Another you

1114 Kata
Pagi ini semua berkumpul di ruangan Ailane. Dokter sudah memperbolehkan Ailane untuk pulang dan di rawat di rumah asal ia harus memperbanyak istirahat nya dalam beberapa waktu dan menambah minum air putih di setiap pagi nya. Ailane langsung meng-iya kan anjuran dari dokter agar ia segera pulang. Sean berada di sini dengan kedua orang tua nya yang tidak membuka warung hari ini hanya untuk menjemput Ailane dari rumah sakit. Saat melihat Ailane terbaring lemah seperti ini kedua orang tua nya langsung teringat kejadian beberapa tahun yang lalu saat nyawa Ailane hampir tak terselamatkan. Mulai dari baju kotor semua sudah Sarah bersihkan. Mereka berdua kesini bebarengan dengan Sean. Semalam memang Sean tidur di ruangan ini, namun ia tidur di sofa. Lalu saat pagi-pagi sekali sekitar pukul lima Sean dan supirnya menjemput kedua orang tua Ailane dan mengantarkan mereka kesini. Untung saja orang tua Ailane tadi sudah bangun sehingga Sean tak perlu merasa tak enak hati karena mengganggu mereka. Sean telah selesai mengurus administrasi rumah sakit. Sarah dan Indro kekeh ingin mengganti uang administrasi rumah sakit namun Sean menolak nya. Ailane sudah menjadi tanggung jawab nya. Sean juga berkata jika kedua orang tua Ailane butuh sesuatu atau meminta pertolongan agar jangan sungkan-sungkan untuk bilang kepada Sean. Dengan senang hati Sean akan menolong mereka. Sean membantu Ailane turun dari tempat tidur. Awal nya Ailane tidak mau di bantu Sean tapi ternyata badan nya masih belum pulih. Memang kepala nya sudah tidak pusing, namun seharian kemarin hanya terbaring di atas kasur membuat nya tak kuat untuk berdiri lama-lama. Langkah kaki Ailane yang perlahan lemas tanpa meminta izin Sean langsung membopong nya. Ailane kali ini tak menolak nya, tak pernah sebelum nya ia merasakan tubuh nya sama sekali tak ada tenaga yang bersisa. "Maaf ya nak, anak bapak jadi merepotkan nak Sean." Ucap Indro yang merasa tak enak hati karena ailane kini harus digendong Sean. Apalagi Ailane bukan anak kecil lagi, meskipun tak merasa keberatan namun Indro tetap saja merasa tak enak. Mereka kini sudah berada di mobil Sean untuk segera pulang ke rumah Ailane. Rupa nya obat yang ia minum sebelum pulang tadi mungkin dosis obat tidur nya sangat tinggi pikir Ailane. Ia kini tak bisa membuka mata nya karena berat sekali dan rasa kantuk kembali menyerang nya. "Langsung taruh di kamar Ailane saja nak Sean, pintu nya berwarna putih." Ucap Indro. Sean mengerti dan menggendong Ailane untuk ke kamar nya. Ia menidurkan Ailane di atas kasur dan menyelimuti Ailane dengan selimut motif hello Kity yang dimiliki Ailane. Kamar nya khas sekali dengan aroma tubuh Ailane. Sean mengecup kening Ailane cukup lama. Ailane sedikit sadar, namun ia berfikir jika saat ini ia sedang bermimpi di kecup keningnya oleh Sean. Padahal ia tak sedang bermimpi sekarang. "Cepet sembuh, jangan sakit terus." Sean keluar dari kamar Ailane dan menutup pintu nya. Ia menghampiri Sarah dan juga Indro untuk berpamitan pulang. "Nak Sean, kami berteri makasih sebanyak-banyaknya pada nak Sean." Sean mengangguk dan mencium tangan kedua orang tua nya. "Langsung kabari saya jika Ailane atau kalian membutuhkan apa-apa." Kedua orang tua Ailane hanya mengangguk. Mereka bersyukur sekali Ailane bertemu dengan laki-laki sebaik Sean. Padahal mereka belum memikirkan siapa laki-laki yang akan mendampingi anak nya nanti. Namun jika Sean orang nya, mereka sedikit tenang karena Ailane berada di tangan orang yang tepat. Sedangkan Sean, badan nya pegal sekali semalaman ia berada di rumah sakit dan tidur dengan kondisi badan tertekuk apalagi sofa rumah sakit itu yang kecil dan juga keras. "Ini kita kemana pak?" Tanya sopir pribadi Sean. "Makam saja," ujar Sean. Sopir yang sudah paham makam yang di maksud oleh Sean kini langsung tancap gas menuju makam. Sean tak terlalu memperdulikan jalan sedang mengalami kemacetan atau tidak. Ia memejamkan mata nya dan terlelap. Hingga beberapa saat kemudian ia sopirnya itu sudah membangun kan nya. Ia tak sadar jika ia tertidur. "Tunggu disini, saya tidak akan lama." Sean turun dari mobil dan menghampiri salah satu kuburan yang hendak ia tuju tadi. Ia berjongkok di sebelah nisan yang bertuliskan nama 'Sharena Mikaila'. Itu adalah makam orang yang sangat dicintai nya. Ia membaca doa doa untuk Sharena sama hal nya seperti apa yang biasa ia lakukan saat berada disini. "Sayang, saya kesini lagi. Kamu bagaimana di surga?" Ucap Sean bermonolog seakan-akan ada seseorang di depan nya. Hanya angin yang menjawab Sean. "Saya menemukan orang lain, maafkan saya." "Saya tidak bisa menepati janji saya untuk mencintai kamu selamanya." Sean mengusap nisan itu perlahan-lahan. Mata nya berkaca-kaca, ia merindukan sekali mantan kekasih nya itu. Walaupun sudah bertahun-tahun berlalu semenjak kematian mantan kekasih nya Sean masih sering memimpikan sesuatu yang berhubungan dengan mantan kekasih nya. Jarak mereka sangat jauh. Sean berada di dunia, sedangkan Sharena berada di akhirat. "Tapi kamu harus tahu Sharena, dia mirip sekali dengan mu. Itu yang membuat saya langsung jatuh cinta dengan nya." Lanjut Sean yang masih yakin. "Kalau begitu saya pamit dulu Sharena, saya akan kesini lagi untuk mendatangi mu." Sean berdiri dari sana dan keluar. Saat ia merasa sedang merindukan Sharena, ia langsung menyempatkan diri nya untuk datang kesana. Menceritakan hari-hari nya pada nisan Sharena meskipun tak ada yang menjawab nya namun ia masih saja melakukan hal itu. Namun setelah itu ia merasa seperti lega karena beban yang menghantui perasaan nya langsung hilang begitu saja saat ia telah dari makam Sharena. Ia sudah kembali masuk ke dalam mobil nya. Rasa rindu di hatinya sangat besar kepada mantan kekasih nya, kemudian Ailane datang dan mengobati seluruh luka di hatinya. Sharena, maafkan saya. Saya sudah menemukan pengganti selain dirimu. Hari ini Sean hanya ingin beristirahat di rumah tanpa ada niatan untuk pergi kemana-mana. Ia lega karena sudah sampai di rumah nya. Ia mandi sebenar karena badan nya terasa lengket sekali. Ia membuka buku harian Sharena, membaca nya ulang. Entah ini beberapa kali nya Sean terus membaca buku harian ini hingga ia pun sudah menghafal betul sebagian besar dari isi buku ini sendiri. Tiba-tiba saja satu tetes air mata nya menetes. Kerinduan ini rasa nya sudah tak bisa ia tahan lagi. Ia melihat video nya lima tahun yang lalu dengan Sharena. Dimana Sharena sedang tertawa bahagia memakan kembang gula yang berada di tangan nya dengan Sean yang diam-diam memperhatikan nya. "Ihhh, om Sean kok jadi ngevideo aku si? Ini aku lagi belepotan!" Sean tertawa, melihat Sharena yang begitu lucu dalam video itu. Tapi tidak dengan batin nya, batinnya menangis karena menyadari ia kini hanya bisa melihat Sharena lewat sebuah ponsel yang berisikan foto dan video kenangan nya dulu bersama Sharena. Tidak akan mungkin ia bertemu dengan Sharena lagi. Ailane memang mirip wajah nya dengan Sharena. Tapi Ailane tetap lah Ailane, Ailane memiliki sifat yang tidak sama dengan Sharena. Hanya wajah nya saja. 'Sharena, kamu akan selalu mendapat kan tempat spesial di relung hati saya.'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN