Ailane pergi ke kantor dan membawa dua bekal kotak makan. Satu untuk diri nya dan satu lagi untuk ia berikan kepada sean.
Ini bukan inisiatif ibu nya melainkan inisiatif sendiri untuk membawakan sean bekal. Biasa nya saja ibu nya harus memaksa ailane agar gadis itu mau membawakan sean bekal. Namun tidak untuk hari ini.
Ibu nya saja sampai heran ada angin apa anak nya itu. Bahkan yang membuat ibu nya semakin heran adalah hari ini ailane memasak tumis buncis dan telor balado khusus untuk ia berikan kepasa sean nanti.
“Ibu sini! Cobain deh, masakan ailane ini kurang apa?” Panggil ailane kepada sarah.
Sarah menghampiri anak nya. Menyendokkan satu sendok kepada mulut nya.
Mata sarah berbinar, “Enak sekali nak, ibu baru tahu kamu pintar memasak.” Puji sarah. Memang biasa nya ailane hanya memasak nasi goreng. Jarang memasak makanan dengan menu berat dengan banyak bumbu seperti ini.
Dalam harinya sarah senang, mungkin anak nya sudah mulai menaruh hati mya kepada sean.
Kadang sarah merasa tak enak hati sendiri karena sifat anak nya yang terkadang terlalu childish dan seenak nya saja kepada sean. Memang laki-laki itu terlihat begitu sabar menghadapi sifat anak nya.
Jika begini sarah tak akan merasa tak enak hati lagi kepada sean.
“Hehe, kira-kira om sean bakal suka masakan ailane gak ya bu? Ailane takut masakan ini enggak enak.”
Belun diberikan ailane sudah pesimis saja. Menganggap jika sean tak akan menyukai masakan nya. Sarah saja ketagihan, mungkin suatu saat nanti ia akan menyuruh anak nya untuk memasakan nya dan juga untuk indro. Atau mungkin untuk kedepan nya sarah akan mencoba mengajarkan ailane beberapa resep agar gadis itu lebih pandai memasak.
“Suka nak. Ibu yakin sekali, ini rasa nya sangat pas di lidah ibu. Tidak kurang asin atau kurang manis. Ibu bangga punya anak pintar memasak seperti kamu ailane.” Puji sarah yang kesekian kali nya.
Rasa nya ailane ingin terbang ke langit ke tujuh saat mendapat pujian yang bertubi tubi dari ibu nya.
"Sudah segera dimasukkan kedalam kotak makan mu. Nanti kamu kesingan."
"Iya Bu,"
"Ibu ke warung dulu kasian bapak mu jaga warung sendirian." Pamit Sarah.
Indro memang sedari tadi shubuh sudah berada di warung.
Berbeda dengan Sarah yang menyusul indo ke warung saat sudah membangun kan anak nya.
Kemarin malam sebelum tidur, Ailane berpesan kepada Sarah agar ia dibangunkan pagi sebelum ia berangkat bekerja.
Pulang dari pantai membuat tubuh nya lelah. Malam sebelum nya saja istirahat nya belum sepenuhnya pulih, sudah diajak untuk berpergian lagi.
Ia takut jika tak menyuruh Sarah membangunkan nya pagi ini ia bisa bablas bangun kesiangan dan tak bisa masuk bekerja.
Memang Ailane sedari dulu jika ia capek sekali ia akan sulit untuk bangun jika tidak dibangunkan oleh seseorang. Harus ada seseorang yang menggoyang kan tubuh nya agar ia merasa terganggu dan bangun.
Suara sekencang apapun ia tak akan terganggu jika tidur dalam kondisi yang sangat lelah.
Pernah saat ia masih duduk di bangku SMP. Setelah ia pergi ke kebun binatang untuk bertamasya seharian penuh dengan keluarga nya ia tidur dengan keadaam tubuh yang sangat capek.
Hingga pagi hari beberapa rumah setelah rumah nya mengalami kebakaran hemat. Banyak tetangga yang berteriak panik dan suara sirine pemadam kebakaran yang sangat kencang itu saja tidak menggangu tidur Ailane.
