14- Gara-gara pindah duduk

1021 Kata
Setelah pelajaran Kimia selesai, jam istirahat berdering cukup keras. Beberapa siswa berebut mengumpulkan tugas mereka hari ini, termasuk Adinda dan juga Helen. Helen yang kesal karena belum punya catatan lengkap pun akhirnya berdiri dan berjalan lebih dulu untuk mengumpulkan tugasnya sembari membawa botol air minumannya yang akan ia bawa ke kantin. Setelah mengumpulkan buku tulisnya dengan perasaan setengah hati, barulah ia berbalik dan akan pergi dari sana menuju ke kantin sekolah, tapi tiba-tiba saja sebuah ide terbesit begitu saja di benaknya saat ia melihat Adinda berjalan ke arahnya untuk mengumpulkan tugas. Helen melonggarkan tutup botolnya dan sengaja menabrakkan dirinya ke arah Adinda hingga membuat buku Adinda terjatuh di lantai begitupun dengan botol minuman Helen yang jatuh di atasnya hingga membuat sebagian buku Adinda basah. Adinda segera memungut bukunya dan semua mata di kelas itu serta guru Kimianya jelas sekali melihat buku Adinda basah oleh air yang ada di botol minuman Helen. "Maaf banget, Din, gak sengaja," ujar Helen memohon maaf dengan ekspres sedih yang dibuat-buat. Adinda nampak bingung dengan apa yang sedang menimpanya saat ini. Tak mungkin ia mengumpulkan bukunya yang telah basah itu kepada guru kimianya, bukan? Mahesa mengamati dari bangku tempatnya duduk dan ia bisa melihat kalau Helen nampak dengan sengaja menjatuhkan botol minuman tersebut. Guru Kimia itu berdiri dari kursinya dan menghampiri Helen dan juga Adinda. Ia meraih buku tulis Adinda dan memeriksa isinya dengan cepat. Semua catatan yang ada di papan tulis telah Adinda salin. Guru Kimia itu kemudian mengambil bulpoin dan juga memeriksa jawaban dari setiap soal yang telah dikerjakan oleh Adinda. Dengan cepat ia memeriksanya dan memang benar rumor cekatan dan peduli ke siswa pantas dicandang oleh guru Kimia di SMA Smanela. Dari sepuluh soal yang guru Kimia tulis di papan tulis tersebut yang telah Adinda kerjakan, hanya satu soal yang salah, jadi Adinda mendapatkan nilai 90. "Nama kamu?" tanya sang guru seraya membuka file yang berisi nama siswa. "Adinda Adiswara," jawab Dinda. Sang guru langsung menulis angka dari nilai yang telah dihasilkan oleh Dinda dari menjawab pertanyaan. "Jemur bukumu," kata sang guru kepada Adinda yang sudah bisa tersenyum lega karena sang guru melakukan tindakan diluar dugaannya. "Baik, pak, terima kasih banyak atas pengertiannya dan bantuannya," kata Adinda. Sang guru hanya mengangguk kecil tanpa tersenyum sama sekali, ia memilih membawa tumpukan buku satu kelas itu di kedua tangannya. "Mari saya bantu, pak," tawar Adinda sopan. "Gak perlu, kamu istirahat saja. Waktu istirahat kamu sudah terpotong lima belas menit," kata sang guru seraya terus berjalan keluar dari kelas. Adinda mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada sang guru sebelum masuk kelas dan dapat pujian dari teman-teman kelasnya karena nilai tugasnya sembilan puluh. Helen kesal bukan main melihat Adinda yang mendapatkan perlakuan istimewa dari sang guru Kimia. Rencananya untuk membuat Adinda susah mengumpulkan tugas karena bukunya basah gagal total. Adinda bahkan mendapatkan nilai yang sangat bagus menurut Helen. Dan ia merasa kesal bukan main hingga keluar kelas dengan segera. "Hati-hati dengan kelakuanmu, mungkin yang lain tidak tahu, tapi aku tahu, " tutur Mahesa pelan yang langsung menghentikan langkah kaki Helen. Mereka saling pandang dengan tatapan sengit satu sama