"Sharena kangen om." Ailane mengucap kan tiga kata itu dengan mata yang hanya terlihat putih saja.
Setelah itu Ailane tak sadar kan diri.
Hawa di mobil Sean tiba-tiba dingin dan membuat bulu kuduk Sean berdiri. Ia tak takut, ia hanya terkejut.
Itu Ailane, kenapa ia menyebut diri nya Sharena?
Sean memberhentikan mobilnya, ia memeluk tubuh Ailane yang tak berdaya itu. Sukujur tubuh nya pucat pasi, tubuh nya juga dingin. Ia mengecek nadi Ailane ternyata masih berdetak, itu tanda nya ailane masih hidup.
"Ailane, bangun." Sean menepuk pelan pipi Ailane.
Perasaan nya tiba-tiba tak enak, semenjak keluar dari makam Ailane berubah menjadi seratus delapan puluh derajat berbeda dengan tadi sebelum ia ke makam.
Ia sebelum nya juga tak memiliki firasat apapun soal ini, jika tau akan berakhir seperti ini ia tak akan mengajak Ailane untuk mengajak nya ke makam.
Sean memiliki sedikit pemikiran yang seperti nya tak masuk akal untuk di cerna akal sehat. Ia merasa sedang bersama dengan Sharena sekarang, seperti Sharena sedang berada di dekat nya namun ia tak tahu Sharena berada di mana sekarang.
Istri dari tukang kebun rumah nya pintar dalam urusan hal-hal ghaib. Sean dari dulu tak pernah mempercayai hal-hal itu, namun tak ada salah nya ia mencoba sekarang.
Sean memindah kan tubuh Ailane dan menidurkan nya di bangku belakang. Sesekali ia melirik dari kaca mobil untuk melihat posisi Ailane.
Kini ia membawa Ailane yang tak sadarkan diri itu ke rumah nya terlebih dahulu sebelum ia memulangkan gadis itu.
Saat sudah sampai, Sean membopong tubuh Ailane untuk di tidur kan di sofa rumah nya.
Ia yakin jika yang menyebab kan Ailane tak sadar kan diri adalah salah satu hal yang tak bisa di jelaskan oleh akal sehat. Sean tak bisa menybut kan nya sekarang, karena ia sendiri juga masih tak yakin dengan itu.
"Mbok! Cepat kesini!" Teriak Sean.
Mbok inem yang panik berlarian segera menghampiri majikan nya yang tiba-tiba berteriak memanggil nya.
"Ada apa den?"
"Mbok, tolong liat ailane, tiba-tiba dia berperilaku aneh sekali saat di mob tadi." Ucap Sean.
Mbok inem duduk di sofa dan memegang jempol kaki Ailane. Entah untuk apa mbok inem melakukan itu Sean juga tak tahu.
Ia cemas, kemudia mbok inem seperti berkomat-kamit tak mengeluarkan suara. Ia juga tak tahu apa yang sedang mbok inem kata kan.
Masih berlanjut kini mbok inem memegang kepala Ailane dan melakukan sesuatu yang belum pernah Sean liat sebelum nya.
"Bahaya," ucap mbok inem tiba-tiba.
"Bahaya kenapa mbok?"
"Ada sesosok yang telah menempel pada gadis ini, sangat sulit untuk melepas kan nya dan menyuruh nya keluar den," jelas mbok Iyem dengan raut muka yang tidak bisa di jelaskan. Namun ia mengetahui jika tubuh mbok inem bergetar seperti sedang menahan ketakutan.
"S-saya ke dapur dulu, sebentar lagi bakal sadar." Ucap mbok inem kemudian meninggal kan Sean dan juga Ailane.
Sean masih tak mengerti apa maksud mbok inem. Sesosok? Menempel? Ada sesosok yang menempel di tubuh Ailane maksud nya?
Sudah di jelaskan di awal, Sean tak mempercayai akan hal-hal ghaib seperti ini.
Mungkin gadis itu hanya kecapekan dan membuat nya tak sadar kan diri seperti ini. Terus masalah diri nya yang menyebut kan nama Sharena mungkin gadis itu hanya terbayang tentang Sharena dan ketakutan nya sendiri.
Sean tak mau ambil pusing, ini adalah hal yang tak perlu terlalu di fikirkan. Apalagi menyangkut pautkan dengan hal-hal ghaib yang tak masuk akal seperti sekarang.
Ailane perlahan mulai membuka mata nya hingga ia kini sudah seratus persen tersadar namun badan nya masih lemas. Ia tak ingat apa yang terjadi.
"Ailane lagi dimana?" Suara Ailane serak. Sean segera menyodorkan minuman agar segera Ailane minum.
"Kamu tadi tak sadarkan diri. Saya membawa kamu ke rumah saya,"
Ailane mencoba untuk duduk tapi susah sekali karena tubuh nya yang masih terasa lemas.
Sebelum ia tak sadar kan diri ia ingat jika ia tak melakukan sebuah pekerjaan yang berat. Dan sebelum ia tak sadar kan diri, ia ingat betul jika diri nya baik-baik saja.
Astaga! Sosok itu!
Ia kembali teringat sosok yang ia yakini jika itu adalah Sharena, namun dalam keadaan yang sangat menyeramkan. Ia yakin karena wajah nya sangat mirip dengan diri nya hanya saja dalam keadaan yang berlumuran dengan banyak sekali darah.
"Tolong Ailane, sakit......"
"Aaaaaaaaa!" Ailane menutup kedua telinga nya rapat-rapat menggunakan kedua tangan nya.
Sean tak mengerti ia hanya menarik Ailane ke dalam pelukan nya agar menenangkan gadis itu.
Semakin erat pelukan Sean, semakin samar pula bisikan yang terdengar jelas di telinga nya. Ia ingin bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada nya akhir-akhir ini tapi ia takut Sean menyebut nya halusinasi dan tak percaya dengan ucapan nya itu.
Ia juga tak mungkin bercerita jika ia melihat sosok Sharena saat berada di makam tadi dengan kondisi yang menyeramkan berlumuran darah di gaun putih yang Sharena pakai. Jika ia bercerita, jelas Sean akan tersinggung karena Sean sering bercerita jika Sharena sangat cantik. Namun Ailane malah melihat keadaan Sharena yang sangat menyeramkan.
Ia menyesal karena ia kekeh mengajak Sean untuk datang ke makam Sharena. Seperti nya Sharena tidak merelakan Sean kini mencintai selain Sharena. Jika benar, tak heran jika Sharena memperlihatkan wujud nya yang menyeramkan itu kepada Ailane.
Namun Ailane masih belum mengerti siapa sesosok yang sering kali membisikkan sesuatu kepada diri nya.
"Ailane kenapa?" Tanya Sean saat melihat Ailane sudah jauh lebih tenang, sudah tidak lagi menutup kedua telinga nya menggunakan kedua tangan.
"Engga kenapa-napa," Ailane memilih untuk bungkam. Mungkin lebih baik ia tak menceritakan ini kepada siapapun terutama Sean.
Tapi ia tak bisa berjanji jika ia harus terus bungkam, jika godaan sesosok itu semakin parah dan ia sudah tak bisa menahan nya seorang diri ia jelas butuh bantuan. Dan orang yang pertama ia minta pertolongan tentu Sean orang nya.
Ia sudah tak mau lagi bertemu dengan sesosok itu.
Sedangkan Sean, ia tak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Dimana mbok Iyem mengatakan jika ada sesosok yang ingin menempel pada tubuh Sharena. Ia takut jika gadis itu akan terlalu memikirkan hal itu.
"Cerita kepada saya, jangan kamu pendam sendiri Ailane." Desak Sean terus memaksa Ailane agar menceritakan apa yang terjadi.
"Telinga Ailane sakit,"
"Kenapa? Ke dokter sekarang?"
"Tidak! Udah engga sakit sekarang." Tolak Ailane. Sakit pada telinganya mungkin tidak bisa di sembuhkan oleh tenaga medis. Dan jika ia menyebutkan apa yang terjadi pada dokter, jelas ia akan di tertawa kan oleh mereka dan menganggap Ailane gila.
Sean sedikit lega, gadis itu sudah tak seberapa pucat.
Namun penampilan Ailane beberapa waktu yang lalu saat tiba-tiba mata nya berubah menjadi warna putih saja masih mengganggu pikiran Sean hingga sekarang. Jujur, ia takut melihat Ailane yang seperti tadi.
"Om, sekali aja ya Ailane ke makam Sharena? Ailane takut om."
"Takut kenapa Ailane?"
"Takut aja, Ailane ngerasa ada yang ngeperhatiin Ailane sejak tadi."