TDH 03

1052 Kata
Callista bergumam seraya menelisik ke ruangan klasik di sana. Ia bingung, sepertinya ada yang aneh di sini. Sejak kapan ia punya pelayanan pribadi. "Hai, siapa namamu?" tanya Callista, karena lupa, atau mungkin belum menanyakan nama sosok gadis cantik itu. "Kely. Panggil aku dengan sebutan Lyli." ucapnya. Callista mengangguk paham. Apa di sini aku memiliki kekayaan harta melimpah?. Otak gadis itu mulai berpikir nista. Callista membalik badannya cepat. Dengan tatapan berbinar ia mengguncang kedua bahu gadis di hadapannya. Hingga membuat gadis itu terguncang. Keky begitu syok. Ada apa ini? Kenapa nonanya sangat aneh? Jangan-jangan dia sudah gila. Pikirnya, takut. "Apa aku orang kaya? Apa Aku punya rumah mewah di sini?!" tanyanya menggebu. Membuat sang pelayan semakin kebingungan. "Nona, ada apa dengan Nona? Aku akan panggilkan perawat." paniknya. "Heh, aku tidak apa-apa. Astaga!" geram Callista. "Ta-tapi ... Nona sangat aneh." ucap Kely. Callista terdiam, ia mulai memahami jika dirinya tengah terjebak dalam diri gadis yang mirip dengan dirinya ini. Callista mendudukkan tubuhnya kasar. Ia kesal, kenapa tak ada yang bisa mengerti keadaannya. Hingga beberapa saat kemudian, datang sosok lelaki dan sosok wanita paruh baya. Datang tergopoh-gopoh mendekat ke arahnya. Callista mengernyitkan keningnya. Siapa mereka? Batinnya. "Kau sudah sadar? Syukurlah! Ku pikir kau akan mati." sinis wanita paruh baya itu. Callista sudah menebak jika wanita ini bukanlah wanita baik-baik. "Felicia. Jangan membuat Ayahmu ini menderita. Kenapa kamu harus mencoba bunuh diri, hah?!" marah sosok lelaki paruh baya itu. Sembari menoyor kepala Callista. Kely yang merasa tak tega segera memeluk kepala sang nona. "Tuan, jangan sakiti Nona Felicia. Dia masih sakit," isaknya, ia ikut sakit saat gadis yang menjadi nonanya ini tersakiti. "Jika sampai kau mencoba melakukan hal itu lagi. Awas saja, aku sendiri yang akan memberimu hukuman." desisnya, sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah gadis tersebut. Callista hanya diam, menatap sengit ke arah kedua orang itu. Callista sejujurnya sudah mati-matian menahan emosi. "Awas saja kalian, aku menandai kalian berdua." gerutunya dalam hati. Kedua orang tua paruh baya itu pergi meninggalkan Callista beserta sang pelayan. "Kely. Siapa mereka?" tanya Callista dengan nada suara dinginnya. Kely kembali tersentak, dengan segera ia melepaskan pelukannya. Dia semakin yakin jika sang nona hilang ingatan sepenuhnya. Karena sudah tak mengenali keluarganya sendiri. "Mereka orang tua Nona," jelasnya. Callista memicingkan matanya. "Apa?! Mana mungkin ada orang tua yang jahat seperti mereka?!" tak terima gadis tersebut. Kely tersenyum tipis, ia mendudukkan tubuhnya di samping sang nona. Menangkup punggung telapak tangan gadis tersebut, ia mencoba memberikan pengertian. "Nona, tuan yang tadi bernama Charles. Dia adalah ayah kandungmu. Dan yang satu lagi nyonya Hilary, dia ibu tiri Nona." "Lalu di mana ibu kandungku?" Kely menunduk lesu. "Nona, ibu kandung Nona sudah tiada." lirihnya, tersirat keraguan di mimik bicara gadis tersebut. "Lyli, cepat katakan yang sebenarnya!" paksanya. Kely memejamkan kedua matanya sekilas sebelum kemudian bercerita lagi. "Sebenarnya Nona hanyalah anak dari tuan Charles dengan istri pertamanya. Dan kemudian datang nyonya Hilary. Dia janda beranak satu, dia yang menghancurkan keluarga Nona." cerita Kely, apa adanya. Karena sejujurnya ia juga muak pada wanita tua tersebut. Entah mengapa, meskipun bukan tubuhnya, Callista merasa begitu marah. Ia kesal dengan wanita tak punya akhlak itu. Ingin rasanya mencabik wajahnya yang sok elegan tersebut. "Aku ingin memberi dia pelajaran!" geram Callista. Lagi-lagi Kely tertegun. Ia semakin tidak mengerti, ternyata selain hilang ingatan, sang nona juga berubah sifat. Dia semakin berani melawan, sedang nonanya yang dulu hanya bisa menangis. "Nona ... jangan lakukan itu. Mereka bisa menghukummu." khawatir sang pelayan. "Aku tidak takut!" "Nona, jangan bahayakan diri Nona sendiri. Aku akan sedih jika Nona sampai terluka." "Jangan khawatir, aku Callista Brianna. Tak akan ada yang berani menindas diriku!" yakinnya. Kely semakin gila rasanya, sejak kapan sang nona berganti nama? Astaga. Dia bukan lagi hilang ingatan, tetapi sudah gila. "Siapa Callista? Bukankah nama Nona adalah Felicia?" Callista mengerjab polos. "Benarkah? Namaku Felicia?" Callista bertanya bak orang bodoh. Kely mengangguk brutal. "Ah, iya. Aku lupa," kekeh garing, Callista. "Tadi, kau bilang ibuku punya anak, dia laki-laki atau perempuan? Dia baik atau jahat seperti ibunya?" lanjutnya. Kely menceritakan semuanya. Tentang siapa saudara tiri dari gadis itu. "Nona mempunyai seorang kakak tiri, dia bernama Eloise Helary. Hubungan Nona dengannya tidak terlalu baik." Callista menganggukkan kepalanya. Sudah ia duga, jika saudara tirinya itu bukanlah gadis baik. "Ck, malang amat hidup aku di sini," malasnya. "Nona juga akan dijodohkan dengan putra pengusaha terkaya di wilayah ini," ucap Kely, lagi. Callista terdiam, ia kembali mengingat akan novel yang ia baca. Dan berkahir menjebak dirinya di tempat ini. Dengan gerakan cepat Callista menoleh ke arah Kely. "Jangan bilang jika nama pemuda itu Edward Lucas!" tebaknya. Kely membolakan kedua bola matanya. Bagaimana nonanya ini tau?. "Nona sudah ingat semuanya?!" tanyanya memastikan. "Tidak, aku hanya menebak saja," malas Callista. Hah, ternyata benar, dirinya kini menempati sosok tokoh yang tidak punya rupa wajah itu. Kenapa dirinya bisa terjebak di tempat ini? Apa salahnya, hingga ia mendapat hukuman seperti ini. Keluh Callista. "Aku rindu kedua orang tuaku." lirihnya, sungguh, ia sangat menyesal dengan apa yang diperbuatnya. Andai saja ia tak nakal, tak berbohong pada kedua orang tuanya, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Dirinya pasti masih bisa berkumpul dengan keluarganya. "Hik, mama ... papa ... aku ingin pulang," tangis Callista. Kely panik, ia tak tau kenapa nonanya bisa menangis seperti ini. Dengan segera ia memeluknya. "Nona, jangan menangis. Aku tau, jika Nona tidak mau dijodohkan dengan tuan Edward. Nona harus bersabar," ucapnya. Yang mana ucapan Kely membuat Callista terdiam. Ia berpikir sejenak, ternyata pelayannya ini berpikir jika ia tengah memikirkan tentang perjodohan dirinya dengan Edward. Padahal dirinya sedang memikirkan keluarganya di dunia nyata. Callista melanjutkan tangisannya. Dan ikut memeluk tubuh Kely, dramatis. "Apa pemuda yang bernama Edward itu orangnya tampan?" tanya Callista, dibalik isakannya. "Iya keluarga Lucas terkenal dengan ketampanannya. Dan juga keluarga paling kaya raya di wilayah ini." Sontak seringaian muncul di bilah bibir gadis tersebut. "Wah, aku bisa jadi orang kaya jika begini." gumam gadis itu, nista. Callista kembali menangis dramatis. Meraung, bak anak kecil. Membuat Kely semakin panik. Dalam otak pelayan cantik itu, terbesit sebuah pemikiran. Kenapa nonanya sekarang sangat berbeda? Kenapa gadis lembut ini berubah menjadi sosok arogan?. Pertanyaan-pertanyaan absurd beterbangan di dalam otak Kely. "Kapan aku menikah?" tanya Callista, melepaskan pelukannya. Kely menautkan kedua alisnya. Kenapa Nona Felicia terkesan begitu ingin menikah dengan tuan Edward? Hah, sungguh, otak gadis ini sangat sulit untuk ditebak. Semenjak dia melakukan percobaan bunuh diri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN