Shazia mengepel lantai dengan semangat, dia bahkan bangun pagi sekali untuk membersihkan masjid. Itu sebagai ucapan terimakasih akrena dia dibolehkan untuk tinggal sementara di sini. Pukul delapan pagi, semua sudah bersih dan mengkilat bahkan masjid itu tidak pernah sebersih ini. Shazia memiliki tenaga super ketika sedang sangat senang. ‘Harus semangat pokoknya, nanti malam abang tampan mau jemput putri cantik.’ Gumam Shazia sembari menyapu teras dengan sapu lidi. Shazia bahkan tidak perduli dengan panas matahari yang bersinar terik. Dia menyapu sampai hanya tersisa rumbut hijau dan mengambil semua dedaunan kering yang jatuh. “Nak, sarapan dulu yuk.” Ucap seorang nenek yang berjalan tertatih ke arahnya. Shazia mengangguk, “Siap, mandi dulu nek.” Masjid ini memang sudah lama di rawa