Ailane kini sedang bersama kedua orang tua nya di rumah sakit. Dua puluh menit yang lalu Sean berpamitan jika ia harus ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan nya sebentar dan nanti malam akan kembali ke sini mengganti kan kedua orang tua nya agar bisa beristirahat di rumah.
Dokter menyuruh Ailane untuk rawat inap sekitar satu atau dua hari saja agar memastikan Ailane tidak kekurangan cairan dalam tubuh nya.
Saat mengetahui Ailane masuk rumah sakit karena kurang minum, Sarah langsung mengomeli anak semata wayang nya itu. Ia tak pernah berhenti mengingat kan Ailane agar minum air yang banyak setiap hari nya namun Ailane bandel dan tidak mau menuruti apa kata-kata Sarah.
Alhasil ia kapok, berada di rumah sakit sangat menyiksa nya apalagi infus yang menempel jika ia banyak gerak akan terlepas dan saat memasangkan nya kembali rasa nya sakit sekali dan sangat menyiksa diri nya.
Sejak datang hingga sekarang setiap lima belas menit sekali Sarah selalu menyodorkan air putih kepada Ailane. Ailane tak berani menolak, ia juga ingin segera sembuh dan melakukan aktifitas seperti biasanya.
Indro hanya mengantar Sarah kesini dan kembali ke warung karena tidak ada yang menjaga warung, jualan mereka masih banyak jika di biarkan begitu saja nanti nya akan basi dan mubadzir.
"Kamu harus berterima kasih pada Sean nanti," ucap Sarah.
"Udah Bu tadi," bela Ailane.
"Ya maksudnya itu kamu setelah ini jangan ketus sama nak Sean, di baik banget Lo sama kamu."
"Iya Bu,"
Mata nya kini berat karena baru saja meminum obat yang di berikan oleh dokter.
Sarah mengerti anak nya kini terkena pengaruh obat. Beberapa detik yang lalu mereka masih mengobrol dan sekarang Ailane sudah memejamkan mata nya rapat.
Sarah melihat wajah anak semata wayang nya yang sedang tertidur dengan tenang. Kemudia ia meneteskan air mata.
Sudah dua puluh satu tahun ia merawat Ailane hingga sebesar ini. Ia bersyukur sekali Ailane tumbuh menjadi seorang yang mengerti keadaan dan tak pernah memaksa kan kehendak.
Sedangkan Ailane kini telah sampai di alam bawah sadar nya. Mimpi nya aneh sekali.
Ia kini telah datang di sebuah pernikahan yang ramai sekali. Aneh nya ia memakai baju rumah sakit yang sedang ia kenakan sekarang. Tapi ia tidak bersama orang-orang yang terlihat bahagia disana. Ia menyendiri di pojok ruangan melihat tamu-tamu undangan yang saling mengobrol satu sama lain.
Hingga ia melihat Sean, Sean mencolok sekali. Mencolok karena Sean satu-satu nya orang yang ia kenal disana.
Sean terlihat sedang menggandeng seorang wanita dengan dress anggun yang melekat di tubuh nya. Rambut wanita itu pink sekali dan rambut nya paling menyala di antara yang lain.
Sean terlihat sangat menyayangi wanita itu terlihat dari tangan Sean yang terus merengkuh pinggang nya tanpa melepas kan nya sedari tadi.
Ailane masih berada disana.
Hingga terlihat wanita itu menyalami tangan pengantin laki-laki namun reflek mempelai laki-laki nya memeluk wanita yang berada di sebelah Sean.
Namun setelah wanita itu berbalik dan pergi meninggalkan Sean dan juga laki-laki yang sedang mengenakan pakaian pengantin Ailane terkejut.
Wajah wanita itu ternyata sama persis dengan diri nya.
Kenapa ia mimpi seperti ini, dan aneh nya lagi ia kini sadar jika ia sedang bermimpi sekarang.
Lalu wanita itu kini sudah berdiri di depan nya dan memegang sebuah pisau yang siap untuk menikam diri nya kapan saja.
"Aaaaaaaaa!" Ailane terbangun saat wanita itu hendak menancap kan pisau tepat di perut nya.
Ailane duduk langsung karena sangat terkejut dan reflek memegangi perutnya.
Teriakan nya itu ternyata membangunkan Sean yang sedang tertidur dengan posisi duduk di sebelah nya.
Entah kenapa Ailane langsung memeluk Sean, ia takut sekali. Mimpi itu terasa sangat nyata, perut nya sedikit nyeri sekarang.
"Ailane, kamu kenapa?" Tanya Sean. Tak biasanya Ailane memeluk nya tiba-tiba.
Pelukannya erat sekali dan ternyata Ailane sedang menangis di pelukan Sean.
Sean membiarkan saja agar gadis itu tenang di pelukan nya dan kemudian menanyakan mimpi buruk apa yang membuat Ailane seperti ini.
"Ailane mimpi buruk. Ada cewek yang muka nya sama persis seperti Ailane nusuk perut Ailane make pisau," ucap Ailane menunjuk kan bagian perut mana yang di tusuk.
"Mirip sama kamu?" Ulang Sean.
"Rambut dia pink,"
"Sharena!" Reflek Sean menyebutkan nama mantan tunangan nya yang telah tiada. Ciri nya sama persis seperti yang di sebutkan oleh Ailane. Wajah nya mirip dengan Ailane dan rambut nya pink.
"Mantan tunangan om Sean?" Tanya Ailane. Ia mengingat betul siapa nama mantan kekasih Sean.
Sean hanya mengangguk kemudian ekspresi nya berubah menjadi menunduk sedih. Mungkin Sean sedikit teringat akan sosok mantan tunangan nya yang telah pergi sekitar lima tahun yang lalu.
Sean memberikan minum agar gadis itu sedikit lebih tenang.
Ia melihat ke arah jendela luar, langit sudah gelap dan jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit.
Ia tidur tadi sekitar pukul empat sore, rasa nya ia masih sebentar dalam tidur nya tapi tak terasa sudah tiga jam saja.
Ia mengedarkan pandangan nya ke seisi ruangan mencari keberadaan ibu nya. Tadi Sarah masih berada disini, tapi sekarang sudah tidak ada siapa-siapa lagi selain Sean disini.
"Ibu kamu saya suruh untuk pulang bersama sopir saya agar beristirahat di rumah." Sean paham karena Ailane celingak-celinguk mencari seseorang. Siapa lagi jika bukan mencari orang tua nya.
Kadang Sean merasa iri karena Ailane masih saja akrab dengan orang tua nya padahal ia sudah bukan anak kecil lagi. Di tambah lagi, hangat nya keluarga Ailane yang membuat Sean serasa seperti pulang ke dalam sebuah rumah ternyaman.
Tok... Tok... Tok.... Tok... Tok... Tok...
Pintu kamar nya di ketok, Sean bangkit dari kursi nya dan ingin membuka kan pintu siapa yang datang. Mungkin saja dokter yang ingin mengecek kestabilan kondisi tubuh Ailane.
Saat membuka pintu yang datang malah karyawan nya yang tadi siang ia usir. Tidak kapok-kapok masih berani juga untuk datang ke sini.
Rayhan masih tak menyangka jika Sean masih disini menunggu Ailane.
Ia merasakan seperti ada yang tak beres di antara hubungan Ailane dan juga atasan nya itu.
Masih wajah jika seorang atasan mengantar kan bawahan nya ke rumah sakit karena tiba-tiba saja pingsan. Tapi sedikit tak wajar saya jika Sean masih menunggu Ailane sampai malam begini.
"Ada apa?" Tanya Sean kepada Rayhan. Laki-laki itu terlihat membawa bingkisan yang berisikan buah-buahan segar yang pasti untuk Ailane.
"Saya mau menjenguk Ailane,"
Ailane yang penasaran siapa yang datang karena Sean yang tak kunjung kembali lantas memanggil Sean.
"Om Sean siapa yang dateng?" Teriak Ailane dari tempat tidur nya.
Rayhan semakin dibuat penasaran. Ailane memanggil Sean dengan sebutan 'om' ? Pendengaran nya tidak salah?
Apa baik jika seorang bawahan memanggil atasan nya dengan panggilan seperti itu?
Sean mengalah, ia menyuruh Rayhan masuk. Toh juga hanya sekedar ingin menjenguk Ailane saja. Tidak akan berani macam-macam karena ada Sean yang berada disana.
"Eh, Rayhan?" Ailane menegakkan tubuh nya saat melihat siapa yang datang.
Mampus! Batin Ailane. Rayhan datang menjenguk nya saat Sean sedang berada disini? Ailane tak mau jika Rayhan akan memikirkan hal yang tak seharusnya ia pikirkan tentang mereka.
Sean menaruh buah yang dibawakan oleh Rayhan.
Rayhan merasa sedikit diawasi karena Sean duduk di belakang nya sekarang.
"Kamu kenapa ay? Kok bisa masuk rumah sakit begini?" Tanya Rayhan.
"Aku cuma kurang istirahat---"
"Sudah dengar apa yang dikatakan Ailane kan? Dia butuh istirahat, ada baik nya kamu pulang dan membiarkan Ailane untuk beristirahat." Usir Sean yang langsung mendapat pelototan tajam dari Ailane.
"Ailane lagi pengen terang bulan, bisa beliin Ailane?" Pinta Ailane kepada Sean.
"Nanti saya akan membelikan kamu Ailane,"
"Sekarang, Ailane pengen banget."
"Ya sudah. Kamu, jangan coba-coba berdekatan dengan Ailane." Ucap Sean memperingatkan kepada Rayhan.
Sean sekarang sudah keluar dari ruangan ini dan meninggalkan Rayhan dan Ailane berdua disini.
"Dia siapa kamu ay?" Tanya Rayhan pertama kali.
Sebenarnya Ailane sudah dapat menebak nya jika itu adalah pertanyaan yang akan di pertanyakan oleh Ray.
Ailane bingung harus menjawab apa.
"Bukan siapa-siapa aja kok Ray,"
"Tapi kalian kelihatan deket banget," desak Rayhan kepada Ailane.
"Serius bukan siapa-siapa,"
"Aku tau kamu bohong ay, dia pacar kamu?" Tuduh Rayhan.
Ailane langsung merasa tak suka saat Rayhan menuduh nya seperti ini. Ia sudah berbicara jujur kepada Rayhan.
"Terserah kamu ya Ray, aku lagi engga pengen diganggu sama tuduhan kamu itu sekarang."