Penguntit

1125 Kata
Dengan tergesa, Khansa menuruni tangga rumahnya dan telah berpakaian rapi seperti biasanya untuk berangkat kerja. langkahnya berhenti di dapur untuk mengambil segelas s**u cokelat yang memang sudah di sediakan ibunya di meja makan di dapur kemudian meneguk sampai tandas. ibu dan kakaknya yang tengah sibuk memasak menoleh kearahnya. "kamu,minum bisa duduk kan,Sa?juga nggak hati-hati nanti tersedak!?"tegur kakaknya yang sedang duduk di kursi kayu sambil memotong sayuran. "buru-buru,aku mau ngecek mesin produksi sama teknisinya tapi aku harus isi bensin dulu, kemarin lupa!"tukas Khansa menghampiri ibunya dan menyalami untuk pamitan begitu juga pada kakaknya. "ini ibu belum selesai masak Sa,lagian masih subuh,gak kepagian apa kamu berangkatnya?!"tanya ibunya. "nggak,ini udah jam lima lewat lima belas menit,aku kan ke pom bensin dulu Bu,mati lama assalamu'alaikum!" "walaikumsalam!"jawab ibu dan kakaknya bersamaan. Khansa mengeluarkan motornya yang berada di dalam toko dan terlebih dahulu membiarkan mesin motornya panas. "eh,Sa mau berangkat?"tanya mamah Dira yang sedang menjemur pakaian di halaman rumah. "iya mah,rajin sudah jemur pakaian saja," "iya supaya nanti berangkat kerjanya biar ga biru karena pakaian belum di jemur.ini masih gelap kamu kok udah mau berangkat aja?" "iya,ngecek dulu mah!" "oh, pantesan ya,selama ini gak pernah lihat kamu ternyata berangkatnya pagi-pagi sekali, kirain kamu kerja di luar kota loh, apalagi mamah juga sibuk kerja.sepertinya ini karyawan teladan," cerocosnya bahkan berhenti sejenak dari kegiatannya yang sedang menjemur pakaian itu, supaya lebih leluasa mengobrol sambil memperhatikan Khansa yang sudah duduk di atas jok motornya siap berangkat. "ya, sebenarnya biar ga riweuh sih mah,aku berangkat ya mah, assalamualaikum?" "iya sayang hati-hati,walaikumsalam!" Khansa sambil tersenyum kearah mamah Dira kemudian melajukan motor matic nya keluar pekarangan rumah. *** Khansa melirik jam tangannya, kemudian pandangannya melihat ke antrian para pemotor yang akan mengisi bensin di SPBU juga cukup panjang. tiba-tiba pandangannya mendapati sosok yang tidak asing yang baru datang dengan motor gedenya. "ehem,"tiba-tiba suara seorang laki-laki yang sudah berada di sampingnya mengagetkannya. "segitunya banget lihatin si Indra,perlu aku kasih pelajaran?"ujarnya lagi nyengir. "kamu pak guru?"sahut Khansa malas karena mengerti maksud perkataannya,kemudian turun dari motornya dan hendak menuntun tapi laki-laki itu malah mengambil alih motornya. "udah,nunggu aja di sana,aku yang ngantri!"tukasnya tersenyum sambil mengisyaratkan untuk Khansa di dekat keluar area SPBU. "gak usah Fai,aku bisa sendiri lagian motormu mana?!"tanya Khansa celingukan karena tidak melihatnya membawa motor atau mungkin mau isi bensin bukan kah itu tujuan berhenti di SPBU,pikir Khansa. seolah tak menghiraukan ucapan nya, laki-laki yang di sapa Fai itu malah terus menuntun motor milik Khansa untuk isi bensin, karena malas berdebat akhirnya Khansa membiarkannya sementara dia berdiri di ujung dekat jalan raya. pandangannya masih melihat kearah Indra yang mengantri di tempat berbeda dari dirinya tadi.mengingat-ngingat wajah itu sepertinya dia pernah bertemu tapi bukan di tempat kerja. "ini sudah di isi penuh!"tukas Fai memarkirkan motornya di depan Khansa membuyarkan lamunannya. "tuh,kan,masih lirik-lirik,aku datangi dia sekarang satu bogem cukup?" "eh,jangan gila kamu!buat ulah di tempat umum,udah gak usah cuma lagi mikir aja kok dia jahat banget?berapa tadi aku bahkan belum kasih uang?" "ya mungkin dia iri kali,lagian aku bogemnya bukan di sini di tempat sepi,hehe..udah,tinggal berangkat aja!"tukasnya berjalan kearah motor ninja hijaunya yang berada berada di ujung pembatas area SPBU. "heh,awas kamu lakukan itu aku gak bakal mau ketemu lagi!"ancam Khansa. sementara Fai hanya memberi tanda oke dengan jarinya.kemudian Khansa naik motornya dan melihat kearahnya yang naik motor ninja hijaunya. "terus dia ngapain ke pom bensin kalau bukan untuk ngisi bensin? awas buat macam-macam"batin Khansa heran,kemudian melajukan motornya dan ternyata Fai mengikutinya dari belakang. Diruang pabrik Khansa mengecek mesin-mesin produksi untuk sepatu terlebih dahulu sebelum nanti bawahannya yang akan menggunakannya dengan di bantu teknisinya. wajahnya Khansa tampak malas kembali melihat laki-laki yang tadi di temuinya di SPBU kini ada di hadapannya. memang bukan sekali dua kali bertemu bahkan ratusan kali apalagi di tempat kerja yang sama,selama setahun ini mendekatinya tapi Khansa memang hanya menganggapnya teman kerja saja. "dasar penguntit."gumam Khansa. "aku dengar!"tukasnya. "hoh,bagus kalau dengar berarti gak budeg!?"timpalnya ketus. "jutek banget sih,ngatain lagi aku bukan penguntit padahal tadi udah di tolong!" "mohon maaf ya,aku gak nyuruh tuh!terus ngapain juga di sini?!" "aku teknisi kalau lupa!"tukasnya mulai ngecek mesin-mesin produksi untuk sepatu itu. "ah,iya dia salah satu teknisi di sini,b**o!"batin Khansa. "tadi bensinnya berapa?aku gak mau punya utang!"ucapnya lugas. Fai menoleh kearah Khansa yang berdiri di sampingnya sedang memperhatikannya yang bekerja. "udah di bilang jangan di pikirkan!"tukasnya kemudian kembali fokus. sementara Khansa memilih keliling ruangan sambil memperhatikan mesin-mesin dan mengeceknya karena kalau urusan memperbaiki misal ada kerusakan dia juga tidak bisa dan tugasnya bagian teknisi mesin. pandangannya kembali kearah Fai yang masih fokus pada kerjaannya.dilihat dari sisi mana pun menurutnya Fai ini sempurna.paras tampan,kulitnya putih dan hidungnya mancung serta postur tubuh tinggi dan tegap.ada beberapa perempuan yang sebenarnya suka padanya tapi entah kenapa malah terus mengejarnya, Khansa sendiri merasa tidak ada perasaan apapun terlebih Fai ini empat tahun lebih muda darinya. Khansa memijit pelipisnya,karena ternyata Fai mengikutinya sekarang sampai kantin,saat tadi sebelumnya di toilet juga dia di ikuti Fai. "heh,penguntit!bisa kan gak usah ngikutin?! seharian ini kamu muncul dimana-mana!?"protes Khansa ketika tengah menyantap makan siangnya saat jam istirahat. Fai yang duduk berhadapan dengannya tersenyum simpul."iya,bisa tapi ada syaratnya!?"sahutnya tersenyum misterius. "haah,syarat apa?!" Rika yang ada di sebelahnya hanya tersenyum melihat tingkah keduanya ini sambil menikmati makan siangnya. "ayo pergi nonton denganku akhir pekan ini!?" "apa,nonton?" "iya,sekalian jalan-jalan!?" "iya ngedate gitu teh!"timpal Rika. Khansa menghela napas lelah,sudah sering Fai memang mengajaknya pergi tapi selalu menolak. "ayolah teh,iyain aja gitu!?"tambah Rika lagi mengedipkan sebelah matanya. Khansa melirik kearah Rika yang memang selalu mendukung Fai kalau urusan mendekatinya.sebenarnya hatinya jelas tidak bisa bohong karena memang tidak ada rasa apapun walaupun wajah laki-laki di depannya ini memang tampan,mungkin mencoba memberikan kesempatan pada penguntit ini atau lebih tepatnya mencoba membuka hati untuk seseorang karena sebelumnya dirinya sampai sekarang belum pernah pacaran sekalipun,bukan tidak ada yang suka tapi memang tidak ingin.masih sibuk dengan pemikirannya sendiri Fai sudah kembali berucap. "ayolah coba jalan denganku setelah itu putuskan lanjut atau tidak?!"ucapnya tidak menyerah. hah,kali ini sepertinya Khansa harus mengalah saja menerima ajakan ini toh hanya menonton saja pikirnya. "iya,iya,aku akan pergi denganmu tapi hanya nonton bukan kencan atau apalah itu,puas!?" "hahaha,yes!?"soraknya gembira malah sebagian orang bahkan melirik kearah mejanya yang memang sedang di kantin pabrik karena sedikit heboh. Khansa hanya geleng-geleng kepala dan menyuruh Fai diam karena malu juga akan tingkahnya sementara Rika menahan tawanya. saat baru saja dari lockernya untuk menyimpan beberapa buku catatan nya sudah banyak sekali pesan chat dari Fai ,namun hanya membacanya saja karena bingung juga mau membalasnya yang terlalu berlebihan menurutnya kata-kata mutiara segala pula. Langkahnya terhenti saat hendak melihat Rika sedang mengobrol dengan Fai di parkiran motor,malah tampak seperti orang pacaran menurutnya karena bahkan Fai merapikan poni yang menutupi sebagian mata Rika,temannya itu.juga keduanya tertawa senang di sela obrolannya. "ini yang kalian bilang teman?kuberi kesempatan untuk menyadari kalau itu salah."lirihnya tersenyum penuh arti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN