First time

1082 Kata
                “Lo mau sama dia?” Tanya Dean. Aliya terdiam sejenak kemudian perlahan mengangguk.                 “Gua gak ada alasan buat nolak.” Jawab Aliya. Dean terdengar menghela napas, kemudian menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Mereka berdua saling diam satu sama lain, Aliya juga tidak bertanya kepada Dean kenapa pria itu tiba-tiba menghentikan mobilnya di pinggir jalan.                 “Lo serius, gak mau nolak perjodohan itu? lo yakin bakal nge habisin seluruh sisa umur lo sama strangers kayak dia? Lo yakin sama diri lo sendiri kalau harus nikah tahun ini?” Tanya Dean. Pria itu masih penasaran dengan apa yang ada di benak Aliya hingga yakin kepada laki-laki asing yang akan ia jadikan suaminya.                 “Yakin gak yakin sih, biasa aja. Gua juga gak punya alasan buat nolak dia, emang gua juga buat apa nolak dia? Gua gak ada pasangan, dia juga. Yaudah, jalanin aja, toh mau orang tua ini. Dosa kali kalau gua nolak.” Jawab Aliya dengan santai.                 “Ya… tapi-”                 “Tapi apa? harusnya udah siap kan? Kita seumuran, waktu itu lo udah siap nikah. Harusnya gua juga udah siap sih.”                 “Gua gak tau bakal sanggup liat lo sama cowok lain, I know that we are just a friend, tapi kayak setengah dari dunia gua udah keisi sama lo, aneh aja kalau lo tiba-tiba nikah, aneh aja kalau lo tiba-tiba lo nikah dan… gua harus sendirian.” Ucap Dean, pria itu mentap ke arah jendela, enggan menatap mata Aliya.                 “Lo… egois ya?” *****                 “Lo… egois ya? Waktu lo mutusin buat nikah sama Lulu, lo gak pernah tuh mikirin gua gimana kalau lo tiba-tiba nikah sama orang, lo tiba-tiba ngelamar Lulu dan yaudah, lo juga gak ngasih tau gua, gua bahkan tau nya dari orang lain. Tega ya. Lagian ya, kita juga udah mateng gini, urusan nikah mah harusnya udah siap aja.” Jawab Aliya, Dean lagi-lagi terdiam cukup lama sebelum menjawab ucapa Aliya.                 “Iya, lo kan udah tau kalau sejak lama gua emang egois banget kalau soal lo Al, gua gak bisa aja ngeliat lo sama orang lain, kayak gimana ya? Belasan tahun kita temenan, belasan tahun gua setiap hari ngeliat lo, belasan tahun gua makan siang, makan malam sama lo, tiap hari gua yang jemput lo, terus tiba-tiba lo nikah sama orang lain, hampa banget gak sih?” Ucap Dean. Aliya hanya menghela napas kemudian menyandarkan tubuhnya pada jok mobil.                 “Yaudah, lo mau gua jadi perawan tua?”                 “Ya nggak Al. gua Cuma gak siap aja.”                 “Udah ah, jadi menye-menye gini. Balik yuk.” *****                 “Al, nanti sore kita belajar bikin cake yuk. Apa gitu, yang seru-seru.” Ucap Dean yang tiba-tiba muncul di depan kamar Aliya, walau gadis itu tidak mempersilahkanya untuk masuk, Dean tetap masuk, ia menyandarkan tubuhnya pada pintu menunggu Aliya untuk keluar dari kamar.                 “Kita udah terlalu tua buat belajar masak-masakan. Diem deh, jangan aneh-aneh.” Ucap Aliya, ia berjalan mendahului Dean untuk turun ke dapur sementara pria itu hanya mengekor di belakangnya.                 “Tunggu gih di depan TV, gua mau ambil cemilan.” Ucap Aliya sebelum berbelok menuju dapur, bukannya mengikuti ucapan Aliya, Dean malah tetap mengekor di belakang gadis itu, mengikuti Aliya hingga masuk ke dalam ruangan dapur, ikut kemanapun Aliya melangkah tidak peduli dengan ocehan gadis itu.                 “Gorengin kentang dong.” Ucap Dean saat Aliya membuka kulkas dan ada setumpuk kentang goreng siap saji di sana. Aliya menghela napas sejenak kemudian mengangguk, malas memang, tapi ia juga tidak tega menolak permintaan Dean.                 “Lo tunggu aja di depan.” Ucap Aliya sembari mengeluarkan kentang-kentang itu dari kulkas. Dean lagi-lagi masih berdiri di belakang Aliya dengan tangan yang terlipat di depan d**a, menikmati pemandangan seorang Aliya Erzitta yang akhirnya mau menyentuh alat masak padahal sebelum-sebelumnya gadis itu paling anti jika perihal masak memasak .                 “Udah dua tahun sejak lo terakhir kali nyentuh alat masak.” Ucap Dean. Aliya berbalik kemudian menatap Dean. Iya, sudah dua tahun sejak kali terakhir ia masak untuk Dean, kala itu Aliya sedang pamer akan keahlian masak barunya yaitu membuat indomie carbonara, sudah semangat, namun akhirnya mereka tidak jadi makan karena tangan Aliya terkena panci yang panas, hingga melepuh, sejak saat itu Aliya bersumpah tidak akan masak-masak dulu hingga bertahun-tahun.                 “Iya, trauma banget anjir. Tapikan yaudah gimana juga harus belajar, kalau gua udah nikah juga pasti mau gak mau harus bikin makanan buat suami, buat anak gua juga.” Ucap Aliya yang sedetik setelah nya membuat Dean merasakan sesuatu yang aneh dalam diri nya.                 “Lo kalau ngomong kayak gitu udah kayak mau nikah banget besok.” Jawab Dean, Aliya hanya mengangkat bahu nya kemudian tetap melanjutkan acara masak memasaknya. Setelah kentang goreng yang di buat oleh Aliya telah selesai akhirnya mereka duduk berdua di depan televisi, menikmati kartun sore di televisi. Mereka berdua fokus pada tontonan di depan mata mereka tanpa sadar ada seseorang yang berdiri di ambang pintu menatap mereka berdua dengan tatapan bingung.                 “Assalamualaikum.” Ucap pria yang berdiri di ambang pintu rumah, kedua nya berbalik secara bersamaan, menatap pria itu, lalu sedetik setelahnya Aliya bangkit menghampiri pria yang merupakan calon suaminya itu.                 “Eh… kamu, udah lama?” Tanya Aliya. Gellar mengangguk, ia masih sama dinginnya dengan sepuluh hari yang lalu di saat Gellar pertama kali menemui Aliya.                 “Masuk dulu.” Sambung Aliya. Gellar menggeleng, kemudian menyerahkan sebuah bigkisan besar yang entah apa isi nya kepada Aliya.                 “Ini apa?” Tanya Aliya sembari berusaha melihat isi bingkisan tersebut, tetapi Aliya tidak bisa melihat isi dari bingkisan tersebut.                 “Kue, makan aja. Saya balik ya.” Ucap Gellar, di saat pria itu hendak menutup pintu, Aliya menahan tangan Gellar.                 “Kok cepet banget? mau kemana? Masuk dulu. Tunggu mama sama papa pulang.” Ucap Aliya. Gellar menggeleng.                 “Ada urusan di rumah, salam aja sama mereka. Baik-baik ya di rumah.” Ucap Gellar yang kemudian langsung pergi meninggalkan Aliya yang masih mematung di depan pintu rumahnya. Sementara Dean, pria itu masih pada tempatnya menatap Aliya dengan pria asing yang pertama kali ia lihat.                 “Siapa tuh?” Tanya Dean setelah Aliya sudah duduk manis di samping nya lagi.                 “Dia, Gellar.”                 “Hah?! Calon suami lo? Dia yang mau di jodohin sama lo?” Tanya Dean, tak henti-hentinya ia menoleh keluar, berharap Gellar masih ada di sana.                 “Ya iya, lo gak usah berlebihan gitu deh. Gua juga pas tau pertama kali kalau lo bakal nikah sama Lulu,gua gak gitu-gitu amat.”

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN