Ailane keluar dari ruangan Sean dengan amarah yang masih belum mereda. Ia memang sedih, tapi rasa marah nya dapat mengalahkan rasa sedih nya.
Baru saja ia bersimpati dan berinisiatif membawakan Sean bekal tanpa di suruh ibunya. Namun seperti ini respon Sean? Membuang bekal nya?
Jika tadi Sean tidak menyingkir kan kotak makan nya yang membuat isi nya tidak berserakan di lantai mungkin Ailane bisa memberikan ke teman nya atau ke Rayhan.
Ia tak tahu seberapa susah nya mencari uang. Dengan gampang Sean membuang makanan itu begitu saja.
Keluarga nya susah payah mencari uang untuk membeli kebutuhan makanan. Ia membeli bahan makanan yang ada di bekal Sean itu juga dengan uang.
Berbeda dengan Sean yang memiliki uang banyak. Uang segitu tak ada artinya bagi Sean.
Ailane keluar dari kantor. Tak peduli ini belum jam pulang. Sebelum keluar ia membereskan barang nya yang berada di ruangan.
Untung saja ruangan nya itu sepi sehingga tak memancing pertanyaan dari teman-teman nya.
Jika ia memaksakan untuk bekerja ia tak bisa jika hari ini. Mata sembab nya akan ketara dengan sangat jelas.
Ia memang masih labil dan belum profesional dalam hal pekerjaan. Ini permasalahan pribadi nya, ia seharusnya tak boleh membawa nya ke dalam dunia pekerjaan.
Ia harus lebih dewasa lagi. Melupakan permasalahan pribadi nya dengan melanjutkan bekerja hingga pulang.
Ailane mengendarai motor nya dengan kencang.
"Aaarggghhh! Sean anjiing!" Teriak nya di jalanan yang sepi. Seluruh emosi nya melebur terbawa angin.
Menangis saat menyetir memang sangat enak dan juga melegakan. Ia tak perlu menyembunyikan tangisan nya dari orang-orang.
Ailane berhenti di sebuah hutan? Atau alas?
Ia tadi mengendarai motor nya ke sembarang arah. Hingga ia kini berada di sebuah tempat dengan kanan dan kiri pohon-pohon besar yang menjulang tinggi tanpa ada pemukiman di sekitar nya.
Ia berbalik arah, kini emosi nya sudah sedikit mereda. Mungkin karena ia sudah puas menangis saat ia tadi berteriak.
Ia kemabali ke jalan yang benar. Eh maksudnya ke jalan yang ia hafal tidak di tempat asing seperti ini.
Saat sudah ia memilih untuk berganti pakaian di sebuah toilet umum.
Tak mungkin ia kemana-mana menggunakan baju seragam nya. Bukan karena malu, cuaca siang hari ini sangat terik sekali.
Di saat ia mulai mempertanyakan perasaan nya terhadap Sean apakah ia sudah mulai menyukai Sean atau belum, sifat Sean berubah menjadi kasar dan juga dingin.
Ia kini sudah mengganti pakaian nya dengan sweater lengan panjang agar kulit nya tak langsung bersentuhan dengan sinar matahari.
Ia tak tahu akan kemana sekarang, yang jelas ia harus pulang di jam biasa ia pulang bekerja.
Ia hanya berkeliling dan tak tahu harus kemana.
Mungkin ia ingin memiliki banyak waktu untuk diri nya sendiri. Waktu untuk berfokus pada diri nya sendiri.
Ia melihat ada sebuah orang tua yang berjualan es puter. Ia membeli satu gelas rasa kelapa muda.
Ada sebuah tempat duduk kecil disana yang bisa ia gunakan untuk menghabiskan es puter nya.
Tempat nya mungkin seperti ini, ada sebuah gerobak es puter dan ada sebuah tenda cukup besar untuk melindungi dari sinar matahari atau jika tiba-tiba hujan.
Dan ada beberapa tempat duduk yang digunakan untuk orang yang ingin menghabiskan es puter disini.
Tak jauh dari nya ada sepasang kekasih yang terlihat mesra sekali.
Ia tak iri, ia hanya teringat akan Sean yang biasa nya memanjakan nya. Padahal ia berniat untuk melupakan Sean hari ini dan berfokus pada diri nya sendiri.
Semua sudut di kota ini membuat diri nya teringat akan sosok Sean. Laki-laki angkuh dengan sifat yang tak bisa tebak.
Ia mengecek ponsel nya.
Sean membuat sebuah story di i********:? Tumben sekali?
Ia melihat nya dan membebelak. Sean sedang makan di sebuah restoran mewah dengan sebuah perempuan?
Lantas, selama ini Sean menganggap diri nya apa? Pengisi waktu luang?
Buat apa Sean sering mengajak nya untuk menikah? Untuk apa Sean memperlakukan nya sebagai layak nya seorang kekasih?
Ailane merasa diri nya seperti sebuah plaster untuk luka. Digunakan untuk menutupi seseorang, dan membuang nya saat luka itu sudah sembuh.
Semalam mereka baik-baik saja. Tak ada tanda-tanda Sean akan meninggalkan nya.
Seperti sebuah kejutan tak terduga perilaku Sean hari ini.
Daripada semakin lama disini membuat nya semakin teringat akan Sean lebih baik ia pergi.
Es nya juga sudah habis.
Ia membayar es itu dan melanjutkan perjalanan nya.
Melihat story' Sean di i********: membuat amarah nya yang sempat padam kini tersulut kembali.
Enak juga berkeliling kota seorang diri. Ia bukan tipe orang yang suka mendendarai motor seorang diri dengan jarak yang jauh.
Jika tahu mengendari motor seorang diri bisa menenangkan pikiran nya seperti ini. Mungkin healing nya untuk kedepan adalah mengendarai motor ke sembarang arah.
Biasanya saat ia healing ia mengunci diri di dalam kamar dan menonton film sedih.
Saat ia banyak pikiran hiburan nya adalah menonton film sedih. Padahal sebenarnya menonton film sedih hanya membuat ia semakin berfikir dan tambah bersedih.
Tak ada tempat lain lagi selain di sebuah taman yang belum ia pernah kunjungi sebelumnya.
Ia melihat taman itu sepi. Cocok sekali dengan diri nya yang sedang ingin tak diganggu oleh siapa-siapa.
Ia mengecek ponsel nya. Ada sebuah pesan dari teman nya.
Nana: ay, kamu kemana? Tadi pak Sean nyariin kamu disuruh ke ruangan nya. Gatau deh kenapa.
Ailane hanya membaca nya saja.
Sean? Mencari nya? Untuk apa? Untuk pamer kepada Ailane jika sudah menemukan mainan baru yang jauh lebih cantik dan juga seksi dari nya?
Atau Sean ingin meminta maaf kepada nya atas sikap nya yang tak sopan tadi? Astaga Ailane! Jauhkan pikiran itu, sama sekali Sean tak merasa bersalah. Sean hanya tau cara bagaimana menjadi seseorang yang angkuh dengan hati batu yang tak tahu cara nya berterima kasih.
Ailane duduk hingga ada seseorang ibu tua yang ikut duduk di sebelah nya.
"Nak, dia sebenarnya mencintaimu. Hanya saja ada sebuah kesalah pahaman yang membuat nya berubah sikap kepada mu."
Ailane menoleh ke arah ibu itu namun ibu itu sudah tak ada disana?
Padahal baru saja tadi ia mendengar suara ibu itu terdengar begitu jelas di telinga nya. Dan juga saat ibu itu duduk di sebelah nya saja Ailane tau. Namun tak terlalu memperhatikan nya.
Ia sedikit merinding.
Ia tak tahu ibu itu siapa, namun pesan yang orang itu sampaikan pas sekali dengan apa yang sedang ia alami sekarang.
Jika benar, kesalah pahaman apa yang membuat Sean merubah sikap nya seperti ini?
