Nadine menatap langit senja yang mulai menggelap. Terpaan cahaya jingga membuat raut kecewa di wajahnya semakin terlihat jelas. Rambut panjangnya terus berkibar dibuai semilir angin. Sudah hampir tiga jam dia menunggu di sana. Termangu dengan segala rasa yang kini berkecamuk di hatinya. Nadine tidak pernah menunggu selama ini. Dia tidak pernah diabaikan seperti ini sebelumnya. “Semuanya bakalan baik-baik aja.” Nadine mencoba menghibur dirinya sendiri. Dia menghela napas sebentar, bangun dari duduknya, kemudian mengibaskan pasir yang melekat di pakaiannya. Nadine merasa sudah menemukan jawaban atas segala kegundahannya. Ketika dia berbalik, bola matanya pun tersentak melihat siapa yang sudah berdiri di belakangnya. “E-Eja...!” Nadine berseru senang, tapi secepat itu juga dia langsung me