"Gue gak mau tahu lo harus ambil seragam gue sekarang juga!" titah Mahesa yang langsung membuat wajah Adinda terlihat kesal dan muram. Mahesa kemudian menatap satu per satu temen kelasnya dengan tajam, membuat mereka langsung duduk di bangku sekolahnya dan tak ada yang berani menatapnya yang terlihat siap menerkam mereka.
"Kok lo marah sih?" tanya Dinda heran dan polos seraya duduk di bangkunya, sebelah Mahesa. Dinda tak peduli dengan kemarahan Mahesa yang sudah terlihat sangat siap untuk ditumpahkan itu. Mahesa terlihat sangat geram sekali.
"Gue minta seragam gue sekarang kenapa lo duduk sih?!" seru Mahesa tak terima.
"Gue datang ke sini tuh buat sekolah ya gue sekolah dulu lah, ntar aja pas jam istirahat gue usahakan pulang buat ambil seragam lo," kata Dinda seraya mengeluarkan n****+ dari dalam tasnya dan sudah siap membacanya bersama earphone yang ia pasang di telinganya. Ia tak peduli sama sekali dengan kemarahan Mahesa itu.
Mahesa terlihat sangat geram dengan sikap Dinda hingga ia memutuskan untuk pergi dari kelasnya dan keluar dengan menenteng tasnya. Adinda menoleh sekilas dan ia memilih tak peduli.
"Kok bisa Mahesa minta seragam ke lo?" tanya Helen penasaran seraya duduk di samping Dinda, tempat duduk Mahesa sebelumnya. Dinda menoleh ke arah Helen dan ia mengangkat bahunya. "Ihh, aneh deh lo!" kata Helen heran. Helen hendak melangkah pergi tapi tiba-tiba Dinda menarik tangan Helen hingga gadis itu kembali duduk di sebelahnya.
"Menurut lo ke mana Mahesa?" tanya Adinda yang diam-diam kepikiran juga dengan kepergian Mahesa. Sedikit merasa bersalah karena telah menggoda Mahesa dengan parfum yang dikenakannya dan juga tak peduli dengan seragam sekolah Mahesa yang dimintanya.
"Pulanglah, kemana lagi?" kata Helen yang membuat mata Dinda membola dengan sempurna.
"Kok pulang?" tanya Dinda tak paham.
"Lah kan keluar kelas bawa tas sekolahnya!" jawab Helen dengan polos.
Adinda semakin merasa bersalah. Ia pun akhirnya berdiri dari tempatnya duduk dan segera menyusul Mahesa setelah Helen bertanya ia hendak ke mana tapi tak dihiraukannya oleh Dinda.
Dinda menoleh ke kanan dan kiri di depan kelasnya mencari-cari keberadaan Mahesa tapi ia sama sekali tak bisa menemukan keberadaan Mahesa sama sekali, Mahesa sungguh tak terlihat oleh kedua matanya. Rasa cemas hinggap begitu saja dalam diri Adinda. Ia benar-benar merasa sangat bersalah karena sudah sangat cuek dengan permintaan Mahesa.
Ketika Dinda berbalik ke belakang, tubuh Dinda langsung menabrak tubuh seorang siswa yang berdiri di belakangnya. Ia mengadu kesakitan tapi ia kemudian langsung saja diam kala bau parfum melati yang sangat menyengat itu menusuk hidungnya. Dinda mendongakkan wajahnya dan menatapnya dengan nyengir. Wajah tanpa senyum itu terlihat jelas terpangsang di wajah Mahesa.
Gue pikir lo pergi ternyata nggak
Dinda nyengir sedikit ke arah Mahesa yang balas menatapnya dengan senyum sinis. Perasaan Dinda jadi tak enak sekarang ini.
"Ikut gue," kata Mahesa kepada Adinda. Dinda mengerutkan keningnya dengan heran, tapi akhirnya ia menuruti saja permintaan Mahesa tersebut. Mahesa membawa Adinda ke kamar mandi.
"Mau ngapain?" tanya Adinda dengan heran.
"Buka baju lo," kata Mahesa tepat ketika bel masuk kelas sudah berbunyi. Mendengar permintaan Mahesa itu, Dinda langsung memeluk dirinya erat-erat.
"Mau ngapain lo? Jangan m***m!" kata Adinda. Mahesa menghela napas berat. Ia berjalan mendekat pelan-pelan ke arah Adinda yang mundur pelan-pelan juga sembari menatap Mahesa takut-takut. "Hes, gue teriak nih!" kata Adinda mengancam. Mahesa hanya nyengir kecil mendengar ancaman Mahesa kepadanya.
Tubuh Dinda menabrak tembok beton saat Mahesa merogoh tasnya sembari berjalan mendekat. Seketika itu pula Dinda hampir menjerit takut, untung dengan sigap dan cepat Mahesa membekap mulut Adinda yang akan menjerit.
"Ngapain mau teriak?" tanya Mahesa dengan sedikit mendelik. Dinda balas mendelik dan meminta Mahesa dengan isyarat matanya untuk melepaskan tangannya dari mulutnya. Mahesa menuruti permintaan Dinda dan melepaskan tangannya dari mulut Adinda.
"Lo ngapain sih deket-deket gue? Sana jauh! Gak usah mikir m***m gitu!" kata Adinda ketus. Mahesa nyengir.
"Lo tuh kepedean! Mana ada gue mau m***m ke lo! Otak lo aja yang udah m***m duluan!" kata Mahesa pada Dinda.
"Trus ngapain lo minta gue lepasin baju gue?" tanya Dinda sewot.
Mahesa menyodorkan baju seragam ke arah Dinda. "Gue beli seragam baru di koperasi siswa tapi gak ada yang ukuran kayak gue, adanya yang ukuran kayak lo gitu. Ganti baju lo dengan baju ini," kata Mahesa.
Dinda menerima baju seragam dari Mahesa dan membukanya, ia meneliti dengan seksama baju seragam itu dan mendelik melihat ukurannya, "S? Ini S? Kecil banget!" kata Dinda tak mau.
"BB lo tuh dibawah 45, kan?"
"Kok lo tahu?"
"Baju yang lo pake ini XL, ukuran gue," kata Mahesa lagi.
"Kok lo tahu ukuran baju gue?" tanya Dinda heran. Mahesa menghela napas berat.
"Semua orang juga tahu, Din, apalagi lo pake seragam gede kayak gitu kayak kurungan tahu!"
"Gue gak suka ukuran baju kecil kek badan gue, gerah! Apalagi sekolah bawaannya kan mikir!" kata Adinda membela dirinya.
"Terserahlah apapun alasan lo, tapi gue mau lo tukar baju lo dengan seragam yang baru gue beli," kata Mahesa
"Ogah!" jawab Dinda tak mau.
"Tolong, Din!" kata Mahesa memohon. Dinda sampai menatap heran ke arahnya karena permohonan Mahesa tersebut.
"Atas dasar apa gue harus nurutin kemauan lo! Apalagi lo belum menuhin janji lo buat nemenin gue selama sebulan keliling malang!" kata Dinda sedikit angkuh. Ia mencuri-curi pandang dengan tangan yang dilipat d**a ke arah Mahesa. Mahesa geram, tapi ia tahu ia butuh Dinda untuk perkara ini.
"Baju gue yang lo cuci itu, lo lupa bawa jadinya ya lo harus tanggung jawab, Din," kata Mahesa pada Dinda. Dinda kehabisan kata-kata.
"Tapi besok, kan, gue bawa bajunya," jawab Dinda.
"Tapi gue butuhnya sekarang! Katanya lo gak mau dianggap cewek gak bertanggung jawab?" ujar Mahesa. Dinda menghela napas berat, ia sama sekali tak habis pikir dengan Mahesa yang punya banyak permintaan kepadanya. "Lagian baju yang lo pake itu seragam cowok, kan?" tanya Mahesa.
"Bokap gue keliru beli," jawab Dinda dengan mulut yang sudah manyun. "Ya sudah siniin baju seragamnya," kata Adinda dengan mengulurkan tangannya tak ikhlas.
Mahesa tersenyum puas, ia memberikan seragam sekolah baru yang ia beli kepada Adinda dan Adinda menerimanya lalu ia berlalu masuk ke kamar mandi perempuan untuk mengganti seragamnya.
Mahesa menunggu dengan cemas sembari berulang kali menoleh ke arah kelasnya, guru kesenian belum masuk ke kelasnya, ia berharap gurunya sedikit telat.
Saat Mahesa kembali menolehkan pandangannya ke arah kamar mandi cewek, ia tertegun melihat Dinda keluar dari kamar mandi tersebut dengan baju seragam yang pas di tubuhnya. Dinda terlihat berbeda, meski ia cantik, ia terlihat sempurna dengan penampilannya kini.
Kenapa gue jadi deg-deg an gini?