membuatnya merasakan nyaman, yang telah lama ia lupakan.