Kejadian beberapa hari yang lalu kini sering terjadi berulang kali terhadap nya.
Apalagi semenjak ia kini penasaran dan sering melewati jalanan itu. Semakin menjadi-jadi, hampir setiap hari ia mendengar bisikan perempuan.
Bahkan kapan hari saat ia sedang mengobrol dengan ibu nya ia mendengar bisikan itu kembali yang mengajarkan kalimat yang sering kali ia dengar kan.
Ailane......
Tolong aku....
Paling sering bisikan seperti itu, sebenarnya tak hanya itu saja. Sering ia mendengar bisikan juga tapi kebanyak tidak terdengar begitu jelas dan ia juga tidak mengetahui apa makna sebenarnya dari bisikan itu sendiri.
Saat ia bertanya kepada ibu nya apa mendengar suara seseorang, ibu nya menjawab tidak. Ternyata hanya dirinya yang bisa mendengar bisikan itu.
Awalnya ia takut luar biasa karena bisikan itu terdengar menyeramkan dan sangat asing di telinga saat pertama kali mendengar nya, namun lama-lama ia membiarkan.
Ia memiliki suatu cara untuk mengatasi hal itu. Jika ia mengabaikan bisikan itu saat terdengar seperti bersifat acuh dan berusaha tidak memikirkan nya, bisikan itu akan hilang.
Tapi berbeda saat ia mendengar kan bisikan itu namun pikirannya terus terfokus pada suara dan berusaha mencari-cari sumber suara bisikan itu terus terdengar.
Sebisa mungkin ia tak menghiraukan saat kembali mendengar bisikan itu. Ia anggap sebagai angin lalu saja agar tidak memberatkan pikirannya.
Kadang bisikan itu membuat nya gelisah tanpa ada sebab yang jelas.
Saat bekerja dan ia mendengar bisikan itu kembali ia bisa tak menghiraukan nya dengan bermain-main dengan anak yang dititipkan disana.
Hari Sabtu penitipan anak hanya di buka setengah hari saja dan saat sudah pukul dua belas siang anak-anak sudah hari di jemput orang tua mereka masing-masing.
Sudah pukul setengah satu, hari ini jadwalnya piket. Setelah selesai menyapu dan bersih-bersih ia mengunci pintu dan bergegas pulang.
Senangnya hari ini, ia menerima gaji nya.
Ingin membawakan makanan untuk kedua orang tua nya namun kedua orang tua nya membuka warung makan. Akan sangat mubadzir nantinya jika makanan yang ia bawa kan tidak termakan.
Ia baru ingat kapan hari kedua orang tua nya ingin makan roti tawar dengan selai coklat. Mereka belum bisa membeli karena beberapa hari dalam Minggu ini memang warung sepi pembeli.
Ia lebih baik mampir ke salah satu minimarket yang searah dengan arah jalan pulang untuk membeli roti dan juga selai kacang.
Ia tersenyum sendiri saat membayangkan ekspresi senang dari kedua orang tua nya saat makan roti tawar dengan selai coklat nanti.
Bagi keluarga Ailane bahagia tak perlu mahal. Harga roti tawar tak sampai seratus ribu dan pasti nya nanti akan mebuat orang tua nya senang.
Ia cepat-cepat membayar roti tawar pada kasir dan bergegas pulang.
Sebelum pulang, ia mampir di warung.
"Kok sepi?" Tanya nya pada diri nya sendiri.
Ia melihat warung nya tutup dan tak ada makanan yang terpajang di etalase makanan seperti biasanya.
Ia kembali melajukan motornya dan pulang ke rumah.
Benar saja, pintu rumah nya terbuka lebar-lebar dan kedua orang tua nya sedang menghitung uang di sofa ruang tamu nya.
"Assalamualaikum aku pulang," salam Ailane.
"Waalaikumsalam." Jawab mereka bersamaan.
Mata kedua orang tua nya berbinar saat menghitung pendapatan mereka di warung untuk hari ini.
"Udah habis makanan di warung?" Tanya Ailane dan duduk di dekat mereka.
"Alhamdulillah nak, tadi warung ramai sekali. Memang ya rejeki tidak kemana," Jawab Sarah ibu Ailane.
Ailane sendiri ikutan senang karena baru pertama kali nya warung mereka sudah tutup siang hari dan semua makanan terjual habis.
Tapi justru Ailane lebih senang seperti ini, dan berharap toko nya akan selalu ramai.
Jika seperti ini orang tua nya tak perlu capek-capek untuk menjaga di warung hingga malam hari menunggu makanan habis terjual belum lagi jika tidak ada pembeli sama sekali.
"Eh ini aku hari ini gajian, aku beliin roti tawar buat ayah sama ibuk. Aku juga beli selai rasa coklat kesukaan ayah sama ibu," Ailane menyerahkan satu bungkusan yang berisi roti tawar dan juga selai coklat dengan senyum merekah.
Indro ayah Ailane mengambil alih dari tangannya dan juga langsung tersenyum lebar.
"Wah Bu, anak kita bawa roti tawar. Cepat buat kan, jangan lupa kopi buat ayah dan teh buat Ailane. Kasihan anak kita pasti haus karena pulang kerja."
"Iya yah, sebentar ibuk buat kan."
"Yah, Ailane ganti baju dulu ya. Nanti habis ganti Ailane kesini lagi."
Indro mengangguk dan kini ia mengambil koran yang berada tak jauh dari nya untuk di baca.
Sedangkan Ailane ia senang sekali karena orang tua nya menghargai apa yang ia bawakan.
Sudah di bilang kan? Bahagia tak perlu mengeluarkan uang yang banyak.
Ia mengambil baju di lemari dan berganti.
Pilihan nya tertuju pada kaos longgar berwarna putih dan celana pendek se lutut.
Ia kembali keluar, ternyata Sarah sudah kembali dengan roti yang sudah di oles selai besarta dua cangkir teh dan juga kopi.
"Ayo dimakan Ailane."
"Iya Bu!" Ucap nya semangat. Setelah menengguk teh hingga setengah cangkir ia kini memakan roti dengan lahap.
Sangking lahap nya ia sampai tersedak.
"Uhuk.... Uhuk... Uhuk......" Ia terbaring karena merasakan roti yang ia makan seperti masih tersangkut di tenggorokan nya.
"Pelan-pelan nak kalau makan mangkanya itu." Indro menyodorkan teh agar Ailane minum. Sedangkan Sarah menggosok punggung Ailane.
Benar, setelah itu ia tak merasakan tersedak lagi.
"Kaya anak kecil aja Ailane kalo makan suka buru-buru." Gurau Sarah.
"Kerjaan kamu lancar nduk? Tidak ada masalah?" Tanya Indro.
"Alhamdulillah lancar yah. Makin banyak yang dititip kan disana,"
Meskipun kekuarga mereka bukan tergolong keluarga kaya, tapi bagi Ailane keluarga mereka sangat kaya akan kasih sayang dan juga kehangatan dalam sebuah keluarga.
Keluarga mereka pasti selalu menyiapkan waktu untuk sekedar mengobrol bersama saling menanyakan hari-hari yang mereka lalui satu sama lain.
"Enak banget yah ini roti tawar nya lembuuuuuuut." Sarah mengacungkan jempol nya pertanda sangat menyukai roti tawar ini.
Indro dan Ailane hanya tertawa saja menertawakan tingkah Sarah yang bagi mereka lucu.
Kriingg.... Kring...... Kring.....
Telepon rumah yang berada di sebelah Sarah berbunyi. Seperti ada yang menelpon.
"Angkat saja Bu," pintah Indro.
Sarah mengambil gagang telpon itu dan mulai menempelkan di telinga nya.
Keluarga Ailane hingga saat ini masih menggunakan telepon rumah jadul sebagai alat berkomunikasi untuk orang-orang.
Sarah dan orang itu tampak nya mengobrol hingga Sarah akhirnya mengakhiri telpon itu.
"Kenapa Bu?" Tanya Ailane.
"Itu ada orang yang mau pesen ketering tiga ratus kotak buat besok siang. Kata nya nanti sore orang itu datang kesini buat bayar keseluruhan nya."
"Wah Alhamdulillah Bu. Besok hari Minggu aku engga kerja aku bisa bantu ayah sama ibu buat masak dan nyiapin pesenan nya."
Mereka bertiga saling berpelukan tak menyangka ada rejeki yang datang di siang bolong ini.
"Lihat nak, kalau kita selalu bersyukur Allah akan selalu memberikan rejeki lebih untuk kita." Indro berkata kepada anak perempuan nya.
Indro dan Sarah selalu mengajarkan nya bagaimana cara untuk selalu bersyukur. Bagi keluarga ini, meskipun mereka hidup kadang merasa kekurangan namun mereka selalu senantiasa bersyukur, mereka jangan mengeluh dan akan merasa cukup dengan kehidupan mereka.
Kita sesekali harus melihat orang yang berada di bawah kita, masih banyak orang yang hidup di jalanan dan harus meminta-minta kepada orang agar mereka bisa makan. Sedangkan Ailane? Ia sudah memiliki rumah yang layak, selalu bisa makan tiga kali sehari serta memiliki keluarga yang selalu hangat dan mendukung keputusan nya asalkan baik untuk dirinya dan juga keluarga.
Maafkan Ailane Tuhan, terkadang Ailane lupa caranya untuk bersyukur.
Ia menyesali keputusan nya dulu saat ia memilih untuk bekerja di klub malam. Mungkin jika ia larut ke dalam dunia malam hidupnya tak akan bahagia karena itu salah satu perkejaan yang tidak diperbolehkan dalam agama.
Jika ia bersyukur pasti akan ada saja rejeki yang datang ditengah-tengah keluarga mereka.
"Ailane cepat ambilkan ibu kalkulator, ibu ingin menghitung jumlah yang akan kita keluarkan untuk besok."
Ailane berdiri dan mengambil kalkulator.
Harga satu kotak adalah tiga puluh ribu. Dan yang pesan sebanyak tiga ratus kotak, sehingga pendapatan yang akan diperoleh nanti nya sebesar sembilan juta rupiah.
Sedangkan harga bersih dari satu kotak itu sendiri senilai dua puluh ribu. Mereka mengambil keuntungan pada satu kotak nya sebesar sepuluh ribu saja. Sehingga nanti untung yang mereka dapat dari hasil penjualan tiga ratus nasi kotak sebanyak tiga juta rupiah.
"Banyak sekali yah, Bu. Bisa kita tabung sisa nya." Saran Ailane.
"Alhamdulillah nak Alhamdulillah. Jangan lupa untuk selalu bersyukur ya untuk kedepannya." Ujar Sarah.
Setalah menghitung dan mencatat apa saja yang akan dibeli untuk besok mereka melanjutkan untuk family time dan saling bercengkrama serta saling melontarkan guyonan masing-masing.
Ia tak henti-henti nya tertawa saat Indro berbicara sebuah lelucon garing namun sukses membuat nya tertawa.
Keluarga sangat hangat, setiap orang tentu memiliki kelebihan dan kekurangan nya masing-masing dalam setiap kehidupan. Keluarga nya harus susah payah untuk mencari uang, namun kelebihan nya keluarga mereka selalu hangat.
Tuhan.... Terimakasih karena engkau telah melahirkan ku di tengah-tengah keluarga ini.
-Ailane-