Hati nya dongkol sekali saat melihat tadi Melinda dan juga Rayhan terlihay begitu akrab sekali.
Tadi sebelum ia kembali ke ruangan nya ia sempat mengikuti Melinda dan juga Rayhan yang terlihat akrab sekali.
Tadi ia melihat dari tempat nya berada Rayhan sibuk membawakan barang-barang Melinda yang cukup banyak di dalam sebuah kardus yang cukup besar.
Melinda tak membawa apapun di tangan nya selain tas jinjing yang memang biasa ia bawa ke kantor di setiap hari nya.
Ia mengikuti mereka sampai di parkiran, tadi saat mereka berada di parkiran Rayhan membawakan barang Melinda sampai masuk ke dalam mobil wanita ular itu.
Melinda memeluk Rayhan saat itu, mungkin sebagai ucapan terimakasih atau sebagai nya. Ailane tak tahu jelas.
Mereka juga tadi terlihat saat bercengkrama cukup lama di depan mobil Melinda.
Setelah Melinda tadi melepas pelukan pada tubuh Rayhan ia cepat-cepat berbalik dan kembali menyelesaikan pekerjaan nya.
Takut jika mereka melihat keberadaan nya.
Saat ini Ailane sedang menikmati makan siang nya di ruangan kerja nya.
Ia sedang berada seorang diri disini, semua teman nya berada di kantin karena mereka tak ada yang membawa bekal.
Ia tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk makan dikantin. Ibu nya membuka warung, jadi menu yang ia bawa untuk bekal nya tak jauh berbeda dengan makanan yang dijual di kantin. Tentu rasa nya bagi Ailane jauh lebih enak dengan masakan yang di masak oleh ibu nya.
Ia sudah selesai menghabiskan bekal yang ia bawa. Ia pergi ke dispenser untuk menyedu minuman sashet yang rasa strawberry dan ia beri es batu.
Kebanyakan dari mereka hanya beli makanan di kantin dan kembali ke ruangan ini untuk di makan disini dan tak perlu beli minum lagi untuk menghemat uang.
Semua teman nya yang berprofesi sebagai cleaning servis disini rata-rata bernasib sama seperti diri nya. Kenapa begitu? Mereka menjadi tulang punggung di keluarga mereka.
Ailane memang bukan tulang punggung di keluarga mereka namun ia juga ingin membantu kedua orang tua nya atau mencukupi kebutuhan nya sendiri tanpa minta kepada orang tua nya.
Jika dipikir lagi jika bukan karena terpaksalah pasti menjadi cleaning servis akan mereka jadikan sebagai opsi pekerjaan terakhir yang akan mereka kerja kan.
Bayangkan saja sekolah SD enam tahun, SMP tiga tahun, dan SMA tiga tahun namun berakhir menjadi seorang cleaning servis. Memang bukan sebuah masalah, tapi jika ada sebuah pekerjaan yang jauh lebih layak dan gaji lebih besar dari ini pasti Ailane akan meninggalkan pekerjaan nya sebagai cleaning servis.
Gaji nya hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan nya dan membantu orang tua. Menabung mungkin hanya beberapa ratus ribu saja.
Ia masih bersyukur, di luar sana banyak orang yang kehilangan pekerjaan nya. Kini Ailane sudah bekerja, mungkin rezeki Ailane kini hanya menjadi seorang cleaning servis. Tidak tahu untuk kedepannya ia masih tetap bekerja sebagai cleaning servis atau tidak.
Rejeki sudah Tuhan tang mengaturnya, tugas kita sebagai manusia hanya perlu bersyukur dan menikmati semua kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan.
Ailane sudah membereskan kotak makan nya sedangkan teman-teman nya baru saja kembali ke ruangan dengan makanan yang telah mereka pesan.
"Udah selesai ay?" Tanya salah satu teman nya saat melihat Ailane kini mencuci kotak makan yang ia gunakan tadi.
"Udah nih, mau aku bikinin es teh?"
"Bolehh!" Ucap keempat teman nya bebarengan.
Mereka seperti sudah terbiasa untuk bergantian saling membuatkan minuman.
Ailane terkekeh, "Hihi, bentar ya aku buatin dulu."
Membuat es teh bukan hal yang sulit, sebelum ia menjadi cleaning servis saja ia sudah sering membuat kan es teh untuk pelanggan yang makan ke warung.
Ailane sudah membuat empat es teh dan mengantar ke teman-teman nya menggunakan nampan.
Kemudian karena jam istirahat nya masih tersisa dan Ia sudah selesai makan, ia memainkan ponsel.
Ada sebuah SMS dari ibu nya. Hp ibu nya masih jadul sekali jadi tidak bisa mendownload aplikasi yang memakai kuota internet.
Jadi orang tua nya saat menghubungi Ailane hanya melalui SMS atau telepon seluler saja.
Ibu: Nak, nanti ibu tolong belikan beras lima kilo di toko langganan kita. Stok beras habis.
Ailane langsung membalas pesan ibu nya. Jalan pulang dan toko beras itu satu arah, tak masalah jika ia harus mempir dulu kesana.
Ailane: iya Bu. Kalau buka nanti aku mampir sekalian.
Tok! Tok! Tok!
Ada seseorang yang mengetuk ruangan itu.
Karena teman nya makan semua, dan hanya Ailane yang tak sedang melakukan apa-apa, Ailane berdiri dari duduk nya dan membuka kan pintu.
Teman nya penasaran siapa yang mengetuk pintu, mereka sampai harus menghentikan kegiatan makan mereka. Takut jika itu adalah tugas tembahan sekarang.
Ailane membuka pintu dan ada seorang laki-laki menjulan tinggi berpakaian rapi berdiri di ambang pintu.
Ailane tahu, orang itu seperti menjadi tangan kanan bagi Sean. Namun ia tak tahu siapa nama nya dan apa jabatan orang itu disini.
"Maaf. Mencari siapa pak?" Tanya Ailane sopan. Karena orang itu termasuk atasan nya juga.
"Kamu Ailane? Di panggil bapak Sean ke ruangan nya sekarang juga."
Laki-laki itu sudah meninggal kan Ailane setelah menyampaikan sebuah pesan itu.
Teman nya mendengar apa yang laki-laki itu katakan.
Ailane sudah keluar dari ruangan ini dan segera ke ruangan Sean.
Mereka mulai berbisik membicarakan Ailane.
Mereka sudah sering memergoki Ailane masuk ke dalam ruangan Sean.
Padahal mereka juga sama posisi nya dengan Ailane yaitu menjadi cleaning servis di ruangan ini. Namun tak pernah sekalipun mereka dipanggil Sean dan masuk ke ruangan Sean secara langsung.
Ailane juga buka kepala bagian pada bagian ini yang membuat nya semakin curiga kepada Ailane.
"Ailane ada hubungan apa sih dengan pak Sean? Tanya Rinda.
Dia menaikan bahu nya tak tahu,"Gak tau deh, jadi curiga juga."
Ailane tak paham kenapa Sean memanggil nya lagi untuk keruangan nya? Tentu ia tak melakukan kesalahan pasti nya.
Mungkin saat Ailane bertanya nanti kenapa Sean memanggil nya, pasti jawabannya laki-laki itu adalah hanya karena ingin melihat Ailane berada di ruangan nya.
Ia sudah hafal setiap kata yang diucapkan oleh Sean saat memanggil-manggil nya untuk datang.
Ailane mengetuk pintu.
"Masuk," sahut Sean dari dalam.
"Apa si om?" Gerutu Ailane. Sehari Sean bisa memanggil Ailane untuk datang ke kantor nya tiga kali atau bahkan lebih. Sudah seperti makanan sehari-hari.
"Saya hanya ingin melihat mu Ailane, saya merindukan mu."
Lihat? Benar kan apa dugaan dari Ailane.
"Om, jangan terlalu sering deh manggil Ailane saat jam kerja. Ailane gak enak om sama temen-temen, kalau mereka curiga tentang hubungan kita bagiamana?"
Sean menaikkan alis nya, "Kenapa saya harus takut? Kamu yang ingin saya menyembunyikan hubungan kita. Saya justru ingin menunjukkan kepada semua orang jika kamu milik saya,"
Ailane memutar bola mata nya jengah. Sean tak tahu saja kenapa selama ini ia kekeh ingin menyembunyikan hubungan mereka.
Ia tak mau jika harus menerima perkataan buruk yang akan diterima nya dari semua orang saat mengetahui kedekatan nya dengan Sean.
Melinda saja sudah cukup membuat nya takut. Apalagi jika banyak yang mengetahui nya.
"Terserah deh om, Ailane mau lanjut kerja!"