“Bagaimana? Lo menemukannya?” Pertanyaan itu mendera Naina saat tiba di rumah Zevanya. Hanya gelengan kepala yang mampu Naina lakukan lantaran dirinya memang belum menemukan Lay sama sekali. “Udah lo tanyakan pada teman-teman sekelasnya atau teman satu sekolahnya?” tanya Zevanya lagi. Naina mengangguk. “Tidak ada yang tahu di mana Lay berada. Dia membolos dan itu sudah berlangsung selama tiga hari.” Naina mengembuskan napas kasar. Melemparkan tubuhnya di sofa lalu berbaring untuk melepas penat. “Itu berarti sejak pemukulan yang dilakukan Theo di kafe.” Zevanya coba mengingat. “Atau tepatnya sehari setelah Pak Theo memukulnya,” sahut Naina membenarkan. Zevanya mengangguk-anggukan kepalanya. “Bagaimana perasaan lo sekarang? Merasa bersalah, bukan?” Zevanya seolah mengintimidasi N