Sampai waktu itu Indro harus menggendong anak nya yang masih tertidur untuk keluar rumah mencaro tempat yang lebih aman. Tak menutup kemungkinan jika api itu akan menyambar ke rumah nya juga karena berada satu deret yang sama. Untung saja waktu itu para pemadam kebakaran cepat datang tepat waktu dan api tak merembet kemana-mana.
Dari situ saja sudah kelihatan, Ailane jika capek ia bisa tidur layak nya orang mati.
Ailane sudah selesai memindahkan masakan nya dan membagi nya ke dua tempat.
Ia sudah bersalaman kepada ibu nya.
Ibu nya berpesan agar nanti Ailane jangan lupa mengunci pintu dan membawa kunci pintu nya bekerja. Siapa tahu saja nanti sepulang Ailane bekerja kedua orang tua nya masih berada di warung dengan keadaan rumah yang masih terkunci rapat.
Ia membawa motor pagi ini.
Ia menaruh kotak makan itu ke dalam jok.
Ia memulai perjalanan menuju kantor dengan semangat. Membayangkan ekspresi wajah Sean saat menyantap makanan nya nanti. Pasti akan suka.
Kata ibu nya saja masakan nya itu enak. Ia juga merasa jika enak.
Sampai di kantor ia sengaja lewat pintu belakang yang melewati parkiran khusus mobil.
Mobil Sean sudah terparkir disana. Berati sudah datang.
Ah nanti saja ia berikan bekal itu saat jam istirahat. Mungkin sekarang Sean sudah sarapan. Dan juga Sean pernah bercerita jika ia tak terlalu suka sarapan dengan makanan yang berat. Seperti nasi. Sean biasa sarapan dengan roti tawar atau tidak oatmeal dan sereal.
Saat di lobby ia berpapasan dengan Sean. Ia berusaha menyembunyikan bekal nya dari pandangan Sean. Ia ingin memberi kejutan kecil untuk Sean kali ini.
Ia tersenyum kearah Sean.
Eh? Sean tak membalas senyuman Ailane.
Mungkin Sean tak melihat keberadaan Ailane karena posisi mereka juga tak terlalu dekat.
Ailane berjalan ke arah ruangan nya untuk menyimpan bekal nya.
"Widih, bawa dua tuh! Gue satu dong!" Celetuk Reza teman nya yang juga sebagai cleaning servis. Namun Reza sudah bekerja lebih lama dari Ailane.
Reza sudah berada setahun sebelum akhirnya Ailane bekerja disini.
"Gamau Reza! Ini buat seseorang,"
"Idih gaya amat ku bocah!"
Ailane hanya mendengus. Ia menaruh tas dan juga bekal nya pada sebuah loker yang memang disiapkan untuk para cleaning servis.
Hingga jam kerja nya sudah mulai aktif untuk pagi ini.
Kata teman-teman nya hari ini ada meeting secara besar-besaran. Banyak kolega bisnis dari berbagai macam perusahaan yang datang untuk meeting disini.
Ailane di beri tugas untuk memberikan minuman kepada mereka yang jumlah nya tiga pulub orang.
Seperti pagi ini ia harus bolak-balik dan sedikit capek karena membawakan mereka minum.
Untung ia tak sendirian, ia dibantu satu lagi teman nya yang juga mengantarkan minuman.
Ruangan meeting masih belum ramai orang. Namun setiap meja sudah ia sediakan minuman.
Sean sudah berada disitu namun laki-laki itu masih asyik menatap laptop nya.
Sangking fokus nya Sean sampai tak menyadari jika sedarai tadi Ailane bolak-balik mengantar kan sebuah minuman.
Sambil menunggu meeting itu selesai agar ia bisa membereskan gelas-gelas tadi dan mencuci nya, ailane membersikan beberapa sudut yang terlihat kotor.
Tugas cleaning servis memang tak jauh dari kata-kata membersihkan.
Tak apa ia suka. Malah ia kadang terlalu perfeksionis, ia tak bisa melihat sesuatu yang kotor dan gatal sekali ingin membersihkan nya. Jika sudah membersihkan nya pula harus benar-benar bersih agar ia merasa lega dan tak gatal lagi.
"Mbak, "
Ailane menoleh.
Ternyata pak Surya yang memanggil nya. Kepada HRD disini.
"Bisa tolong belikan saya makanan? Di warung depan sana?" Pak Surya menberikan sebuah catatan yang berisi makanan apa yang ia pesan.
"Bisa pak," Ailane menerima sobekan kertas itu.
Kemudian pak Surya menyerahkan selembar uang dengan pecahan lima puluh ribu.
"Kembalian nya buat kamu saja. Tolong nanti antarkan ke ruangan saya."
Ailane mengerti. Ia turun kebawah untuk pergi ke warung depan kantor.
Warung nya memang ramai. Karena hanya ada satu buah warung disana.
Sebenarnya ada kantin, namun makanan kantin menurut nya rasa nya terlalu hambar. Hanya karena harga nya yang murah saja membuat kantin itu ramai.
Pak Surya memesan satu porsi sayur lodeh ikan ayam bakar ditambah rempeyek udang dan juga sedikit sambar terasi.
Ailane baru tau ini. Bagaimana rasa nya sayur lodeh yang dicampur dengan sambal terasi? Aneh sekali.
"Bu, mau beli ini." Ailane menyerahkan catatan itu kepada ibu penjaga warung.
"Buat pak Surya ya neng?" Tanya ibu itu.
"Kok ibu tahu?"
"Pak Surya aja neng disini yang beli lodeh dicampur sambal terasi." Kekeh ibu itu.
Tuh kan! Pasti bukan ailane saja yang menganggap menu masakan yang di pesan oleh pak Surya itu sedikit aneh. Ibu itu saja sampai tertawa.
"Tiga pulub ribu ya neng," ibu itu menyerahkan pesanan Ailane.
Uang yang diberikan pak Surya masih tersisa dua puluh ribu. Katanya kembalian nya untuk dirinya. Lumayan, dua puluh ribu bisa ia gunakan untuk membeli bensin nanti.
Ia langsung keruangan pak Surya. Dan mengucap terimakasih karena telah memberikan uang kembalian nya. Ia selalu diajarkan kedua orang tua nya untuk jangan sungkan mengucap kan kata maaf, tolong, dan terimakasih.
Ketiga kata itu memang sederhana namun banyak orang yang jarang menggunakan nya.
Beberapa jam setelah itu meeting nya seperti nya sudah berakhir. Orang-orang yang berada di ruangan itu satu persatu mulai keluar dari ruangan itu. Ia mencari Sean, tak ada disana.
Mungkin masih berada di dalam.
Ruangan itu terbuka lebar, hanya ada Sean yang masih berada di dalam sana mungkin masih ada beberapa pekerjaan yang belum Sean bereskan.
Ia masuk dan mulai membereskan gelas-gelas yang berada disana.
Ailane menepuk pundak Sean yang membuat sang empu langsung menoleh ke arah nya.
"Saya sibuk kamu bisa pergi."
Ailane tersentak. Sean memang tidak sedang membentak nya. Namun ucapan Sean langsung menusuk ke relung hati nya.
Tak pernah Sean sebelum nya menyuruh Ailane pergi.
Mungkin Sean hanya ingin mengabulkan permintaan nya. Dimana ia meminta Sean agar berpura-pura tidak mengenal diri nya saat sedang berada di kantor.
Astaga Ailane! Jauhkan pikiran buruk mu itu. Sean hanya menuruti apa yang kau mau!
Ailane terus bergeming di dalam hati nya jika tak ada masalah. Hanya pikiran nya sendiri yang membesar-besarkan itu semua.
Ailane memanggil teman nya agar membantu nya untuk membereskan gelas-gelas itu. Karena ia sendiri tidak bisa membersikan tiga puluh gelas itu sendiri.
Kepala atas cleaning servis nya mengijinkan Ailane untuk beristirahat terlebih dahulu karena ia tahu gadis itu sedari tadi sudah mondar-mandir dan pekerjaan nya jauh lebih berat ketimbang yang lain.
Mungkin lima belas menit lagi istirahat.
Ailane termenung, tumben sekali Sena tak menyuruh nya datang ke ruangan Sean. Ada apa?
Lebih baik seperti ini. Ia sendiri yang meminta kepada Sean agar tak sering untuk menyuruh nya datang ke ruangan Sean.
"Kenapa si aku?" Tanya nya kepada diri nya sendiri.
Disaat Sean sudah mengabulkan permintaan nya malah ia yang gelisah sendiri.
Apa gara-gara perkataan nya yang di pantai kemarin yang membuat Sean marah? Ia tak mengatakan apa-apa seingat nya yang berpotensi menyakiti perasaan Sean.
Saat pulang dari pantai juga ia dan Sean masih baik-baik saja.
Bahkan saat sebelum ia turun dari mobil Sean untuk masuk kedalam rumah nya Sean masih mencium bibirnya.
Lalu kenapa hari ini Sean terlihat beda sekali?
Ia juga tak melihat keberadaan Rayhan hari ini.
Ia tak peduli dengan Rayhan. Ia hanya peduli apa kesalahan nya hingga membuat Sean berubah.
Sekarang sudah jam istirahat. Ia menunggu seluruh teman nya keluar dari ruangan ini agar ia bisa memberikan bekal nya kepada Sean.
Saat ini melihat teman-teman nya sudah mulai berhamburan keluar dari ruangan ini, barulah ia mengeluarkan bekal nya.
Ia berjalan menoleh ke kanan dan kiri. Memastikan jika tak ada orang hingga ia sampai ke depan pintu ruangan Sean.
Ia mengetuk pintu Sean.
"Masuk!" Suara bariton Sean dari dalam terdengar.
Ailane membuka pintu pelan dan Sean menoleh saat yang datang ke ruangan nya ternyata Ailane.
"Ada apa?" Tanya Sean dingin.
Ailane berjalan mendekat ke arah Sean dan menaruh bekal yang ia bawa tepat di depan Sean.
"Apa ini?"
"Ailane hari ini masak buat om Sean, om Sean cobain ya?"
"Saya kenyang,"
Deg!
"Dikit aja. Ini baru pertama kali loh Ailane masak kaya gini." Bujuk Ailane sekali lagi siapa tahu Sean mau mencicipi masakan nya itu.
Ailane membuka kotak makan nya yang memperlihatkan telor balado yang tampak menggoda.
"Saya bilang kenyang! Kenapa kamu memaksa saya?"
Brak!
Sean menyingkirkan kotak makan itu dengan tangan nya membuat kotak makan itu terjatuh di lantai dan isi nya berceceran di lantai.
Ailane tak menyangka atas perbuatan yang dilakukan Sean kali ini.
"Om sean kenapa lakuin ini?"
Air mata Ailane mencucur tanpa bisa ia tahan.
Hati nya hancur sekali melihat Sean membuang makanan nya.
Ia susah payah bangun pagi sengaja agar ia bisa memasakkan makanan untuk Sean namun ini yang ia terima dari usaha nya?
Setidak mya jika Sean tak mau, ia bisa menolak nya saja dengan ucapan. Jika kedua kali Sean sudah menolak nya Ailane tak akan memaksa Sean lagi untuk mencicipi masakan nya.
"Saya sudah bilang saya kenyang!"
Plak!
Tangan Ailane reflek menampar pipi Sean. Karena menurut nya sifat laki-laki itu sangat kejam sehingga bisa memperlakukan nya seperti ini.
"Jangan karena om kaya dan punya segala nya, om Sean bisa memperlakukan Ailane kaya gini!" Teriak Ailane.
Masa bodoh jika ada yang mendengar teriakan nya. Ia hanya ingin Sean mengerti jika diri nya sekarang sedang marah sekali karena tingkah Sean yang tidak manusiawi.
Sean memegangi pipi nya yang kini merah akibat tamparan dari Ailane.
"Inget ya om! Sekalipun Ailane gak bakalan bersikap sama kaya dulu lagi!"
Ailane membanting pintu ruangan Sean dan keluar dari ruangan itu dengan posisi masih berlinang air mata.
Ia tak menyadari jika ada seseorang yang mengawasi nya dari kejauhan dan memfoto nya saat keluar dari ruangan Sean dengan keaadan menangis.