His Feelings

1042 Kata
            Aku kejebak hujan. Dan I don’t know why, gak ada taxi yang lewat.             Setelah membaca pesan singkat dari mantan calon istrinya itu, tanpa basa basi Dean langsung beranjak dari tempat nya, berlari menuju parkiran mobil dan tidak peduli dengan deras nya hujan saat itu. Dean langsung berangkat menuju lokasi yang di kirimkan Lulu, sedikit berlebihan memang, tapi sejujurnya Dean memang merasa sangat khawatir dengan Lulu. Membayangkan Lulu terjebak di suatu tempat yang asing bagi nya, sendirian di tengah lebat nya hujan seperti sekarang membuat Dean tidak bisa tenang kalau tidak segera menjemput Lulu, bukan perkara ia ingin kembali dengan gadis itu, hanya saja ia setidaknya harus memastikan bahwa Lulu aman.                 “Maaf ya aku lama.” Ucap Dean ketika berhasil menemukan Lulu yang sendirian di sebuah halte bus kosong. Sebagian baju nya sudah mulai basah akibat hujan, dengan sigap Dean membuka dashboard mobilnya, memberikan jaket pemberian Aliya pada ulang tahunnya yang ke 23, Jaket kesayangannya yang bahkan Dean sendiri tidak pernah mau memakainya. Alasannya sederhana, barang nya dari Aliya, sampai tua gua gak bakal pakai. sayang soalnya.                 “Gak apa-apa, makasih banget ya. Maaf, aku ngerepotin kamu mulu.” Jawab Lulu. Tidak ada yang bisa Dean lakukan untuk menghilangkan rasa berdebar pada jantung nya setiap kali menyadari bahwa sekarang, ia berada di sebelah Lulu. Jantungnya berdegub kencang, sama seperti kali pertama ia yakin bahwa She is the last one . Dean kehabisan cara, untuk membuat segalanya terasa kembali normal untuk nya, paling tidak ia harus sadar bahwa ia dan Lulu sekarang sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Just friend, and no more. *****                 “Aku balik dulu ya masih banyak kerjaan soalnya. Salam sama keluarga.” Ucap Dean. Lulu mengangguk kemudian melambaikan tangannya kepada Dean, tidak lupa ucapan hati-hati  ia sampaikan, sekedar basa-basi atau memang pengingat kepada Dean sebab pria itu memang selalu tidak pernah mengingat keselamatannya jika berkendara sendirian.                 Tidak ada yang tahu kalau apa yang baru saja di lakukan oleh Dean adalah sebuah hal untuk mengalihkan diri nya dari Lulu, sebenarnya Dean masih mau mengobrol lebih banyak dengan Lulu, hanya saja jantung nya sedang tidak bisa di ajak untuk berkompromi. Jantungnya terus berdebar kencang, entah karena suara Lulu, atau wangi parfume Lulu yang mengingatkannya akan kenangan-kenangan mereka dulu. Ia kehabisan cara untuk membuat keadaan biasa saja, jadi ia memutuskan untuk pamit pulang dengan alasan masih banyak pekerjaan.                 “Sialan lo! Ninggalin gua sama Aletta di rumah sakit. gua udah kayak orang bego nyariin lo sampai nanya ke suster, bikin pengumuman segala biar lo denger. Mana hujannya makin deras lagi.” Aliya melempar bantal kepada Dean ketika pria itu baru saja datang dan meminta maaf kepada Aliya dan Aletta karena telah ceroboh meninggalkan mereka berdua di rumah sakit. Dean baru sadar bahwa ia meninggalkan sahabatnya dan adiknya itu ketika ia melihat Aliya berdiri di balkon kamar nya ketika ia melewati rumah gadis itu.                 “Ya… sorry. Gua reflek aja, yaudah sih lo sama Aletta juga udah di sini. Gak kaleng-kaleng emang tenaga lo.” Jawab Gellar, Gita mendecih kesal kemudian ia menyalakan televisi, mencari hiburan yang dapat  membuat suasana hati nya membaik. Aliya tidak akan begitu kesal andai saja Dean pergi bukan karena Lulu, tetapi alasannya karena Lulu sehingga membuat hati Aliya jadi 2 kali lipat marah nya.                 “Makan yuk Al, apa gitu kita pesen. Mau apaan? Sate? McD? Atau apaan? Pesen aja gua yang bayar.” Ucap Dean, Aliya masih diam, mood nya masih belum bagus. Gadis itu menatap televisi dengan tatapan kosong, sesekali ia menghela napas. Dean tahu jelas, Aliya sedang malas untuk di ganggu.                 Aliya melipat kedua tangannya di depan d**a, mood nya sedang tidak bagus. Sementara Dean hanya bisa menatap sahabat nya itu dari samping.                 “Berenti lo ngeliatin gue kayak gitu.” Ucap Aliya dengan sarkas. Dean tertawa kemudian beralih mengacak rambut sahabatnya dengan gemas. Lama mereka hening, kini bergantian, Aliya yang menatap Dean, kali ini pria itu sedang sibuk dengan ponsel di tangannya, sesekali pria itu tersenyum. Aliya mengintip sedikit, berusaha melihat siapa yang membuat Dean sampai senyum-senyum seperti orang gila saat itu, Lalu Aliya mendapati nama Lulu di sana, Aliya diam, tetap tidak bersuara hingga Dean menyadari bahwa sahabat nya itu sedang menatap ke arah nya.                 “Jangan natap gua kayak psikopat dong. Serem nih.” Ucap Dean sembari memasukan kembali ponsel nya ke dalam saku celana.                 Secara otomatis, Aliya berdiri berjalan menuju arah dapur lalu mengambil segelas air untuk dirinya sendiri. Sembari berjalan kembali ke arah Dean, Aliya mencibir pria itu. “Lo masih suka kan sama dia?” senyum miring tersungging di bibir tipis Aliya. Jawabannya sudah pernah di beritahu oleh Dean sebelumnya, hanya saja ia ingin mendengar jawaban itu lagi, sekali lagi.                 “No… I don’t.” Jawab Dean.                 “I just need you to be honest. Gak usah bohong, liat deh mata lo bisa bilang semuanya.” Pancing Aliya, Dean menarik napas panjang kemudian menatap Aliya dengan kedua alis yang saling bertautan.                 “Lo kan udah tau Al, udah tau pasti. Kenapa nanya lagi?”                 “Nanti malah nyakitin.” Sambung Dean. “Nggak, gua Cuma pengen denger lagi aja, atau siapa tau ada yang berubah. Lagian santai aja, gua udah move on kok.” Jawab Aliya yang tidak sepenuh nya benar, ia tahu jelas hatinya saat ini masih untuk siapa. Aliya diam seribu bahasa setelah tidak mendapat jawaban apa-apa dari sahabatnya itu,keadaan begitu hening hingga terasa oksigen seakan-akan hilang di sekitarnya, Dean menunduk, sementara Aliya masih mematung di tempatnya. ada sesuatu dari dalam dirinya yang terasa sakit, hati, atau apapun itu yang selalu bereaksi setiap kali ada yang membahas hubungan antara Lulu dan juga Dean. “Orang yang sampai pacaran doang terus pisah itu move on nya bisa sampai bertahun-tahun. Apalagi gua yang dikit lagi nikah tapi gak jadi. Ya. I still like her, dia emang punya tempat tersendiri di hati gua. Susah banget buat nge hapus dia dari pikiran gua sendiri. Tapi walaupun gua suka sama dia, kemungkinan untuk kembali itu udah gak ada kok. Mau gimana pun juga, dia yang gua sayang udah nyiptain luka di tempatnya, gua jadi takut one day, kalau gua nikah sama dia, dia bakal ninggalin gua kayak kemarin, tapi doain aja deh gimana bagusnya. Tuhan maha membolak-balikan hati orang soalnya.” Jawab Dean, sembari tersenyum.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN