45. Air Mata Naina.

1686 Kata

Naina menatap pantulan wajahnya di cermin setelah selesai dirias. Matanya membulat sempurna lantaran bayangan yang dipandang oleh netranya saat ini terlihat jauh lebih cantik dari yang ia bayangkan. Meskipun Naina meminta riasan natural, tapi penatanya benar-benar lihai membuat tampilan lebih segar dan tentunya cantik. “Bagaimana, Mbak? Puas?” Si penata rias yang berjenis lelaki itu bertanya dengan nada kemayu dan gerakan lentur. Naina mengangguk. Ia puas walau hatinya saat ini dalam dilema, tapi memuji hasil jari-jari lentur itu bukan sebuah dosa. Ah, Naina selalu salut pada mereka yang bersifat kemayu, tapi memiliki bakat luar biasa dalam mengolah segala macam jenis make-up di atas kulit wajah. “Sangat puas. Makasih, Ma ... Mbak.” Naina gugup karena bingung harus memanggil apa pada

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN