Bagian tujuh

1370 Kata
Sentuhan saling keduanya berikan, memabukkan seperti àlkohol yang membuat kesadaran perlahan menghilang menjadi sesuatu yang menuntut untuk di puaskan, tangan Austin mengusap punggung Athena yang terasa sangat lembut, berbeda dengan tangan Austin yang terasa kasar karena pekerjaan yang mengharuskannya beberapa bulan berada di lautan lepas tanpa atau siapa dirinya yang sebenarnya. Lenguhan keluar dari bibir Athena, perempuan itu menarik diri untuk meraih oksigen lebih banyak, di tatapnya kedua bola mata Austin yang gelap seperti menenggelamkan Athena ke dalamnya. Tangan Austin memutari tubuh Athena, sentuhan itu Athena nikmati sampai tanpa sadar mendongak merasakan sentuhan tangan Austin di balik bajunya, mengusap bagian tertentu yang bagi Athena itu sangat sensitif. Tak sabar dengan kegiatan yang seolah tak berkelanjutan, dengan berani Athena melepaskan ikat pinggang Austin, menurunkan resleting lelaki itu namun Austin segera menahan tangan Athena. “Kau sangat tidak sabaran.” “Aku tak bisa menunggu lebih lama.” jawab Athena. Austin menyeringai, “Bukankah kamu ingin aku merilekskan tubuhmu, sebaiknya kau diam saja dan biarkan aku yang melakukannya.” ucap Austin sembari melepaskan baju yang Athena pakai, seketika itu pandangan Austin terpesona dengan apa yang ada di depannya. “Sangat indah.” pujinya. “Tentu saja, aku merawatnya dengan baik.” sahut Athena. Tanpa pikir panjang Austin memasukkan bukit dengan warna merah muda itu ke dalam mulutnya, menghisap seperti bayi yang tengah terburu-buru menyusu pada ibunya. Suara erangan lolos dari bibir Athena merasakan sentuhan Austin yang cukup membuatnya terbuai. Tangan yang kasar terasa begitu jelas Athena rasakan, lembut dan hangat lidah Austin juga bisa Athena terima, secara refleks ia menyusupkan tangan di antara sela rambut Austin, mendorong lelaki itu semakin dekat. “Austin cukup, cepat lakukan sebelum Dave datang. Aku tak bisa menunggu terlalu lama, cepat lakukan yang lebih dari ini.” Rok pendek yang Athena pakai di singkap naik, tanpa melepaskan underwear yang Athena pakai, Austin memainkan tangannya di sana. “Bagaimana?” tanya Austin dengan tatapan ke wajah Athena yang tengah menikmati sentuhannya di bawah sana. “Dàmn! Aku ingin memakanmu lebih dalam dan lebih keras dari ini, sialàn aku tidak bisa benar-benar menikmatinya.” umpat Athena. Austin menambah satu jari lagi, suara Athena terdengar terdengar tengah merasakan sentuhannya dan Austin suka ekspresi yang Athena tunjukkan sekarang. Sangat menggoda melihat wajah Athena yang penuh harap akan kesempatan yang lebih dari sekedar sentuhan biasa. Dengan mudah Austin mengangkat tubuh perempuan itu ke atas meja, posisi mereka sudah saling siap memulai permainan panas hingga keringat mengucur di tubuh mereka, tapi telinga Austin masih cukup aktif sehingga suara denting lift terdengar samar. Kesadarannya kembali, segera Austin memperbaiki tatanan bajunya begitu pula dengan kondisi Athena yang sudah berantakan. “Kenapa kau menghentikannya?” tanya Athena diantara kekesalan menumpuk di kepalanya. “Rapikan kembali pakaianmu jika kamu tak ingin Dave melihatmu seperti ini.” “What?” secara buru-buru Athena merapikan pakaiannya dan duduk di sofa sementara Austin berdiri menunggu pintu terbuka, hanya butuh hitungan detik saja dan Dave akhirnya masuk ke ruangan itu. Nyaris saja Athena ketahuan melakukan hal yang tidak pantas di depan orang lain, jika sampai Dave melihatnya melakukan hubungan dewasa bersama Austin makan Athena pastikan selain dirinya pasti Austin juga akan kena masalah, terlebih ini adalah hari pertama Austin menjadi bodyguard tapi lelaki itu berani menyentuh aktris dalam naungan Dave. Lelaki berusia empat puluhan tahun itu pasti akan marah besar. Dave berbalik setelah menutup pintu, “Pelakunya sudah tertangkap, setelah ini kamu harus lebih berhati-hati lagi Athena, kau mungkin butuh sesuatu untuk menunjang penampilanmu agar saat keluar kau tidak mudah di kenali oleh orang lain.” seketika Dave heran dengan situasi antara Dave dan Athena. “Ada apa dengan kalian, mengapa menatapku seperti itu?” tanya nya. Dalam hati Athena mengumpati Dave, mengapa lelaki itu cepat sekali datang menemuinya, bukankah Dave harus menyelesaikan masalah tadi lebih lama lagi agar ia dan Austin bisa melanjutkan kegiatan panas tadi hingga tuntas, ah sangat menyebalkan. Athena melirik ke arah Austin tapi lelaki itu justru lebih tertarik pada benda-benda di ruangan tersebut, kedua lelaki ini sungguh menyebalkan. Athena tau Austin juga menginginkan hal yang sama tapi karena Austin yang menunda kesempatan singkat tadi, alhasil Athena kehilangan kesenangannya. “Penyerangan seperti tadi mungkin saja akan datang lagi, kau butuh penjagaan lebih dari seorang bodyguard.” kata Dave lagi yang berjalan ke arah meja di ujung dekat Keyboard. Austin dan Athena saling tatap lalu Austin hanya bisa mengedikkan bahunya melihat ekspresi kesal Athena saat ini. “Aku akan tinggal di studio ini, kau tak perlu datang lagi, moodku sedang kacau.” ucap Athena. Dave berbalik, ia melihat Austin dan Athena bergantian, “Kamu tidak bisa di studio ini untuk jadi tempat tinggalmu, Athena.” jawab Dave, “oh ya sekarang situasinya sudah cukup baik, kau bisa istirahat di studio untuk hari ini sebelum kembali ke apartemenmu.” lanjut Dave. Athena berdecih, “Austin, aku sementara ini kau tinggal di apartemen dengan Athena. Kondisinya belum benar-benar aman, jadi aku pikir akan lebih baik sementara kau tinggal dan menjaga Athena lebih dekat untuk keselamatannya.” kata Dave, Athena memutar bola matanya jengah, mengapa Dave tak segera pergi dan malah banyak bicara di sana? Dave memasuki ruangan tertutup yang terhubung dengan ruang kedap suara untuk pengambilan rekaman, ada benda yang Dave ambil dari dalam kemudian keluar lagi, “Aku akan menghubungimu lagi nanti, oh ya Austin tolong kau jaga Athena jangan sampai dia nekat keluar tanpa penjagaan.” pesannya. Austin hanya bisa mengangguk kecil sebagai jawaban, setelahnya Dave pun pergi lalu Austin melihat ke arah Athena yang melipat tangan di depan perut karena kesal. “Mau melanjutkan yang sebelumnya tertunda?” tanya Austin. Athena menoleh, moodnya sudah sangat kacau bahkan ia tak berniat lagi melakukan apa yang ingin dirinya lakukan dengan Austin tadi, Athena berdiri dari duduknya melewati Austin menuju tempat tidur satu-satunya di tempat itu sebagai ruang istirahat Athena setelah lelah melakukan rekaman. Austin mengikuti dari belakang tapi Athena justru berjalan terus masuk ke dalam kamar mandi, “Diam di sana! Aku sedang tidak ingin menatap wajahmu!” ujarnya lalu menutup pintu kamar mandi dengan kesal. Di luar pintu Austin tersenyum geli, ternyata Athena juga bisa marah dan wajahnya yang marah terlihat lucu dimata Austin, haruskan ia membuat Athena terus marah-marah? Austin berbalik melihat tempat itu lebih leluasa, lokasinya tidak begitu luas tapi ruang rekaman dan kamar istirahat terpisah, bahkan jika Athena tidak membuka ruangan ini tadinya Austin juga tak mengira ada kamar di tempat tersebut. “Tempat ini terasa sangat asing, tapi suara tembakan tadi kenapa terasa sangat familiar? Apa dulu aku seorang yang bergelut di dunia persenjataan, atau aku seorang militer yang tersesat?” batinnya. Austin mencoba memaksa ingatannya untuk mengingat apa yang terjadi padanya tapi hal itu malah membuat kepalanya kembali pusing, Austin memilih merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sebelum jatuh di lantai yang dingin, sangat menyakitkan tiap kali kepalanya berusaha mengingat kejadian sebelum ia ditemukan oleh para nelayan. Athena keluar dari kamar mandi, Austin langsung menoleh tanpa menunjukkan jika sekarang ia tengah menahan sakit. “Kau masih marah?” tanya Austin. Athena mengabaikan pertanyaan Austin, mengapa masih bertanya jika jawabannya sudah jelas. Athena marah bukan karena Austin tapi karena dirinya sendiri, mengapa ia terobsesi oleh Austin dan ingin tidur bersama lelaki yang baru ia temui beberapa kali. Tapi mau menghindar bagaimana pun juga, sosok Austin memang sangat menggoda. Tubuhnya yang kekar, wajahnya yang tampan, bibirnya pun juga terlihat ingin sekali Athena lahap. Tiba-tiba saja Austin melihat Athena memukul kepalanya sendiri, Austin berdiri menahan tangan Athena yang memukuli diri sendiri. “Apa yang kau lakukan, mengapa memukuli dirimu sendiri seperti ini?!” ujar Austin, hingga mendadak saja sakit kepalanya hilang melihat ulah Athena yang tidak terduga. “Aku marah dengan diriku.” “Apa ini salah satu hobimu, memukuli tubuhmu sebagai pelampiasan?” tanya Austin. Athena mendengus, duduk di tepi tempat tidur dengan kedua tangan mengusap wajah, hanya beberapa detik sebelum kembali berdiri dan mencengkeram baju Austin. “Aku baru mengenalmu tapi mengapa rasanya aku sangat menyukaimu, perasaan macam apa ini?!” Austin menutup bibir Athena dengan bibirnya, mendapat serangan tiba-tiba seperti ini bukannya menjauh Athena malah mengalungkan tangan ke leher Austin. Cukup lama keduanya saling menunjukkan ketertarikan yang sama. “Kau harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah kamu katakan barusan, Athena.” ucap Austin lalu kembali mencium Athena, kali ini lebih intens dari sebelumnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN