Setelah memesan obat yang Dion resepkan untuk Arsa, Inez pergi keluar dari kamar.
Awalnya Arsa berpikir kalau Inez akan pergi meninggalkannya, tapi ternyata Arsa salah, karena Inez pergi untuk mengambil makanannya yang sudah siap sejak beberapa jam yang lalu.
"Jangan lama-lama ya."
"Iya." Inez menyahut santai. Inez memakai sandal kamar Arsa, lalu pergi menuju dapur.
Begitu sampai di dapur, Inez melihat chef pribadi Arsa yang sedang sibuk memasak.
"Chef, lagi masak apa?"
Chef Bagas lantas mendongak, terlebih dahulu menyapa Inez, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Inez. "Saya sedang masak steak untuk Non Inez makan siang nanti."
Senyum Inez merekah sempurna tat kala mendengar jawaban dari Chef Bagas. Steak memang makanan kesukaannya, dan Chef Bagas tahu hal itu.
Tentu saja Chef Bagas tahu makanan apa saja yang suka dan tidak di sukai Inez, karena Arsa sudah memberi Chef Bagas daftarnya.
"Wah, terima kasih banyak, Chef."
"Sama-sama, Non."
"Oh iya, apa bubur untuk Arsa sudah siap?"
"Sudah Non, tunggu sebentar ya, biar saya racik dulu buburnya."
"Ok."
Chef Bagas pergi untuk meracik bubur, sementara Inez pergi mengambil buah-buahan yang berada dalam kulkas.
5 menit kemudian, Inez kembali, dan Chef Bagas baru saja selesai meracik bubur untuk Azka, kemudian menaruhnya di atas nampan.
"Chef, buburnya sesuai pesanankan?"
"Iya Non, sesuai dengan pesanan."
Inez mengucap terima kasih, lalu pergi kembali ke kamar Azka. Jika tadi Inez memilih untuk menggunakan anak tangga, maka kali ini Inez memilih untuk menggunakan lift.
Arsa yang sejak tadi melamun sontak menoleh begitu mendengar suara pintu kamar terbuka. Tanpa sadar, Arsa menghela nafas panjang, merasa lega begitu melihat Inez.
"Kamu kenapa?" Inez menatap bingung Arsa. Inez mendengar helaan nafas panjang Arsa, karena itulah ia bertanya, ingin tahu apa alasan Arsa melakukannya.
Arsa lantas menggeleng, tak lupa memberi Inez senyum simpul. "Enggak apa-apa kok," ucapnya lirih, mencoba meyakinkan Inez agar Inez tidak lagi merasa khawatir padanya.
Arsa tidak mau memberi tahu Inez kalau alasan sebenarnya ia menghela nafas panjang sekaligus merasa lega adalah karena perempuan itu. Tadi Arsa sempat berpikir kalau Inez pergi meninggalkannya saat Inez tak kunjung kembali.
Inez memilih untuk tidak lagi bertanya. Inez meletakkan nampan yang berisi bubur di nakas, lalu ia duduk di samping kanan Arsa.
"Mau makan sendiri atau disuapin?"
"Tolong suapin ya."
"Baiklah." Inez meraih mangkuk yang berisi bubur, lalu menyuapi Arsa dengan telaten.
Tak butuh waktu lama bagi Arsa untuk menghabiskan bubur tersebut. Setelah buburnya habis, Inez lalu memberi Arsa obat dan Arsa meminumnya tanpa membantah sedikit pun.
Suara ketukan pintu tersebut berhasil mengejutkan Arsa dan juga Inez.
"Masuk!" Teriak Inez memberi ijin. Arsa sedang minum, jadi ialah yang berteriak, memberi ijin.m
Begitu terdengar suara Inez yang memberi ijin sang pengetuk untuk masuk, pintu terbuka lebar.
Arsa dan Inez kompak menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka. Keduanya ingin tahu, siapa orang yang baru saja mengetuk pintu kamar.
"Nesya," gumam Inez terkejut. Saking terkejutnya dengan kehadiran Nesya, bahkan kini kedua mata Inez sampai membola. Bukan hanya Inez yang terkejut, tapi Arsa juga terkejut.
"Hai Abang, hai Kak Inez." Nesya menyapa Arsa dan Inez secara bergantian. Nesya memasuki kamar, dan ternyata Nesya tidak datang sendiri, tapi bersama dengan sang suami, Reno.
Begitu jaraknya dengan Arsa semakin dekat, Reno dan Nesya bisa melihat dengan jelas raut wajah Arsa yang tampak pucat pasi.
