Bab 7

1800 Kata
“Ibu yang ini bagus nggak?” Tanya Leo sambil menunjukkan sebuah baju kemeja lengan panjang berwarna Abu. Arum yang sedang menyisir rambutnya di depan cermin segera menatap ke arah Leo anaknya. Ia tersenyum sambil memberikan anggukan sebagai jawaban atas pertanyaan bocah lima tahun itu. “Bantuin Leo pake bajunya Bu?” pinta Leo sambil berjalan menuju ke arah Ibunya dan menarik-narik ujung baju Arum. Arum yang sudah selesai dengan rambutnya segera menatap ke arah putranya itu dengan pandangan penuh peringatan. “Kalau mau minta Ibu pakein baju, anak pinter harus bilang apa dulu?” Tanya Arum sambil berjongkok di hadapan Leo agar tinggi mereka sama. Leo langsung memberikan cengiran mendengar pertanyaan Ibunya yang sebenarnya menyindirnya. “Tolong Ibu,” ucap Leo. Arum langsung tersenyum senang sambil mengusap lembut puncak kepala putranya. “Pinter anak Ibu. Sini Ibu bantuin,” ujar Arum sambil mengambil baju kemeja yang Leo pilih tadi dan membantu anaknya untuk memakai baju tersebut. Saat ini Arum sedang siap-siap bersama Leo untuk berangkat ke salah satu café yang ada di Jogja untuk menghadiri acara meet upnya bersama para pembaca-pembaca setia n****+ karyanya dan beberapa pengikut-pengikut lamanya. “Udah ganteng,” ucap Riana begitu Leo sudah mengenakan bajunya. Ia juga merapikan rambut Leo dan tidak lupa diberikan minyak rambut agar tidak terlihat kering. Merasa keduanya sudah siap dengan pakaian mereka masing-masing, Arum dan Leo berjalan bersama keluar dari kamar Arum. “Ya ampun, anak sama Ibu udah ganteng dan cantik aja,” puji Nenek Arum melihat kemunculan Arum dan Leo dari kamar. Leo melompat senang mendengar pujian dari Eyangnya. “Iya dong Eyang. Kan Leo cakep soalnya milip Ibu,” ucap Leo dengan ucapannya yang masih cadel. Arum tertawa kecil mendengar perkataan putranya itu. Ia kemudian menatap sekitar rumah sebelum menatap kea rah Neneknya. “Ibu dimana Nek?” Tanya Arum. Neneknya mengangkat bahunya. “Nggak tahu Nak. Ibu mu biasanya di hari minggu kaya gini emang suka keluyuran entah kemana. Paling nanti tengah malem baru pulang,” ujar Neneknya dengan nada lesu. Mendengar hal itu membuat Arum menghembus nafasnya kasar sambil menggeleng. Ibunya benar-benar tidak berubah kelakuannya, walau sudah memiliki cucu saat ini. “Ya udah Nek. Kalau gitu Arum sama Leo pamit dulu ya,” ucap Arum sambil mencium punggung tangan Neneknya. Leo juga ikut mencium punggung tangan Nenek Arum. “Dadah Eyang,” ucap Leo berpamitan. Setelah itu Arum dan Leo berjalan bersama keluar dari rumah menuju teras. Arum mengecek ponselnya dan mendapati bahwa taxi online pesanannya sudah sampai di depan gang dan sebentar lagi tiba di depan rumah mereka. “Wah nak Arum mau jalan-jalan sama Leo ya,” ucap salah satu tetangga wanita yang rumahnya berada tepat di samping rumah Arum. Ia tengah sibuk menjemur pakaian di halaman. Arum memberikan senyuman ramah pada tetangganya itu. “Iya nih Bu. Kebetulan dateng liburan ke sini, jadi sekalian ajakin anak jalan-jalan,” jawab Arum dengan nada sesopan mungkin. “Leo pasti seneng banget tuh mau jalan-jalan sama Ibunya.” Mendengar itu Leo tentu saja langsung mengangguk dengan penuh semangat. “Iya dong,” jawabnya ceria. Sebuah mobil avanza hitam akhirnya berhenti tepat di depan halaman rumah mereka. Arum segera menatap ke arah tetangganya itu, “kami pergi dulu ya Bu,” ucapnya berpamitan. “Oh iya. Hati-hati ya Nak Arum.” Arum segera membuka pintu mobil taxi online tersebut kemudian membantu Leo untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu sebelum dirinya menyusul. Begitu Arum dan Leo sudah sama-sama berada di dalam mobil dan pintu mobil sudah ditutup, barulah mobil taxi online tersebut melaju meninggalkan kediaman mereka menuju café tempat meet up akan berlangsung. “Sayang, nanti pulang ketemuan sama teman-teman Mama baru kita ke mall