Ia sedikit menaruh harapan kecil kepada Sean kembali. Bisa saja Sean memanggil nya tadi karena ingin mengucapkan kata-kata maaf.
"Ingat Ailane! Kamu sudah bersusah payah masak dan balasan Sean seperti itu? Jangan termakan rayuan buaya itu untuk kesekian kali nya." Otak Ailane mengucapkan kalimat itu.
"Semoga aku bisa tahan dan teguh pada pendirian tidak mudah memaafkan om sean. Tapi perasaan ku tak bisa bohong, aku memikirkan nya." Berbeda dengan kata hati Ailane yang mengucapkan kalimat seperti itu.
Karena merasa ada sesuatu yang tak beres Ailane pergi dari taman ini.
Tak terasa ini sudah jam pulang nya sekarang.
Daripada berlama-lama mending ia langsung pulang saja sekarang.
Ia melakukan perjalanan pulang setengah jam saja.
Saat sampai di rumah ternyata kedua orang tua nya masih berada di warung entah kenapa masih belum pulang. Semoga saja ramai warung kedua orang tua nya.
Ia membersihkan diri kemudian ia membersihkan rumah.
Saat ia mencuci kotak makan nya, ia kembali teringat bagaimana Sean menyingkirkan bekal itu.
"Udah lupain aja Ailane. Jangan ngebuat otak kamu berpikir yang tidak penting seperti ini."
Ia menaruh tempat kotak makan nya. Sekali saja ia sudah kapok membawa kan kotak makan untuk Sean lagi.
Ia ke kamar. Sengaja pintu kamar nya ia buka karena tidak ada orang.
Ailane terus melihat i********: Sean siapa tahu meng-update sesuatu lagi.
Padahal hari ini ia ingin berniat untuk healing. Itu artinya ia tak boleh melihat sesuatu yang berpotensi dapat menyakiti perasaan nya. Bukan malah mencari tahu seperti ini lagi. Healing seperti apa ini?
Tiba-tiba ada seseorang yang menelfon nya.
Ia melihat Rayhan yang menelpon. Astaga! Beberapa hari ini ia terlalu fokus terhadap Sean sampai lupa ada seseorang yang menunggu nya.
Ia tak mau terus-terusan dekat atau memiliki hubungan dengan dua orang. Memang bukan perselingkuhan karena ia dengan mereka tak memiliki hubungan lebih.
"Halo Ray?" Sapa Ailane terlebih dahulu.
"Ay? Kamu kenapa? Kamu trending topik di kantor hari ini." Ucap Rayhan dari sebrang.
Trending topik? Ia tak melakukan apapun hari ini selain ia membolos kerja.
"Maksudnya Ray?"
Rayhan terlihat menghembus kan nafas sebelum ia mengeluarkan kalimat lagi.
"Kamu kenapa keluar dari ruangan pak Sean sambil nangis? Aku bukan orang yang suka gosip, saat denger namu kamu dibicarakan banyak orang aku jadi penasaran. Aku cari kamu tadi kamu juga gak ada."
Ailane terdiam. Mengingat lagi saat ia keluar dari ruangan Sean. Saat luar tadi tak ada orang. Kenapa bisa tersebar?
Karena cctv? Seharusnya tak mungkin. Tak ada yang boleh mengakses cctv selain Sean.
"Ay? Kamu masih disini?"
"Eh iya Rayhan. Aku mau anu, aku cuci piring dulu ya, nanti aku telefon lagi."
Tut----
Ailane tak tahu harus menjelaskan kepada Rayhan seperti apa. Ia hanya heran siapa yang menyebarkan gosip itu.
Atau itu alasan Sean kenapa memanggil nya tadi? Sean marah karena tersangkut paut nya sebuah gosip murahan bersama dengan dirinya?
Ailane merasa tak enak hati. Ia takut untuk masuk bekerja besok. Ia takut jika Sean akan memarahi nya lagi.
Sean is calling………