lain. "Helen! Ayo makan di kantin sekolah!" tiba-tiba Adinda datang dengan sangat riang dan bahagia. Wajahnya tersenyum bahagia meskipun buku yang ada di tangannya basah. "Ayo!" jawab Helen dengan semangat seraya merangkul Adinda dan mengajaknya keluar kelas. Saat mereka sudah berada di ambang pintu kelas, Helen menoleh ke arahnya dan tersenyum puas ke arah Mahesa. Senyum yang lebih terkesan mengejek itu membuat Mahesa benar-benar geli kepada Helen. Tangannya mengepal. Suatu hari nanti Mahesa berharap Adinda tahu siapa Helen sebenarnya. *** "Bakso malang enak banget sih ya," kata Adinda seraya merasakan nikmatnya makan pentol di kantin sekolah. "Emang bakso di Bandung rasanya gimana?" tanya Helen seraya menyuapi mulutnya dengan kuah bakso yang terkenal menggoda. "Enak sih, tapi enakan di Malang. Jauh banget perbedaan rasa baksonya," papar Adinda. "Di sana itu hanya ada halusnya aja, kalau di sini kan ada apa nih namanya?" tanya Dinda seraya memperlihatkan satu buah bakso di sendok nasinya. "Itu namanya bakso kasar," jawab Helen. "Nah iya! Rasanya itu kayak makan daging urat, sedikit bergerigi dan ada tulang kecil yang bikin krenyes-krenyes lah, enak banget," kata Adinda seraya menikmati nikmatnya makan bakso di kantin sekolah. "Kamu tuh benar-benar seneng banget ya sama bakso," kata Helen geleng-geleng kepala. "Makanan favorit Indonesia," kata Adinda dengan mulut yang penuh. Helen tersenyum kecil melihatnya. Mereka berdua hanya tak tahu ada Mahesa dari tempat yang cukup pas untuk mengintai mereka berdua. Kejadian buku basah yang dilakukan oleh Helen kepada Adinda membuat Mahesa menjadi was-was jika Helen tiba-tiba nanti akan melakukan kejahilan kembali. Mahesa harus siaga sebelum Adinda kenapa-napa. Mahesa terus mengawasi dengan seksama Helen dan juga Adinda sampai kedatangan Putra tak ia ketahui. Saat Putra berbisik di telinganya, "ngapain lo di sini ngelihat bidadari ngobril?" Mahesa tersentak kaget hingga ia terbatuk-batuk saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Putra. Helen dan Adinda akhirnya menoleh ke arahnya dan menatapnya datar. Helen tersenyum sinis melihat Mahesa yang tak pernah berada di kantin sekolah tiba-tiba saja ada di kantin sekolah hanya demi mengawasinya dan Dinda! Helen merasa sangat geram sekali. Kekesalannya memuncak kepada Adinda. "Din, ayo balik ke kelas," ajak Helen kepada Adinda. Adinda mengangguk dan keduanya berdiri dari tempatnya duduk dan berjalan keluar kantin. Tapi saat melewati Mahesa yang masih terbatuk-batuk, Adinda buru-buru berhenti melangkah dan duduk di samping Mahesa. "Lo duluan aja ke kelas, gue masih ada perlu sama Mahesa," kata Adinda yang kembali membuat Helen merasa cemburu. "Tenang aja Len, gue gak bermaksud deketin Mahesa kok," kata Dinda pada Helen yang nampak cemburu. Helen pun dengan berat hati berlalu dari sana, begitupun dengab Putra yang tubuhnya didorong-dorong oleh Mahesa. Putra terlihat enggan sekali beranjak dari tempatnya meninggalkan Mahesa berdua saja dengan Helen. Mahesa masih terbatuk-batuk meski Helen dan Putra telah pergi dari sana. Adinda menepuk-nepuk punggung Mahesa agar ia merasa jauh lebih baik. "Ngapain lo di sini?" tanya Mahesa dingin. Ia masih kesal karena Dinda pindah duduk. "Gue rasa kayaknya kita harus jaga jarak dulu deh Hes, cemburu Helen ke gue besar loh, soal buku tadi cukup buat aku kaget," kata Dinda yang membuat Mahesa menoleh kaget ke arahnya. Jadi dia tahu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN