Sean menjemput Ailane sekarang.
Secara tiba-tiba tadi pagi Sean menelpon Ailane untuk menemani nya meeting keluar kota. Dan tak menginap.
Ailane yang kaget karena begitu mendadak, belum sempat menerima ajakan itu tiba-tiba saja Sean sudah langsung datang ke rumah nya dan izin ke orang tua Ailane secara langsung.
Jika orang tua nya sudah mengizinkan mereka untuk pergi, tak mungkin Ailane harus menolak nya.
Awal nya Ailane mencoba menolak ajakan itu dan menyuruh Sean agar mencari wanita lain saja atau paling tidak sekretaris pribadi nya untuk menemani Sean.
Sean dengan tegas langsung tidak mengizinkan Ailane untuk pergi bekerja hari ini.
Dan jika kali ini Ailane tidak menolak dan mau menemani Sean meeting keluar kota, Sean mengiming-imingi Ailane bonus tiga kali gaji nya sebulan.
Berati saat nanti ia ikut Sean meeting ke luar kota ia akan mendapat kan bonus kurang lebih sebesar sepuluh juta rupiah.
Sepuluh juta bukan uang yang sedikit, tak apa sekali saja ia menuruti apa kemauan Sean demi bonus yang menggiurkan itu.
Ailane membawa beberapa potong pakaian dalam tas jinjing nya, meskipun tak menginap siapa tahu ia membutuhkan pakaian nya itu.
Ia pamit kepada kedua orang tua nya.
Setelah itu barulah Ailane dan Sean memulai perjalanan mereka yang lumayan jauh.
Sean sudah menyiapkan banyak makanan ringan dan juga minuman. Ia tahi ailane sangat suka nyemil saat berada di dalam mobil.
Sebelah tangan Sean menggenggam tangan ailane.
Ailane membiarkan nya saja, jika ia melepaskan itu pasti Sean akan menarik tangan nya kembali.
Sean tipe orang yang manja dan tidak suka diabaikan kalau menurut Ailane.
Umurnya saja yang sudah matang namun kelakuan nya sama seperti bocah yang setiap kemauan nya harus langsung terpenuhi saat itu juga. Ia saja sampai tak paham dengan Sean.
Sean menciumi punggung tangan Ailane.
Ailane melirik sinis ke arah Sean, "Apa sih om?"
Sean tak menghiraukan ailane dan berlanjut menciumi tangan Ailane itu.
Ailane menarik tangan nya dari Sean kemudian memandangi tangan nya sendiri cukup lama.
Tangan nya tidak putih, tidak juga mulus, bahkan telapak tangan nya bisa dikatakan kasar karena ia sering mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
"Tangan gini doang di ciumi terus," celoteh Ailane.
"Lalu kenapa? Saya suka setiap inci dari tubuh kamu, kamu mengingat kan saya dengan mantan saya." Ucap Sean lepas kendali.
Ekspresi Ailane langsung berubah, ia menjadi tak mood.
Awal nya ia menikmati perjalanan ini, namun tidak setelah Sean keceplosan berbicara ia mirip dengan mantan nya.
Ia tak cemburu karena Sean kembali membahas tentang mantan nya. Bukan karena itu, apalagi mantan nya juga sudah tak ada lagi di dunia.
Ailane hanya tak suka jika terus disamakan dengan mantan Sean seperti ini.
Perasaan tak nyaman langsung hinggap di dalam tubuh Ailane.
Ia ingin disukai oleh seseorang karena daya tarik tersendiri yang ia punya. Karena dirinya yang apa adanya, bukan karena ia mirip dengan seseorang di masa lalu.
Bisa saja Sean mendekati nya hanya karena ia yang mirip dengan mantan kekasih nya. Dan menutupi kerinduan yang selama lima tahun ini Sean rasakan.
Tidak, lebih baik Sean tak menyukai nya daripada jika benar itu alasan Sean selama ini mendekati dirinya.
Sean kembali fokus menyetir, hingga setelah Sean mengucapkan kalimat itu ailane tak banyak berbicara. Ia hanya menjawab obralan Sean tanpa membuka topik terlebih dahulu.
Ailane berfikir jika Sean tak sedikit pun merasa bersalah atas ucapan nya, atau justru Sean tak menyadari jika kalimat nya tadi menyakiti perasaan nya?
Sean membawa Ailane ke hotel dan memesan dua kamar hotel untuk mereka. Namun resepsionis mengatakan jika hanya tersisa satu kamar saja.
Sean meminta persetujuan dari Ailane.
Ailane hanya mengangguk, mereka disini hanya untuk beberapa jam saja. Mungkin Sean bisa berada di sofa mereka juga tak menginap semalaman. Jadi menurut Ailane tak masalah jika satu kamar di pakai untuk berdua.
Mereka mendapat kamar di lantai paling atas sendiri.
Ia membuka pintu kamar hotel.
Sean seperti dikejar waktu, ia langsung mandi dan berganti setelan meeting nya.
Ailane seperti sedang mempunyai sugar dady sekarang.
Ada sebuah perasaan tak terjelaskan yang membuat sekujur tubuh nya geli saat melihat Sean keluar dari kamar mandi dan hanya ada handuk yang melingkar di tubuh kekarnya sebelum Sean memakai setelan jas nya.
"Terpesona?"
Damn! Malu sekali tertangkap basah sedang melihat tubuh indah Sean.
Pipi Ailane memerah menahan malu. Ia langsung mengalihkan pandangan nya dan sekarang ia mencoba untuk terfokus kepada ponsel nya yang sekarang berada di genggaman nya.
"Apaansih! Udah sana pakai baju!" Usir Ailane mengibaskan tangan nya saat melihat Sean yang hanya menggunakan handuk dengan rambut basah dan berantakan berjalan mendekati nya.
"Om!" Teriak Ailane.
Sean bukan nya pergi menjauh malah kini duduk di atas ranjang di dekat Ailane.
"Kenapa hmm," bisik Sean tepat di dekat telinga ailane.
Hembusan nafas Sean menyapu daun telinga Ailane membuat nya sedikit bergidik dan bulu tubuh nya berdiri.
Sean memegang rahang Ailane, mulai mencium bibir Ailane dengan lembut sebelum nafsu mulai menguasai tubuh nya.
Tempo nya kini berubah menjadi kasar dan menuntut. Seakan menginginkan lebih dari sekedar ciuman ini.
Kriingggg.....
"s**t!" Umpat Sean saat mendengar nada dering telepon dari ponsel nya yang menghentikan kegiatan keintiman mereka.
Sean mengangkat telfon itu. Setelah menutup telfon itu Sean langsung memakai setelan jas untuk meeting.
Pikir Ailane yang menelfon Sean adalah salah satu rekan kerja dari pria itu yang menyuruh nya untuk segera datang ke lokasi meeting.
Setelan jas itu sudah menempel di tubuh Sean.
Rambut nya sudah ia tata Serapi mungkin seperti saat berada di kantor. Tidak dalam kondisi basah dan berantakan seperti tadi.
Sean menghampiri Ailane.
Cup! Satu kecupan ringan mendarat di kening Ailane. Entah sejak kapan Ailane suka dimana Sean mengecup kening nya singkat seperti ini. Terkesan manis dan juga seperti menunjuk sebuah perhatikan kecil lewat se udah kecupan itu.
"Saya meeting di gedung tak jauh dari sini. Saya tinggal dulu, kamu jangan kemana-mana. Kalau ada apa-apa langsung telfon saya,"
Sean memeluk tubuh Ailane. Kemudian mengecup wajah Ailane bertubi-tubi. Dimulai dari kening, pipi kanan dan kiri, kemudian yang terakhir Sean mengecup hidung Ailane sebelum meninggal kan gadis itu.
Sekarang ailane benar-benar sendirian di kamar hotel yang cukup besar ini.
Ia mengantuk, perjalanan tadi cukup jauh dan ia tak bisa tertidur saat berada di dalam mobil tadi.
Ailane capek sekali, padahal bukan ia yang menyetir mobil itu.
Karena sudah sangat lelah dan mengantuk, hanya menarik selimut agar tubuh nya terselimuti, jarak beberapa detik saja Ailane sudah terlelap ke dalam mimpi.
Sean meeting di gedung yang jarak nya hanya sekitar seratus meter saja dari lokasi hotel nya. Dan tak ada hotel lagi selain hotel ini.
Jika tidak ada kamar hotel di hotel itu jelas ia akan kebingungan meninggal kan Ailane dimana. Ia tahu perjalanan tadi cukup melelahkan.
Meeting nya berjalan lancar dengan waktu kurang lebih tiga jam.
Saat keluar dari gedung meeting itu Sean tak sabar melihat wajah cantik Ailane yang akan menyambut nya nanti.
Membayangkan nya saja Sean sudah tersenyum secara reflek.
Sean benar-benar jatuh cinta dengan gadis sederhana itu.
Sean kembali ke hotel, ia membuka pintu kamar nya menggunakan akses card yang ia bawa.
Awal nya ia mengetuk pintu kamar hotel nya itu dan tak ada sautan dari Ailane.
Saat Sean mengecek ke dalam ternyata Ailane sedang tertidur pulas dengan selimuat yang menutupi hampir seluruh bagian tubuh nya kecuali muka Ailane.
Sean berjongkok di samping ranjang tempat tidur itu melihat wajah polos Ailane saat tertidur.
Wajah nya menenangkan sekali. Jika Sean adalah laki-laki berhidung belang, bisa saja ia memanfaatkan kan keadaan ini untuk macam-macam kepada ailane.
Bagaimana ingin macam-macam, jika melihat nya tertidur adalah sesuatu kebahagiaan sederhana bagi Sean.
Sean mengganti setelan jas nya itu menggunakan pakaian yang lebih santai dan duduk di sofa hingga menunggu gadis itu terbangun.