Dua Puluh Satu Celin menatap Bagas yang baru keluar dari kamar mandi. "Kamu telepon siapa sih Mas?'' Bagas mengusap wajahnya kasar, jantungnya berdegup kencang. "Tadi teman Mas telepon," "Kenapa harus di kamar mandi segala terima teleponnya?" "Kamu kan lagi tidur Yang, takutnya terganggu." Elak Bagas. Celin mendengus dalam hati. Sebisa mungkin wanita itu meredam amarahnya yang sudah hampir meledak. "Kita pulang saja Mas, aku ada keperluan," Bagas terkejut mendengar ucapan Celin, bukankah tadi wanita itu yang meminta untuk menginap di Hotel, tapi kenapa sekarang malah ngajak pulang? "Tapi Yang ... bukankah ... Celin menatap Bagas dengan sorot mata yang sulit diartikan. Bagas menarik nafas dalam, tahu situasi sedang tidak baik. Hatinya gelisah, dia sedang membutuhkan uang, melihat