Bencana ini mah! Kedua laki-laki itu menawarkan nya untuk mengantarkan diri nya pergi ke kantor. Jika ia menerima ajakan Sean, nanti Rayhan bisa curiga dengan kedekatan nya dengan Sean. Atau lebih parah nya lagi, bukan Rayhan saja yang curiga, namun semua orang yang bekerja di sana kemungkinan besar akan bertanya-tanya kenapa mereka terlihat begitu dekat.
Jika ia menerima tawaran Rayhan, mungkin aman-aman saja tak akan ada yang mempertanyakan hal itu. Karena memang jabatan Rayhan tak seberapa tinggi di sana. Tak ada apa-apa nya dengan Sean. Jika ia pergi bersama Rayhan dan Sean mengetahui nya, Sean pasti akan kesal kepada nya. Ia tak mau Sean kesal, cukup diri nya saja yang boleh kesal terhadap Sean.
Tapi, jika ia menolak tawaran Rayhan, laki-laki itu pasti akan mengira jika dia sedang berjaga jarak dengan nya dan membuat kecurigaan Rayhan akan kedekatan nya dengan Sean semakin kuat.
Fokus nya buyar karena melihat sesosok itu, ia takut jika saat di jalan nanti ia tak fokus dan kemungkinan terburuk nya ia bisa jatuh.
"Ailane harus terima yang mana ya?" Tanya nya pada diri Ailane sendiri.
Indro masih belum datang, mungkin pasar nya ramai pagi ini. Tapi masalah nya adalah, mereka hanya memiliki satu motor. Jika motor itu sekarang sedang di pakai Indro, ia tak bisa berangkat bekerja. Apalagi angkot jurusan ke tempat kerja nya jarang sekali melintas karena memang lumayan jauh. Jika ada pun ia harus naik turun angkot tiga kali dengan angkot yang berbeda.
Sean calling......
Rayhan calling......
Astaga! Mereka berdua malah kini menelfon nya secara berbarengan. Ia tak tahu harus menerima telfon dari siapa.
Sean baik pada nya kemarin, ia tak enak hati jika harus menerima ajakan Rayhan dan membuat Sean kesal.
Dengan keyakinan penuh, ia menolak telfon dari Rayhan dan mengangkat telfon dari Sean.
"Halo om?"
"Ailane bagaimana? Saya ke rumah kamu sekarang."
Tut----
Sambungan sudah di matikan secara sepihak oleh Sean. Ailane belum meng-iyakan ajakan Sean itu, ia juga belum menolak ajakan dari Rayhan.
Tidak lucu sekali jika mereka berdua akan datang secara bersamaan di rumah nya. Jelas akan memancing perdebatan di antara kedua nya.
Ia mengetikkan sesuatu yang kemudian ia kirim pada Rayhan.
Ailaneavalee: maaf Ray, aku ada nebeng sama temen aku yang lain.
Begitu saja, agar Rayhan tak banyak tanya.
Setelah tau Rayhan sudah membaca cht dari nya, cepat-cepat ia mematikan ponsel tanpa menunggu balasan dari Rayhan. Jika ia masih membalas nya nanti Rayhan pasti akan menanyakan siapa teman yang mengajak nya untuk pergi bersama di kantor. Karena Rayhan tau, Ailane masih beberapa hari saja bekerja di sana dan langsung tidak masuk selama seminggu lebih, Ailane juga belum memiliki teman akrab yang akan membuat Rayhan yakin jika Ailane pergi bersama teman nya.
Ailane sudah siap, ia duduk di ruang tamu nya untuk menunggu Sean datang menjemput nya.
"Nak, motor nya belum datang. Kamu gimana ke tempat kerja kamu?" Tanya Sarah saat melihat Ailane sudah siap dengan seragam kerja nya.
"Om Sean bakal jemput Ailane Bu,"
"Untung saja, dia baik sekali dengan mu." Sarah merasa lega, masih ada orang baik yang membantu anak nya.
Mobil Sean sudah berada di depan rumah Ailane, Ailane mencium tangan Sarah untuk berpamitan. Saat ia hendak pergi ke mobil Sean, Sean pun ikut turun dan berpamitan kepada Sarah.
"Bu, saya mohon izin untuk membawa Ailane pergi bekerja." Pamit Sean ramah.
Sarah tersenyum kemudian mengangguk dan menyalimi Sean.
"Iya nak, hati-hati bawa mobil nya. Tidak usah mengebut."
Sarah seperti merasa tenang saat Ailane pergi bersama Sean. Apalagi uisa mereka terpaut cukup jauh sehingga Ailane seperti pergi bersama kakak laki-laki nya.
Sean sopan, berwibawa, dan sepertinya sangat menyukai anak nya. Di tambah lagi Sean juga baik, bukan kepada Ailane saja, namun dengan kedua orang tua Ailane Sean pun juga sangat baik.
Tak ada yang perlu di khawatirkan lagi pikir Sarah. Ailane berada di tangan orang yang tepat.
Kini Ailane dan Sean sudah berada di dalam mobil.
Ailane sudah mematikan ponsel, itu tanda nya tak ada lagi bunyi notifikasi yang masuk ke dalam ponsel nya.
"Tadi Rayhan juga ngajak bareng ke kantor." Ucap Ailane menceritakan apa yang terjadi.
"Kamu tolak?"
Ailane memutar bola mata nya, "Sekarang aku lagi sama om, yakali aku nerima ajakan Rayhan."
"Benar, tidak baik kalian berdekatan seperti itu." Ucap Sean.
"Kenapa gak baik?"
"Kalian masih sama-sama anak kecil, ego kalian sama-sama tinggi. Berbeda dengan saya yang selalu sabar menyikapi sikap kamu yang kekanak-kanakan." Ucap Sean menyombongkan diri nya. Tapi memang benar, Ailane sangat kekanak-kanakan dan sering sebal akan hal kecil.
Tak menyalahkan juga, Ailane anak tunggal satu-satunya. Mungkin karena itu ia lebih banyak mendapat kan perhatian khusus yang berasal dari kedua orang tua nya sehingga membuat Ailane tumbuh menjadi anak yang penuh dengan kasih sayang dan sedikit manja. Atau manja sekali .
"Awas om!"
Sean reflek menginjak rem yang membuat mereka hampir saja menabrak pohon jika Sean tak tepat menginjak rem nya.
"Ada apa Ailane?" Sean kaget sekali saat Ailane tiba-tiba berteriak dan menyuruh nya menghindar dari sesuatu.
Ia kini sampai harus turun dari dala mobil mengecek apakah ia menabrak sesuatu atau tidak. Ternyata tidak, ia sama sekali tak menabrak sesuatu. Lalu ia kembali ke dalam mobil.
"Tidak ada apa-apa. Kamu melihat apa?" Tanya Sean, wajah Ailane seperti sangat syok sekali.
Di sekeliling nya tak ada satupun kendaraan lain selain mobil Sean, dan juga tak ada orang-orang yang berjalan di sekitar an mereka.
"Om tadi hampir nabrak cewek," jelas Ailane.
"Cewek?" Tanya Sean bingung. Ia sedari tadi fokus ke arah jalanan dan ia sama sekali tidak melihat ada seseorang perempuan yang jalan di tengah-tengah.
Sama sekali tak ada orang.
"Iya lusuh banget penampilan nya, om gak liat?"
Sean menggeleng, "Tidak ada seorang pun saat saya turun dari mobil."
Astaga! Ailane menyadari sesuatu, ternyata lagi-lagi hanya diri nya saja yang melihat nya. Apa itu adalah sesosok yang menggangu nya akhir-akhir ini? Sesosok yang selalu menampakkan wujud nya hanya pada diri nya saja?
"Sesosok itu!" Pekik Ailane reflek.
"Sesosok apa Ailane? Kamu melihat sesuatu lain?" Ulang Sean mengulangi perkataan Ailane.
Ailane hanya bungkam, semakin ia membahas dan menceritakan sesosok itu kepada orang lain. Semakin jelas pula bayangan sesosok itu terputar di dalam benak nya.
Seperti saat ia menceritakan sesosok itu kepada ibu nya. Hati nya sangat gelisah dan seperti ada yang mengawasi nya.
"Udah, lanjutin aja mobil nya. Ailane gak suka kita berhenti di tempat ini."
Sean hanya menuruti kemauan Ailane dan mulai melakukan mobil nya kembali.
Ia melirik jam, masih pukul tujuh kurang. Sebenarnya ia tidak masalah datang ke sana kapan pun yang ia mau. Tapi ia bersama Ailane, jika Ailane telat dan Sean tak menghukum nya nanti akan menimbulkan pertanyaan lain dari karyawan nya yang lain.
Sean mulai melewati setiap jalan yang akan membawa nya untuk sampai ke tujuan mereka.
"Om berhenti sini aja,"
Sean menghentikan mobil nya. "Kenapa? Bukan disini tujuan kita."
Ailane meminta berhenti di depan sebuah warung yang sedang tutup. Padahal masih cukup jauh lagi untuk sampai ke kantor nya.
"Gapapa om, biar gak banyak yang tau."
"Om duluan aja, nanti Ailane nyusul." Ucap Ailane.
Kini diri nya sudah duduk di tempat duduk yang berada di sana.
Sean kembali menuruti Ailane ia kini melakukan mobil nya.
Ailane masih menunggu hingga mobil Sean tak terlihat lagi kemudia ia baru akan melanjutkan perjalanan nya berjalan kaki menuju tempat kerjanya.
Tidak terlalu jauh sebenarnya, mungkin butuh sekitar lima menit. Ia sudah terbiasa berjalan kaki sejak kecil.
Saat di rasa mobil Sean sudah tak terlihat lagi, ia mulai lah ia berjalan untuk menuju kantor.
Ia melihat jam tangannya yang sudah jelek, yang penting fungsi nya masih bekerja. Prinsip Ailane, jika barang nya belum rusak ia tak akan membeli barang yang sama hanya dengan tujuan mengikuti zaman. Seperti jam tangan ini, entah sudah berapa tahun ia menggunakan jam tangan ini namun masih bisa berfungsi dengan baik. Ia masih belum mengiginkan model jam tangan lain.
Masih pukul tujuh tepat, akhirnya ia sudah berada di tempat kerja nya. Betapa bahagia nya ia saat mengetahui Rayhan baru saja datang dan melihat nya.
"Ay, kok jalan?" Rayhan menghampiri Ailane dan mengurung man nuat nya untuk masuk ke dalam sana terlebih dahulu.
"Anu, itu tadi temen ku nurunin aku di sana." Ailane menunjuk sebuah tempat makan yang digunakan Sean untuk menurunkan nya tadi.
Ia berdoa dalam hati jika semoga saja Rayhan tak tahu jika diri nya tadi sedang di antarkan oleh Sean.
"Masuk yuk ay,"
"Iya,"
Mereka berdua sudah masuk ke dalan sana.
Namun lagi-lagi mereka harus berpisah karena ruangan mereka yang tak berada di lantai yang sama. Ia turun lewat tangga darurat dan segera untuk ke ruangan yang di peruntukkan untuk cleaning servis.