Ailane kini sudah menjadi diri nya sendiri yang bisa mengatur seluruh otak dan juga gerak tubuh nya. Bukan lagi seorang raga yang jiwa nya bukan milik nya sendiri.
Aneh nya, ia kemarin saat jiwa nya terkunci di dalam tubuh nya sendiri ia sadar dan melihat setiap gerakan yang di gerak kan oleh Sharena. Namun sekarang sama sekali ia tak ingat setiap peristiwa yang terjadi kemarin.
Saat ia mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin ia sama sekali tidak dapat mengingat nya. Ia hanya merasa ada sesuatu yang janggal sekali di hati nya. Seperti telah melewati banyak hal kemarin namun ia tak ingat itu apa.
Saat di bangunkan ibu nya tadi ia sempat kebingungan. Mungkin hanya nyawa nya saja yang masih belum terkumpul secara utuh karena baru bangun tidur.
Seingat nya sekarang adalah hari Rabu, namun ibu nya menyebutkan jika hari ini adalah hari Kamis. Terloncat satu hari.
Ia terus mengingat apa yang terjadi kemarin namun nihil tak ada yang ia ingat sama sekali.
Astaga ia ingat mimpi nya semalam aneh sekali. Benar-benar sangat aneh. Ia tak tahu apa maksud nya, namun ada Sean di dalam mimpi nya itu.
Flashback on.
Byur!
Ia melihat ada seseorang wanita yang wajah nya blur itu terlihat sedang mengobrol dengan teman nya.
Itu Sharena. Atau yang biasa dipanggil Rere. Namun Ailane tak menyadari jika mimpi ini menceritakan sebagian kisah hidup dari Sharena.
Rere merasakan punggungnya disiram oleh sesuatu yang hangat. Rere membalikkan badannya kencang-kencang. Ia sudah ingin menonjok keras orang yang berani melakukan hal itu padanya.
"Anjing! Punya otak gak Lo!?" Rere terkejut, ia lebih terkejut lagi saat orang yang menyiramnya itu mengangkat kepala. Ia memukul mulut nya karena tak bisa menjaga ucapannya.
Pria tampan yang berusia sekitar tiga puluh tahunan, kini mantapnya dengan perasaan bersalah.
Rahangnya sangat tegas, hidung mancung, bibirnya merah dan penuh, serta alis tebal yang tercetak sempurna. Jangan lupakan bulu halus di sekitar rahangnya yang menambah kesan macho. Jauh lebih tampan dengan pria yang ditabraknya tadi.
Kyaaaaa! Om-om cogan!
"Saya minta maaf, karena saya, baju kamu menjadi kotor. Saya tidak berbohong, seperti ada yang mendorong saya dari belakang. Dan menyebabkan kopi saya tumpah."
Rere tak merespon, ia masih menatap ukiran wajah bak dewa yanani tepat dihadapannya.
Pria itu melambaikan tangannya beberapa kali ke arah muka Rere.
"Euhm gapapa kok."
Pria itu mengusap kasar wajahnya, kemudian menghela nafas berat. "Kamu tidak mungkin jalan-jalan disini dengan keadaan kotor."
Rere menoleh kebelakang, punggungnya dipenuhi oleh noda hitam pekat yang lumayan banyak.
"Saya akan membelikanmu baju, kamu ikut apa menunggu disini?" Tanyanya kemudian.
Rere menoleh ke arah Rere dan Manda kemudian tersenyum mengejek. Ia kemudian mengetikkan sesuatu.
RereKeyla: kalian pergi aja. Ntar tunggu di parkiran.
"Ikut aja deh,"
Pria itu melepaskan jas nya, ia memakaikan kepada Rere yang sedang berusaha mengontrol degup jantungnya.
Aroma mint yang pertama kali menyambut hidung Rere, ia serasa dipeluk oleh pria yang belum sama kali dikenalnya.
"Saya Sean," ucap pria itu, ia menjulurkan tangannya pada Rere, dengan semangat Rere membalas uluran tangan itu.
"Sharena."
"Nama yang indah." Gumam Sean, perasaan Rere kian tak terkontrol karena ucapan sederhana itu.
Mereka sudah memasuki toko pakaian yang lumayan besar. Rere tertuju pada sebuah dress sederhana berwarna putih dengan sedikit renda dipinggirannya.
Ia mengganti pakaiannya yang kotor, dengan dress indah itu.
Sean membayarnya, sebelum membayar, Sean sempat bertanya apa yang dibutuhkan gadis itu lagi. Rere menjawab tak ada yang dibutuhkan selain pakaian baru yang menggantikan dress nya.
Mereka keluar dari butik, Sharena menatap Sean cukup lama.
"Makasih om, maaf jadi ngerepoti."
"Seharusnya saya yang meminta maaf ke kamu." Sahutnya ramah.
Rere kembali memamerkan senyum manisnya. Sepertinya, Sean juga tertarik padanya.
"Boleh saya meminta nomor ponsel kamu?"
Flashback off.
Kira-kira seperti itu mimpi yang diimpikan diri nya tadi. Memang ia tak mengerti itu sebuah mimpi apa yang jelas dan yang bisa ia pahami adalah di sana ada Sean. Hanya itu saja.
Ia mencoba untuk melupakan mimpi nya dan sesuatu yang mengganjal hati nya tadi karena ia rasa itu bukan suatu permasalah yang harus ia pikirkan sedalam ini.
Ailane mengendarai motor nya seorang diri.
Ia pergi ke kantor seperti biasa.
Tiba-tiba semua orang yang berada di sana langsung melihat nya dan menunduk.
Kenapa tidak memberikan tatapan tajam seperti biasa nya?
Biarkan saja.
Hingga ada sebuah tangan melingkar di pinggang nya.
Cup!
Satu kecupan ringan mendarat di pipi nya.
Plak!
Bebarengan dengan sebuah tamparan keras saat bibir Sean mengecup pipi nya.
Sean hanya mengecup pipi Ailane namun respon Ailane sudah seperti itu.
Semua yang berada di situ hanya tetfokus pada tamparan Ailane yang keras sekali hingga terdengar sangat nyaring bunyi nya.
Bahkan ada yang sampai menutup mulut nya karena sangking tak percaya nya dengan apa yang dilakukan oleh Ailane barusan.
Ailnae terdiam hingga pandangan ya kosong.
Muka sesosok itu hancur sekali sampai Ailane tak mengenali nya. Darah sudah sangat banyak mengalir dari segela sisi, rambut nya kusut dan panjang terurai.
Bug!
Ailane terjatuh karena langkah nya tiba-tiba lemas.
"Tolong jangan mendekat," teriak Ailane. Sesosok itu berusaha untuk mendekati Ailane. Tangannya seperti hendak mencekek Ailane, kuku nya panjang hitam dan menyeramkan.
"Aaaaaghhhhh!" Teriak Ailane untuk yang kedua kali nya. Ia merasa ada sebuah tangan yang memegang pundak nya.
Hanya ia saja yang melihat kejadian itu dari banyak nya orang yang sedang berada di sini.
Ia merasa kan hal itu begitu sangat nyata di pandang an nya.
Ia merasa ada sebuah kuku yang menancap disana yang membyat Ailane langsung tak sadarkan diri bukan hanya lemas saja.
Sean panik sekali dan membopong tubuh Ailane untuk ke ruangan nya.
Saat sudah sampai di ruangan nya Sean tak mengizinkan siapa pun untuk masuk ke sana kecuali orang yang ia suruh.
Ia mengecek suhu tubuh Ailane yang normal dan tidak dalam keadaan tubuh yang demam.
Bahkan sebelum gadis itu tak sadarkan diri ekspresi wajah nya seperti kaget melihat sesuatu yang sangat menyeramkan.
"Ailane bangun lah jangan membuat saya khawatir." Sean mengecup kening ailane berkali-kali.
Jika seperti ini tak akan ada tamparan yang akan mendarat ke wajah nya.
Ia sayang sekali dengan gadis yang berada di depan nya itu. Ia tak bisa membayangkan jika Ailane harus pergi darI hidup nya.
Entah mendapat pemikiran dari mana, Sean mengecup bibir Ailane berharap jika gadis itu akan bangun seperti dongeng putri tidur.