Athena tahu tubuh Austin lebih besar dari tubuhnya, kulit lelaki ini aslinya juga bukan kecoklatan namun karena sering berada di lautan, Austin akhirnya mendapat kulit dengan warna eksotis walaupun Athena yakin itu tidak akan bertahan lama karena Austin sepertinya keturunan campuran Asia – Amerika berkulit putih.
Lebih dari itu, “Akh!!” pekik Athena, sesuatu yang sangat tertutup di tubuh Austin benar-benar menguasainya, seperti kejadian enam bulan lalu, sesuatu yang keras membuatnya tak sadar mengeluarkan suara-suara yang memalukan.
“Seberapa sering lelaki diluar sana menyentuhmu dan melihat wajahmu dengan wajah seperti ini.” ucap Austin.
Satu tangan Athena mencengkram selimut, satu lagi memegangi lengan kekar milik Austin, “Kamu tidak perlu tahu akan hal itu, seberapa sering aku melakukannya juga bukan urusanmu karena percuma saja aku menjelaskan padamu jika kau tidak percaya padaku.”
Tak ada sesuatu yang mengharuskan Austin marah, dunia sekarang terlalu bebas, terserah kau akan tidur dengan siapa. Tapi Austin membenci orang yang ia sentuh pernah disentuh orang lain juga meskipun itu bukan hal baru lagi di jaman ini.
Gerakannya membuat Athena semakin tak bisa menahan suaranya untuk keluar, “Austin! You hurt me!” ujar Athena tapi Austin tidak peduli, ia justru mempercepat laju permainan itu sampai Athena benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya sendiri, Austin mendominasinya sampai sesuatu yang hangat Athena rasakan mengalir keluar dari bawah sana.
Nafasnya terlalu berantakan untuk memarahi Austin, Athena menatap lelaki itu dengan kepuasan yang baru Austin dapatkan, oh mengapa dia sangat tampan dan menggairahkan di saat seperti ini?
“Lihatlah wajah cantik yang sering dipuji oleh banyak orang di luar sana, kini terlihat sangat menggoda dengan wajah mesumnya.” ucap Austin, wajahnya tanpa ekspresi padahal baru saja permainan usai kurang dari dua menit.
Athena menarik Austin dengan cepat, ketika lelaki itu jatuh telentang di sampingnya, tidak membiarkan sedetik pun waktu terlewat, Athena duduk di perut Austin hingga lelaki yang ada di bawahnya menyeringai.
“Kau punya stamina yang bagus.” puji Austin.
“Kamu cukup diam, kali ini aku yang akan memimpin permainan.” balas Athena.
Kedua alis Austin terangkat, tapi ia juga tidak menolak tawaran menyenangkan seperti ini. Bermain dengan seorang aktris yang sedang naik daun, bahkan namanya terpampang di pencarian nomor satu lebih dari satu bulan.
Siapa yang mengira jika aktris cantik ini sangat tergila gila dengan tubuh lelaki, di pertemuan pertama saja Athena sudah menunjukkan ketertarikannya, tidak terhitung pertemuan sebelum Austin kehilangan ingatan.
Hangat, satu hal yang Austin rasakan ketika miliknya kembali di dalam area sensitif Athena, wajah perempuan yang sedang menikmati miliknya sungguh lucu tapi sayang sekali Austin tak bisa tertawa melihatnya, ia justru tersiksa karena gerakan Athena sangat lambat.
“Can it be faster than what you are doing now?” geram Austin.
Athena menggeleng, “Biarkan berlalu dengan lambat agar aku bisa melihatmu lebih lama dengan wajah seperti sekarang ini.”
“Fuckińg șhit!” umpat Austin tapi Athena membalas perbuatan Austin dengan tidak peduli apa yang lelaki ucap lewat bibirnya, sekarang Athena hanya ingin merasakan benda asing yang berada dalam dirinya, semakin lama benda itu terasa membesar sampai sesak bagi Athena menggerakkan tubuhnya.
Austin bergerak duduk membiarkan Athena ada di pangkuannya, tak mau hanya diam saja karena sesuatu yang bergerak di depannya secara bebas mengundang Austin untuk mendekat, kepala Athena terangkat menikmati rasanya atas bawah di kuasi oleh kehangatan, tangannya secara alami menekan kepala Austin untuk lebih dekat padanya, seperti seorang bayi yang tengah kehausan.
“Austin! Akh!”
Athena berhenti saat puncaknya telah ia dapatkan, tapi sangat disayangkan karena Austin belum mendapatkan kepuasannya. Sebentar ia menatap Athena sebelum memaksa wanita itu kembali bergerak lebih cepat.
Kedua bola mata Athena membelalak, “Austin, you jėrk!” ujar Athena.
___
Satu jam kemudian, Athena tidak bisa lama-lama di studio rekaman priadi miliknya karena Dave bisa datang kapan saja. Kamar sangat berantakan, bajunya dan baju Austin berserakan di lantai sementara Austin terlihat berbaring, kedua tangan menyilang menjadi bantal kepala.
“What you see?!” ketus Athena.
Austin menggeleng sambil terus menatap Athena yang berdiri dua meter darinya tanpa busana, Austin pikir bukan hal buruk menjadi bodyguard perempuan itu karena ia bisa kapan saja mėnidurinya kapan pun Austin ingin, toh Athena juga terlihat jelas menyimpan ketertarikan pada tubuhnya.
“Bagaimana jika setelah hari ini kita lebih sering melakukan hubungan dewasa?” ucap Austin.
Athena menoleh, meraih kemeja putih milik Austin agar lelaki itu tidak terus memandangnya dengan tatapan kotòr seperti barusan, meskipun Athena tau tubuhnya juga memang mempesona.
“Sebaiknya jika kau ingin melakukannya lagi maka lain kali sediakan alat pengaman, pil pencegah kehamilan tidak baik terlalu sering aku konsumsi gara-gara kau yang tidak memakai pengaman pada adik kecilmu.” balas Athena, semua baju yang berserakan di lantai ia jadikan satu di atas kursi, Athena duduk di sofa meraih botol wine lalu menuangkan isinya ke gelas.
Austin tertawa pelan, “Aneh, aku sangat menikmati permainan denganmu. Bagaimana jika sebaiknya kau jadi wanitaku saja?”
Pupil mata Athena melirik Austin, ia bahkan tidak tahu identitas Austin sebenarnya siapa. Tapi satu hal yang Athena yakin adalah Austin bukan orang kalangan bawah, buktinya lelaki itu bisa hadir di pesta mewah yang sempat Athena hadiri di ibu kota Rhode Island.
Namun selama Austin belum menemukan identitas yang sebenarnya, Athena juga tidak bisa menjalin hubungan lebih dari sekedar teman tidur pada lelaki itu, saat ini Athena belum tahu jelas dengan siapa ia berurusan, lalu apakah benar nama lelaki yang ada di atas tempat tidur itu sungguh bernama Austin atau itu hanya namanya yang di ingat karena kepalanya kehilangan memori yang lama.
Gelas diletakkan di atas meja sebelum pandangan Athena tertuju pada Austin, “Apa yang bisa kau berikan padaku jika kita menjadi sepasang kekasih?” tanya Athena.
“Tunggu hingga aku mengingat kembali siapa diriku sebelumnya dan akan aku jadikan dirimu sepenuhnya menjadi milikku.”
Athena menyeringai, “Simpan harapanmu yang terlalu tinggi itu, Dude. Aku memang menyukaimu, kamu cukup menarik untukku, tapi menjalin asmara denganmu atas nama cinta, aku rasa itu suatu hal yang sulit dilakukan, karirku masih sangat cemerlang saat ini dan aku tak bisa meninggalkannya, jika publik tau kamu adalah kekasihku maka para penggemarku bisa saja meninggalkanku dengan kalimat makian dan juga kekecewaan.”
Athena berdiri dari duduknya, “Jangan berharap lebih mengenai hubungan yang kita lakukan sekarang, aku masih mencintai pekerjaanku hingga tidak bisa melepaskannya semata demi cinta.” lepas mengatakan itu Athena menuju ke kamar mandi, setelah ini ia harus kembali menuju apartemen.
Hening, Austin tidak bersuara tapi ia tersenyum tipis mendengar kalimat Athena barusan. Jadi perempuan itu hanya tertarik pada tubuhnya, baiklah kalau itu yang Athena inginkan, jika saja Austin mendapatkan kembali ingatannya mungkin saja Athena tidak akan bisa lepas dari cengkeraman Austin.
Sekarang biarkan waktu yang menentukan akan bagaimana akhirnya, tapi Austin merasa jika dirinya tidak pernah bekerja untuk orang lain, justru dirinyalah yang mempekerjakan orang lain, entah itu hanya perasaan semata karena ia tidak ingin bekerja sebagai nelayan lagi atau memang kehidupan sebelumnya ia adalah seorang boss.
“Wanita ini cukup menarik, mari kita lihat apakah kau masih bisa terus bertahan di dunia hiburan atau masuk dalam cengkeraman lelaki yang kau sepelekan ini, Athena.” gumam Austin dengan senyum terukir di bibirnya seolah ia adalah alpha yang telah berhasil menemukan mate-nya, menakjubkan.