Terusan putih terbalut dengan indah di tubuh Ailane. Rambut nya ia biarkan tergerai, dan mengayun menampar pelan wajah cantik nya saat rambut hitam itu tertiup angin.
Ailane kini duduk di pinggir taman yang ada sebuah bangku berwarna coklat tua dan ia memilih untuk menduduki nya sambil menunggu seseorang.
Ia menunggu Rayhan, seorang pria yang dua tahun di atas nya. Rayhand adalah salah satu lelaki incarannya semenjak ia SMA. Dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas ia masih menyukai Rayhan. Bahkan, saat Rayhan lulus pun diam diam ia masih mencari informasi tentang cowok itu.
Dimana Rayhan berkuliah, dimana biasanya tempat yang Rayhan gunakan untuk nongkrong dengan teman-teman nya, dan sampai siapa saja perempuan yang dekat dengan Rayhan.
Jika kalian bertanya-tanya bagaimana Ailane bisa mengetahui semuanya, Ailane memiliki teman dekat yang memang satu angkatan dengan Rayhan. Dan nampaknya keberuntungan waktu itu terus berpihak kepada Ailane. Mia, atau teman dekat yang dimaksud Ailane itu ternyata memiliki kelas yang sama juga dengan Rayhan.
Kalian tahu? Kisah percintaan Ailane tak semulus itu pada akhirnya. Ending dari kisah cinta nya sangat pahit, ternyata diam-diam Mia juga menaruh perasaan nya terhadap Rayhan. Selama ini informasi yang diberikan oleh Mia palsu. Tak ada yang benar kecuali hanya dimana letak kampus Rayhan.
Kenapa Ailane bisa tahu? Karena saat ia melihat akun i********: Rayhan, ia memposting sebuah foto berdua antara dirinya dan juga Rayhan menuliskan sebuah caption romantis pada foto itu.
Ailane tak bisa berkata-kata, mau menyalahkan siapa juga ia tak bisa. Ia dan Rayhan tak ada hubungan dan parah nya lagi ia tak tahu Rayhan sebenarnya menaruh hati atau tidak dengan nya.
Ia menyukai Rayhan hanya diam-diam, sebenarnya jika ada yang disalahkan dalam posisi ini, ini adalah salahnya sendiri. Ia terlalu memendam perasaan nya, hingga lupa untuk mengutarakan nya. Jika sudah begitu ia baru menyesal. Penantian nya selama lebih dari tiga tahun ini sia-sia.
Mia waktu itu terus mengucapkan kata maaf pada dirinya. Nasi sudah menjadi bubur, yang membuat nya lebih sakit adalah saat Mia mengatakan jika ia dan Rayhan sama-sama saling mencintai dan tidak ada niatan untuk saling meninggal kan satu sama lain.
Ailane tak mau menjadi pelakor, meskipun susah lama-lama ia bisa melupakan Rayhan dan fokus bekerja di tempat penitipan anak. Bermain dengan anak kecil setiap hari nya, percaya tidak percaya bisa mengalihkan fokus nya terhadap Rayhan. Tingkah menggemaskan mereka membuat Ailane lebih bahagia dengan hidupnya sekarang.
Seperti tak ada waktu lagi untuk memikirkan Rayhan, pagi hingga malam ia gunakan untuk bekerja, jika ia pulang sore pun ia tak langsung pulang ke rumah, melainkan membantu orang tua nya untuk berjualan di warung nasi. Sampai rumah hanya pada waktu malam hari, badannya sudah capek alhasil setelah sampai rumah waktunya hanya ia gunakan untuk membersihkan diri lalu ia gunakan untuk tidur. Berulang terus seperti itu.
Hingga ia bertemu dengan Sean. Berbicara dengan Sean, seminggu ini Sean benar-benar mendiamkan nya. Tak mengirimkan nya pesan sama sekali. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat Sean memergoki nya sedang mencoba untuk bekerja di sebuah club dunia malam.
Setelah mengantarkan Ailane pulang Sean langsung bersikap dingin dan malah terkesan tidak perduli dengan Ailane.
Ailane tak memperdulikan hal itu, Sean siapa? Seenaknya bisa mengatur kehidupan nya begitu saja. Kekasih bukan, suami bukan bisa seenaknya mengendalikan diri Ailane. Sean bagi Ailane hanya sebatas orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya tanpa permisi. Masuk begitu saja dan kini menghancurkan semuanya.
Sean waktu itu langsung membayar puluhan juta kepada club dan meminta secara tegas agar tidak menerima Ailane lagi untuk bekerja disana. Vi pun kini menjadi ketus terhadap nya, Vi mengatakan jika dirinya tak tahu terimakasih. Sudah dibantu malah menyebabkan sebuah keributan dalam club' itu.
Ia juga sedikit senang jika memang Sean akan menjauhinya untuk seterusnya. Hidup nya akan bebas, tak ada yang ikut campur lagi masuk ke dalam hidupnya.
Sudah lupakan saja Sean, ia sudah bahagia sekarang. Laki-laki yang selama ini ia incar mengajaknya bertemu. Ia lagi tak ingin makan, alhasil ia mengajak Rayhan bertemu di taman dan menikmati angin yang berhembus.
Berulang kali ia membenarkan rambut nya atau juga membenarkan dress nya yang tertekuk akibat ia duduki.
Hatinya sudah tak karuan, sudah bertahun-tahun tidak bertemu saat ingin bertemu kembali ternyata hati nya masih sama seperti dulu. Berdegup kencang tak karuan sampai ia sendiri saja tidak bisa menghentikan nya. Apa iya selama ini ia belum bisa sepenuhnya melupakan Rayhan?
Kamu cantik Ailane! Jangan mempermalukan diri mu sendiri di depan kak Rayhan nanti! Ujar nya menyemangati dirinya sendiri.
Rayhan datang! Dengan motor Vespa yang berwarna kuning. Kemeja dengan kaos hitam serta memakai celana panjang hitam seperti sudah menjadi ciri khas seorang Rayhan. Sedari SMA dulu memang Rayhan suka sekali memakai kemaja dengan kaos yang menjadi inner nya.
Sepuluh detik pertama, pandangan nya terkunci takjub melihat Rayhan. Sudah tak usah ditanya lagi seperti apa perasaan nya sekarang. Sudah pasti berpuluh-puluh kali lipat lebih cepat berdebar-debar ketimbang tadi saat rayhan belum datang.
Rayhan langsung melebar kan senyum nya.
Kenapa ia tak tahu saat masih SMA dulu ada seorang adik kelasnya yang jelas-jelas naksir berat terhadap nya tapi ia tak menghiraukan?
Takdir memang sudah tertulis di atas garis takdir seseorang. Mungkin semesta baru mengijinkan mereka berdua bertemu saat mereka sudah sama-sama dewasa.
Umur Rayhan kini dua puluh tiga tahun, dan Ailane dua puluh satu tahun. Mungkin ini waktu yang matang atau juga bisa dikatakan sebagai waktu yang tepat untuk mempertemukan mereka berdua.
Astaga Ailane! Mereka hanya bertemu secara nyata berudaan hanya satu kali saja! Bisa-bisanya gambaran mereka berdua menikah nanti sudah berada di pikiran nya. Halu Ailane sudah terlalu jauh.
Tapi kalo beneran aku jodohnya kak Rayhan gapapa si hihi. Ia membatin. Melihat wajah tampan Rayhan saja rasanya seperti sedang melihat masa depan nya.
Astaga Ailane! Benar kan, kelewat batas sekali kehaluan Ailane untuk kali ini.
"Maaf ya lama. Aku mampir ke pom bensin disana dulu, ramai banget." Ucap Rayhan tak enak hati. Ini pertama kali mereka bertemu dan malah ia malah datang terlambat dan membuat Ailane menunggu cukup lama. Sebenarnya Ailane tak mempermasalahkan hal itu, tapi Rayhan yang merasa tak enak hati kepada Ailane.
"Engga apa-apa kok kak---"
"Rayhan aja ya, aku bukan kakak kamu." Rayhan terkekeh. Ailane yang salah tingkah sangat ketara dengan jelas bagaimana ia bersikap dan tata berbicara nya.
Rayhan duduk di bangku sebelah Ailane duduk.
Jujur ia juga grogi pertama kali bertemu dengan Ailane, apalagi Ailane sangat cantik. Tapi ia pintar menyembunyikan nya sehingga mungkin Ailane saja tak menyadari jika sebenarnya Rayhan sedang grogi saat ini.
"Serius cuma mau disini aja? Gimana kalo kita cari makan? Laper nih, pulang ngantor langsung kesini belum sempat makan. Temenin makan ya ay?" Tawar Rayhan.
Sebenarnya ia lagi tak ingin makan, namun ia tak bisa menolak keingan Rayhan. Ia juga bisa menyia-nyiakan kesempatan ini jika ia menolaknya.
"Boleh deh Ray,"