Nesya menyalama Arsa dan Inez secara bergantian, dan Reno melakukan hal yang sama dengan apa yang istrinya lakukan. Setelahnya, Nesya duduk tepat di hadapan Inez, tepat di ujung kaki Arsa, sedangkan Reno berdiri tepat di balik punggung sang istri.
"Kok mau datang enggak bilang-bilang?" Arsa bertanya lirih.
"Sengaja, mau kasih kejutan buat Abang."
Reno dan Nesya memang memilih untuk tidak menghubungi Arsa. Sekitar 20 menit yang lalu, mereka berdua memilih untuk menghubungi Bi Ijah, menanyakan, apa Arsa ada di rumah atau sedang dinas keluar kota?
Jika Arsa sedang dinas di luar kota, maka Reno dan Nesya tidak akan datang berkunjung. Tapi ternyata jawaban yang Bi Ijah berikan berhasil membuat keduanya, terutama Nesya terkejut.
Bi Ijah mengatakan kalau Arsa sedang sakit. Bukan hanya itu, Bi Ijah juga memberi tahu Nesya kalau ada Inez yang menemani Arsa, serta tadi sudah ada Dokter yang memeriksa kondisi Arsa. Begitu tahu kalau sang Arsa sakit, Reno dan Nesya segera pergi menuju rumah Arsa.
Sejak 2 bulan yang lalu, Reno dan Nesya memang memilih untuk tidak lagi tinggal 1 rumah dengan Arsa.
Bukan Reno ataupun Nesya yang meminta untuk tinggal terpisah, tapi justru Arsa sendirilah yang meminta agar Reno dan Nesya tidak tinggal 1 rumah dengannya.
Bukan karena Arsa tidak suka Reno dan Nesya tinggal bersamanya, tapi ia sadar kalau Reno dan Nesya memang harus tinggal terpisah dengannya agar keduanya bisa bebas, tidak lagi merasa canggung 1 sama lain, dan agar keduanya belajar berumah tangga dengan baik.
Alasan Arsa bukan hanya itu, tapi ada banyak lagi alasan lainnya. Untungnya, Reno dan Nesya mengerti apa maksud Arsa meminta agar mereka berdua tidak lagi tinggal bersama Arsa, karena itulah pasangan suami istri tersebut sama sekali tidak merasa tersinggung saat Arsa meminta mereka agar tidak tinggal lagi dengan Arsa.
Pasangan suami istri tersebut saat ini tinggal di rumah mereka sendiri, yang letaknya cukup dekat dengan kantor Reno, tapi cukup jauh dari rumah Arsa ataupun rumah kedua orang tua Reno.
Saat menikah dengan Nesya, Reno memang memberi sang istri hadiah, dan hadiah tersebut adalah rumah impian Nesya.
Sama seperti Arsa, Hardianto dan Rinda juga meminta agar Reno dan Nesya tinggal di rumah sendiri, karena memang itu akan terasa jauh lebih nyaman.
"Kata Bi Ijah, Abang sakit dan katanya, Abang juga sudah di periksa oleh Doktet, benar?" Nesya akan mengkonfirmasi hal tersebut, karena dulu Arsa pernah meminta agar Bi Ijah berbohong padanya. Dulu, Arsa meminta agar Bi Ijah mengatakan padanya kalau Arsa sudah di periksa oleh Dokter, tapi pada kenyataannya, Arsa sama sekali tidak di periksa oleh Dokter.
"Iya, benar. Abang emang lagi enggak enak badan, kata Dokternya, Abang kurang istirahat." Bukan Arsa yang menjawab pertanyaan Nesya, tapi Inez.
Perasaan Nesya seketika lega, itu artinya Bi Ijah berkata jujur padanya. Kalau tidak ada Inez, mungkin Arsa tidak akan mau di periksa oleh Dokter.
"Abang sudah makan siang?"
"Sudah, baru saja selesai. Abang juga sudah minum obatnya kok." Kali ini giliran Arsa yang menjawab pertanyaan Nesya.
"Syukurlah kalau begitu. Semoga Abang cepat sembuh."
"Aamiin." Arsa, Reno, serta Inez mengatakannya dengan kompak..
"Bagaimana liburannya? Menyenangkan?" Setahu Inez, Reno dan Nesya memang sedang pergi berlibur ke Lombok sejak 1 minggu yang lalu. Itulah alasan kenapa ia terkejut saat melihat Reno dan Nesya ada di sini, karena setahunya, keduanya pergi berlibur, dan baru akan kembali minggu depan.
"Sangat menyenangkan Kak."
Inez menuntun Nesya agar duduk di sofa, dan keduanya mulai asyik mengobrol. Awalnya mereka membahas tentang liburan Reno dan Nesya di Lombok, tapi semakin lama, pembahasan mereka semakin melebar ke mana-mana. Salah satunya membahas tentang kehamilan Nesya yang saat ini sudah memasuki bulan ke 8, itu artinya sebentar lagi Nesya akan melahirkan kedua anak kembarnya.
Inez mengobrol dengan Nesya, sementara Arsa mengobrol dengan Reno.
"Karena Reno sama Nesya sudah datang, aku pulang ya." Inez mengatakan kalimat tersebut dengan intonasi cukup tinggi, karena itulah Arsa dan Reno bisa jelas mendengarnya.
Kedua pria tersebut kompak menoleh pada Inez yang saat ini fokus menatap Arsa.
"Yah, kok pulang sih? Kakak malam ini menginap di sini saja, temani Nesya." Nesya menatap Inez dengan raut wajah memelas.
Saat dalam perjalanan menuju rumah Arsa, Reno dan Nesya sudah sepakat kalau malam ini mereka akan menginap, dan tak tahu sampai kapan. Bisa hanya dalam kurun 2 hari, atau bahkan mungkin sampai 1 minggu ke depan.
Inez lantas mengalihkan pandangannya pada Nesya, mengehela nafas panjang, merasa tak tega untuk menolak ajakan Nesya.
"Baiklah, tapi hanya malam ini ya." Inez sangat merindukan Nesya, karena itulah ia setuju untuk menginap. Masih ada banyak sekali hal yang ingin Inez bicarakan dengan Nesya, dan mungkin nanti malam ia akan mengobrol panjang lebar dengan Nesya.
"Ok!" Nesya berseru penuh semangat, senang karena Inez akan menginap, menemaninya.
Sama seperti Nesya, Arsa juga tidak bisa menutupi rasa senangnya begitu tahu kalau Inez setuju untuk menginap, walaupun hanya malam ini..
"Sebentar ya, Kakak mau menghubungi Ayah dulu, mau minta ijin untuk menginap di sini." Jika Ayahnya tidak memberi ijin untuk menginap, maka ia akan pulang ke rumah. Tapi jika Ayahnya memberi ijin untuk menginap, maka ia akan menginap.
"Ok." Lagi-lagi Nesya menyahut dengan penuh semangat.
Inez beranjak dari duduknya, lalu pergi keluar dari kamar Arsa dengan ponsel di tangan kanannya.
Setelah berada di luar kamar Arsa, Inez menghubungi Narendra, Ayahnya.
"Halo Ayah."
"Halo Sayang, ada apa?"
"Ayah di mana?"
"Ayah sedang di kantor, kamu sendiri di mana, Sayang?"
Inez lalu memberi tahu di mana posisinya saat ini, dan alasan kenapa ia berada di rumah Arsa. Setelah itu, Inez meminta ijin pada sang Ayah untuk menginap di rumah Arsa, tak lupa memberi tahu sang Ayah kalau ada Reno juga Nesya.
Narendra memberi Inez ijin untuk menginap.
Obrolan keduanya tidak hanya sampai di situ. Inez juga menyempatkan waktu untuk menanyakan, apa Ayahnya tersebut sudah makan siang atau belum? Dan beberapa hal lainnya.
Selesai mengobrol dengan Narendra, Inez mengajak Reno dan Nesya untuk makan siang.
Arsa sendiri memilih untuk tidur, karena salah satu efek yang ia rasakan setelah minum obat adalah mengantuk.
Chef Bagas sudah tahu kalau Reno dan Nesya akan datang berkunjung dari Bi Ijah, karena itulah ia masak makan siang cukup banyak.
30 menit setelah makan siang selesai, Reno dan Nesya memilih untuk tidur siang, sementara Inez memilih untuk mengerjakan pekerjaannya di ruang keluarga kediaman Arsa.
Jika ada yang bertanya, kenapa Hardianto dan Rinda tidak datang menjenguk Arsa yang sedang sakit? Jawabannya karena, Hardianto dan Rinda memang tidak tahu jika Arsa sedang sakit, dan saat ini, keduanya sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Hardianto dan Rinda baru akan kembali dari luar kota, 2 hari lagi, dan mungkin saat keduanya kembali, kondisi Arsa sudah sembuh.