Sepuluh Akhtar menatap ibunya yang duduk termenung di atas kursi roda. Setiap hari minggu dia mengunjungi kedua orang tuanya walaupun mereka masih tetap menjaga jarak darinya. Tadi Akhtar datang bersama istrinya, Celin. Siang hari Celin pergi keluar dan sampai sore hari dia belum kembali. "Bu," Akhtar mengusap tangan ibunya. Ibu Akhtar menoleh dan menatap putra sulungnya. "Maafkan Akhtar, Bu," "Sudah terlambat kalau kamu mau menyesalinya," ucap ibu Akhtar. Sorot kedua matanya tampak sayu. "Andai kamu menurut dan mau menerima Dira, mungkin semua ini tidak akan terjadi," "Sudahlah Bu, itu sudah berlalu. Mungkin Dira juga sudah bahagia bersama orang lain," Sahut Akhtar. Dadanya bergemuruh saat mengingat mantan istrinya. Apa lagi memikirkan jika wanita itu sekarang sudah hidup bahagia b