Bola mata Ify bergerak ke kanan dan ke kiri beberapa kali. Dia melihat di atas meja depannya ada dua jenis coklat berbeda dan dari orang yang berbeda pula. Kedua coklat itu sama-sama memiliki nama besar dan digemari orang-orang, hanya harganya saja yang membedakan. Satunya berharga ratusan ribu per potongnya, sementara satunya lagi tidak sampai ratusan ribu dalam satu batang.
Jujur, Ify tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba mendapatkan coklat dari salah satu orang yang menaruh coklat itu di depannya. Ify jadi tidak bisa berpikir karena mereka berdua.
Seperti yang sudah Ify lihat, di depannya kini ada dua orang laki-laki. Mereka sama-sama teman satu kelasnya Ify. Tentu saja, Ify kenal mereka berdua.
Saat semua sedang diam, baru saja Ify mendengar ada suara kekehan tawa dari salah satu lelaki yang memberinya coklat. Ekor mata Ify melirik ke arah mereka berdua, namun Ify terfokus pada lelaki kurus dengan wajah babyface-nya.
"Nggak usah kepedean kalau coklat lo bakal diterima sama Ify. Asal lo tahu aja, Ify itu nggak suka coklat murahan. Jadi mending lo ambil lagi itu coklat, daripada lo kecewa karena coklat dari lo bakal berakhir di tempat sampah." kata lelaki yang juga duduk di seberang Ify.
Ify jadi memejamkan mata usai mendengarnya. Dia menghela napas terlebih dulu sebelum akhirnya Ify menatap mereka berdua secara terang-terangan.
"Kalian lagi pada kenapa? Seinget gue, hari ini bukan hari ulang tahun gue."
Bukannya memilih lalu mengambil coklat mana yang dia terima, tapi Ify malah bertanya dengan nada sinis kepada mereka.
"Gue cuman pengen ngasih cemilan itu ke lo kok, Fy. Kemarin lo bilang kalau lo nggak bisa makan coklat murahan 'kan? Jadi itu gue beliin yang mahal."
Alis mata Ify terangkat ke atas mendengar jawaban serta alasan yang diberikan Ray. Setelah diingat-ingat, Ify baru ingat kalau dia memang pernah mengatakan hal itu pada Ray.
"Oh, peka banget ya lo?" tanyanya lagi.
Via yang duduk di samping Ify jadi ketar-ketir sendiri. Dia sudah mencium bau-bau aneh dari Ify, tapi Via tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Ify selanjutnya.
"Sebagai calon pacar, gue harus peka dong." Ray membanggakan dirinya dengan penuh percaya diri.
Lagi-lagi Ify tersenyum sinis mendengar jawaban dari Ray. Gadis itu bahkan tidak tahu apa yang membuat Ray bisa tahan selama ini untuk mengejarnya, padahal dari awal sampai sekarang pun Ify belum pernah menerima apa pun yang diberikan Ray padanya.
"Karena lo udah peka sama kesukaan gue, jadi ini coklatnya bakal gue terima."
Via sampai syok mendengar jawaban Ify. Mulutnya menganga tak percaya, bola matanya juga melotot sempurna. Untung saja, Via tidak lupa untuk menutupi mulutnya yang terbuka lebar.
Tak hanya Via, Ray yang notabenenya belum pernah merasakan makanan pemberiannya diterima secara resmi oleh Ify pun juga ikutan kaget melihat Ify mau menerima pemberian darinya kali ini. Ketua OSIS itu bersorak dalam hati, karena saking kegirangannya dia melihat keputusan Ify.
Yes! Akhirnya berhasil juga dapetin hatinya Ify. Sorak Ray dalam hati sambil tersenyum-senyum malu sendiri.
Hanya Raga yang terdiam seraya menunduk. Dia menelan rasa malu dan kecewanya dalam-dalam agar tidak terlalu terlihat oleh orang-orang di sekitarnya. Lagi pula, mulanya Raga juga tidak yakin bisa memenangkan persaingan ini.
Ify sukanya coklat mahal, bukan coklat murahan. Batin Raga lagi mengulangi apa yang tadi dia dengar dari bibir Ray dan Ify.
Ketika keadaan sedang berubah seratus delapan puluh derajat, tiba-tiba jarumnya berputar ke titik semula dalam sekejap mata ketika kotak coklat yang dipegang Ify tadi terjatuh ke lantai hingga coklat-coklat yang ada di dalamnya berceceran. Bahkan ada yang tak sengaja terinjak oleh murid lain yang barusan melewat di sekitar sana.
"Maaf, gue nggak sengaja."
Jangan harap kata maaf itu keluar dari bibir Ify. Yang barusan minta maaf itu adalah murid satu angkatan dengan Ify namun beda kelas. Dia adalah gadis yang tidak terlalu takut pada Ify, namanya Fragni.
"It's okey."
Mulut Via yang sudah terbuka lebar, kini semakin melebar hanya karena Ify menjawab dengan suara ramah pada Fragni. Walaupun Via tahu, Ify hanya pura-pura ramah, tapi melihat Ify seperti ini pada orang lain itu sangat jarang. Bahkan belum tentu satu tahun sekali mereka melihat Ify ramah seperti barusan.
"Lo boleh pergi, tanpa ganti rugi kok." kata Ify lagi seraya melambaikan tangannya khas mengusir seseorang.
"Thank, Fy." sahut Fragni yang tidak lupa berterima kasih.
Ray yang melihat cokelat satu kotak tadi sudah tercecer di lantai, dia jelas marah. Padahal baru saja dia dibuat melayang oleh Ify, tapi secepat ini dia dijatuhkan. Bahkan Ray tidak diberi kesempatan untuk bermimpi terlebih dahulu.
"Tangan gue tergelincir tadi. Jadi kotak cokelatnya jatuh deh." dengan santainya Ify berkata seperti ini sambil menatap ke arah Ray yang sudah berkeringat dingin melihat apa yang terjadi barusan.
Raga pun tak habis pikir, dia bingung sekarang ini dia berada dalam situasi apa. Raga benar-benar bagaikan orang bodoh yang sok-sokan tahu segalanya tentang Ify. Padahal, gadis itu penuh dengan hal yang mengejutkan. Seperti halnya apa yang terjadi barusan. Raga sungguh tidak menduga kalau Ify tega menyakiti Ray sedemikian dalam.
Ray hanya diam sambil menatap ke arah wajah Ify yang sama sekali tidak memancarkan rasa penyesalannya. Malahan, Ify sepertinya merasa bangga karena sudah menghancurkan perasaan lelaki yang begitu bebal itu. Berulang kali Ify menolak Ray, tapi lelaki itu sama sekali tidak mengerti bahwa kehadirannya di hidup Ify itu tidak menyenangkan.
"Nanti gue ganti yang baru aja, Fy." sahut Ray setelah sekian lama diam.
Tangan Ify melambai ke atas disertai gelengan kepalanya yang berulang kali. Ketiga anak muda itu masih menunggu apa yang akan dikatakan Ify setelah gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya bak orang di dalam diskotek.
"Lo nggak perlu repot-repot ganti baru. Lagian, gue kalau ngelihat cokelat cantik dan mahal, malah sayang kalau mau dimakan. Nanti malah jadi pajangan, terus kalau udah bulukan, dibuang deh."
Hati Ray yang sudah luka, kini semakin perih karena terkena taburan garam yang Ify layangkan barusan. Bagaimanapun juga, Ray memiliki hati dan perasaan yang pantas terluka karena perlakuan Ify yang seperti barusan.
"Karena coklat dari lo jatuh dan nggak bisa dimakan, gue milih ini aja deh."
Tak segan-segan, Ify memilih dua batang coklat yang Raga beli di salah satu pedagang kantin di sekolah ini. Ify melihat Ray pergi begitu saja usai mengatakan aku pergi dulu.
Dalam hati, Raga bersorak gembira saat sedang memilih coklat di toko tadi. Jadi intinya, Ify itu kalau sudah tidak suka maka dia akan tetap menolak walaupun sebagus apa pun yang disuguhkan padanya. Tapi kali ini, Ify menerima coklat dari Raga bukan berarti dia menaruh hati kepada Raga.