ya sayang. Kamu harus janji nggak boleh nakal selama ketemu sama teman-teman Mama,” ucap Arum menasehati Leo. Mendengar perkataan Arum membuat Leo mengangguk sambil memberi hormat dengan tangan yang ia letakkan di atas dahinya. “Siap Bu. Leo janji nggak akan nakal kok,” ucapnya meyakinkan Ibunya. Arum tertawa kecil melihat tingkah bocah lima tahun di hadapannya ini. Walau usia anaknya masih begitu belia, namun sifatnya benar-benar menunjukkan kedewasaan. “Anaknya pinter banget mba,” puji sopir taxi online pada Leo. Arum tersenyum mendengar pujian yang diberikan orang pada putranya. “Leo, bilang makasih sama Om nya,” bisik Arum pada putranya. “Makasih untuk pujiannya,” ucap Leo pada sopir taxi online tersebut. “Umur anaknya berapa Mba?” Tanya Sopir taxi tersebut sambil melihat kea rah Arum melalui kaca. “Lima Tahun Pak,” jawab Arum. Sopir Taxi tersebut menatap Arum dan Leo bergantian. “Wah saya nggak nyangka loh Mba udah punya anak usia lima tahun. Soalnya muka mba nya masih muda banget loh kelihatannya, kaya anak SMA,” ujar Sopir tersebut. Mendengar hal itu membuat Arum tertawa. “Ya ampun Pak, masa samai segitunya sih. Nggak mungkin lah saya kelihatan kaya anak SMA,” ucap Arum tidak percaya. “Saya beneran nggak bohong loh Mba,” jawab Sopir taxi tersebut. “Makasih Pak,” ucap Arum sambil tersenyum ramah. Karena asyik mengobrol, tanpa disadari mobil yang mereka tumpangi akhirnya tiba di depan cafe tempat acara meet up akan berlangsung. Arum segera membayar ongkos taxi online kemudian membuka pintu mobil dan kelar dari dalam mobil. Tidak lupa Arum membantu Leo untuk turun dari mobil, setelah itu ia mengucapkan terimakasih pada Sopir taxi sebelum menutup kembali pintu mobil. Mobil yang Arum dan Leo tumpangi kemudian mulai melaju meninggalkan café tersebut, setelah itu barulah Arum menggandeng tangan Leo dan keduanya berjalan bersama memasuki café tempat acara berlangsung. Begitu Arum masuk ke dalam café ia melihat ke segala penjuru café dan menemukan sekumpulan gerombolan orang di area taman café sedang duduk mengobrol bersama. Salah satu orang dari rombongan tersebut melihat ke arah Arum dan melambaikan tangan padanya. Hal itu membuat Arum menyadari bahwa itu adalah rombongan dari para pembaca dan pengikutnya. Arum segera berjalan ke taman café tersebut untuk dengan mereka. “Teman-teman, ayo kita sambut Kak Minaswa penulis kesayangan kita,” ucap salah seorang pembaca yang sudah mengetahui wajah Arum karena pernah bertemu dengannya sekali. Minaswa sendiri adalah nama pena Arum yang diambil dari namanya yaitu Arumi Naswa. Semua orang segera memberikan tepuk tangan sambil melihat ke arah Arum yang berjalan ke arah mereka degan menggandeng Leo yang berjalan di sampingnya. “Halo semuanya,” sapa Arum begitu sudah berdiri di hadapan semua orang yang menunggunya. “Wah, ternyata Kak Minaswa aslinya cantik banget ya,” puji salah seorang wanita muda sambil menatap Arum dengan tatapan kagum. Mendengar hal itu membuat Arum merasa malu dan tersenyum canggung. “Makasih ya pujiannya,” ucap Arum. “Ini siapa kak? Lucu banget adeknya,” puji salah seorang lagi sambil menatap gemas pada Leo. “Oh, kenalin ini anak saya namanya Leo,” jawab Arum memperkenalkan putranya. Semua orang menatap takjub pada Leo. Beberapa mulai mengajak Leo bercanda bersama mereka. Leo putranya memang memiliki sifat yang gampang berbaur, sehingga sangat mudah bagi anaknya untuk mulai akrab dengan para pembaca Arum dan bercerita banyak hal dengan mereka. Arum tersenyum senang dan mulai mengobrol satu persatu dengan para pembacanya. Mereka mengobrol berbagai hal seputar n****+ yang ditulis Arum dan juga meminta Arum untuk menceritakan bagaimana n****+ populernya nanti akan di filmkan. Arum tentu saja dengan senang hati mulai menceritakan semua hal terkait n****+-novelnya dan menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh para pembacanya. Selain mengobrol, mereka semua juga menikmati makanan bersama ditengah obrolan mereka. Berkumpul dengan para pembacanya tentu saja membuat Arum begitu bahagia karena menemukan teman-teman baru dalam hidupnya. “Oh iya Kak Mina, aku punya temen kuliah dan dia baru aja mulai baca n****+-n****+ karya kakak loh dan dia langsung sesuka itu sama semua karya Kaka. Pas aku kasih tahu kalau hari ini kakak ada meet up sama para pembaca lama kakak, dia berharap banget bisa ikutan loh,” ujar salah satu pembaca Arum dari saat awal ia mulai menulis, namanya Rita. “Kenapa nggak kamu ajak aja Rita. Aku nggak pernah membedakan pembaca lama dan pembaca baru aku. Semua pembaca aku sudah aku anggap temanku sendiri,” ujar Arum. Mendengar hal itu membuat Rita tersenyum senang. “Kalau gitu aku boleh ya kak ngabarin dia buat dateng ke sini sekarang?” Tanya Rita penuh semangat. Arum langsung saja memberikan anggukan pada Rita, dan hal tersebut membuat gadis muda yang berada di sampingnya ini bersorak senang. Ia segera meraih ponselnya untuk menghubungi sahabatnya itu agar bisa datang ke acara meet up ini. “Bentar lagi dia dateng kak. Nanti aku kenalin ya,” ucap Rita begitu selesai menghubungi sahabatnya. Arum memberikan anggukan kemudian melanjutkan obrolan bersama para pembacanya yang lain yang terus saja memberikan berbagai pertanyaan padanya. Ia terus saja menjawab berbagai pertanyaan yang ada dan memberikan beberapa tips pada para pembacanya yang memiliki minat untuk menulis n****+ seperti dirinya. Sepanjang kegiatan Arum dan para pembacanya, Leo sama sekali tidak rewel dan menyusahkan Arum. Putranya itu malah terlihat akrab dengan para pembaca Arum bahkan bermain dan menikmati makanan bersama mereka. Melihat hal itu membuatnya tersenyum lega. Rita yang duduk di samping Arum segera berdiri begitu melihat ada pesan masuk di ponselnya. Ia tersenyum senang begitu membaca pesan tersebut. “Kak, teman aku udah dateng nih. Aku jemput dia di depan dulu ya,” ujar Rita yang dibalas anggukan oleh Arum. Setelah itu gadis muda tersebut berjalan meninggalkan tempat tersebut untuk menjemput temannya itu. Setelah kepergian Rita tersebut, Arum tetap sibuk mengobrol bersama pembacanya yang lain. Tidak sampai lima menit setelah kepergian Rita, ia merasakan tepukan di punggungnya. “Kak Mina, kenalin ini teman aku,” ucap Rita yang menepuk pelan punggung Arum. Arum segera berbalik sambil berdiri untuk menyambut teman Rita yang adalah pembaca baru n****+-n****+ karyanya. Begitu melihat sahabat Rita tersebut, tubuh Arum langsung menegang dan terasa ingin roboh saat itu juga. Bahkan gadis yang berdiri di samping Rita juga terkejut melihat Arum di hadapannya. “Kak Arum,” gumam gadis muda tersebut. “Kalian udah saling kenal?” Tanya Rita sambil menatap Arum dan sahabatnya itu bergantian. Tentu saja Arum sangat mengenal gadis muda yang ada di hadapannya saat ini. Ia adalah Gina Mawardi adik dari mantan suaminya Bagas Mawardi. Arum sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan bertemu dengan mantan adik iparnya yang ternyata adalah pembaca n****+-n****+ karyanya. Keduanya saling menatap dan terpaku karena sama-sama tidak menyangka akan bertemu dalam situasi ini. “Ibu, Leo boleh makan ini kan?” Tanya Leo pada Arum sambil menunjukkan sebuah kue yang diberikan salah satu pembaca Arum tanpa menyadari jika Ibunya sedang dalam kondisi kalut saat ini. Mendengar seorang bocah memanggil mantan kakak iparnya dengan panggilan Ibu tentu saja membuat Gina semakin terkejut. Ia bahkan membulatkan matanya dan melotot begitu melihat wajah Leo yang begitu persis dengan wajah kakak sulungnya Bagas. Arum sadar dirinya sudah tamat saat ini. Ia sama sekali tidak bisa mengelak ataupun menghindar dari gadis muda di hadapannya ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN