"Maafkan aku. Seharusnya, saat ini adalah saat-saat yang berbahagia untuk kita. Karena dalam waktu dekat ini, kita akan segera menikah. Tapi, karena kejadian tidak terduga itu, mengacaukan segalanya." "Aku yang seharusnya minta maaf karena hal itu." "Tidak, Nabila. Kamu sama sekali tidak bersalah. Aku harap, kamu bisa kuat menghadapinya. Karena aku akan bersamamu." "Terima kasih." "Jadi, kamu masih mau menikah denganku kan?" "Apa yang kamu bicarakan? Tentu saja aku mau. Apa kamu tidak tahu, betapa aku sangat menginginkannya?" "Jadi, mau ambil yang ini, Pak?" Rangga memutar kepalanya. Melihat seorang sedang berbicara dengannya. Seorang pegawai laki-laki yang sedang membawa undangan pernikahan yang akan dipesannya. Tadi, Rangga masih terbawa suasana percakapannya dengan Nabila
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari