Tiga Belas Tahun Yang Lalu (2008).
Ada malaikat tampan berpakaian serba putih terlihat sedang mengelilingi kebun buah apel hijau. Kehadirannya disambut hangat oleh seluruh pohon yang berdiri tegar menghadapi terjangan angin, hujan dan panas setiap harinya. Sudah dari kemarin dia ada di bumi dan dia akan segera kembali ke surga usai melihat-lihat sebentar di kebun ini.
Ada satu pohon yang menyita perhatian malaikat Rio. Yaitu pohon apel hijau yang ada di paling ujung. Karena penasaran, Rio akhirnya mendekatinya dan bertanya apakah masalah pohon tersebut.
"Apa aku benar-benar tidak bisa berbuah?" Tanya sang pohon apel hijau paling ujung disertai raut kesedihannya.
Sebenarnya, Rio sudah ingin kembali ke surga. Tapi pohon apel hijau tadi membuat Rio kasihan. Pohon itu ditakdirkan mandul atau tidak bisa berbuah, tapi Rio bisa membantunya berbuah kalau dia mau beristirahat di pohon tersebut.
"Tolong aku malaikat Rio. Kalau aku tidak berbuah juga, besok mereka akan menebangku." Pintanya lagi dengan wajah sedih.
"Ah... Baiklah, aku akan menolongmu. Sekalian aku ingin beristirahat sebentar karena lelah berkeliaran dari kemarin." Putus Rio yang bersiap memasuki pohon apel hijau tersebut.
Keputusan Rio membuat pohon apel hijau tadi bahagia. Kalau Rio mau beristirahat di pohonnya, maka otomatis dia akan terus-menerus berbuah dan tidak jadi ditebang. Pohon apel hijau berbahagia saat Rio sudah masuk ke tubuhnya, saat itu juga dia berbunga dan berbuah sangat lebat sampai seluruh rantingnya tidak ada yang kosong.
Pemilik dan pegawai kebun apel dikagetkan oleh hal itu. Mereka terheran-heran karena pohon yang sudah ditandai akan ditebang berbuah secara tiba-tiba.
Sementara di surga, Raga kebingungan mencari keberadaan Rio. Malaikat yang bertugas menjaga awan dan hujan itu sengaja menurunkan hujan yang lumayan deras agar bisa leluasa mencari Rio di bumi. Malam nanti adalah malam bulan purnama, dan Raga harus menemukan Rio sebelum malam tiba.
Hari berlalu sangat cepat, langit sudah gelap. Para malaikat sudah berkumpul di surga untuk menjaga gerbang batas antara langit dan bumi agar para iblis di neraka tidak turun ke bumi. Tapi para malaikat resah karena Raga dan Rio tidak ada di langit malam itu.
Sedangkan di bumi, Rio terbangun karena kaget gelang loncengnya berbunyi sangat kencang. Matanya melebar ketika ingat bahwa malam ini adalah malam bulan purnama. Dia segera keluar dari batang pohon apel hijau dan mencari cara agar bisa kembali ke langit tanpa ketahuan oleh iblis.
"Malaikat Rio, di luar berbahaya. Bagaimana kalau ada iblis yang melihat? Tidak ada malaikat penangkap iblis di bumi kalau malam bulan purnama. Aku akan menjagamu sebagai balasan karena malaikat Rio sudah mau membantuku." Pohon apel hijau tadi mengingatkan apa yang memang sudah diketahui oleh Rio.
"Terima kasih, tapi tidak perlu. Aku harus kembali ke surga sekarang. Kalau tidak, Tuhan akan menghukumku." Pamitnya lalu pergi secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan oleh iblis.
Baru juga keluar dari perkebunan apel, Rio dikagetkan oleh penampakan Raga. Mereka akhirnya bertemu dan keduanya memutuskan untuk kembali ke surga bersama-sama secara hati-hati.
"Aku mencarimu ke mana-mana. Ayo kita pulang." Ajak Raga yang benar-benar khawatir akan kondisi Rio.
"Kamu kenapa turun dan mencariku? Tuhan bisa menghukummu juga karena hal ini." Rio pun mengkhawatirkan Raga, dia tidak mau Raga dihukum juga.
"Tidak masalah, paling kita disuruh berlutut di depan pintu neraka selama satu hari karena tidak menjaga langit saat bulan purnama." Kekeh Raga yang menganggap semua bukan apa-apa.
Saat mereka sedang dalam perjalanan menuju langit, mereka ketahuan oleh raja iblis. Keduanya berlari dan menghindar dari kejaran raja iblis. Hingga tanpa terasa, mereka sampai di depan rumah bergaya neoklasik yang ditumbuhi pohon mangga dan banyak bunga mawar bermekaran.
“Ish... Apa saja yang dikerjakan Allius selama ini? Kenapa dia tidak menangkap semua iblis yang ada di bumi?” gerutu Rio yang kesal karena dikejar raja iblis.
"Gimana nih? Kita bisa tertangkap sama raja iblis." Rio sudah semakin kebingungan tak terhingga.
Pasalnya, kalau malam bulan purnama. Kekuatan iblis bisa tiga kali lipat lebih kuat. Kalaupun malaikat yang tertangkap iblis bisa lolos, itu pun pasti sudah mengalami banyak siksaan dari mereka.
"Gimana kalau kita sembunyi saja? Mumpung aku lihat tetesan hujan di sana." Usul Raga.
Kedua malaikat itu bisa bersembunyi di benda atau tempat atau zat apa saja selama itu yang mereka jaga. Seperti halnya Rio adalah malaikat tumbuhan berbuah, maka dia hanya boleh sembunyi di tumbuhan berbuah. Begitu pula Raga, yang hanya boleh sembunyi di tetesan air hujan atau awan. Tapi kalau awan, rasa-rasanya tidak mungkin karena ke langit saja mereka harus menghindar dari raja iblis. Kalau mereka sembunyi di suatu hal yang bukan bagian mereka, Tuhan akan memberikan hukuman.
"Boleh deh, aku ke pohon mangga." Angguk Rio menyetujui usul Raga.
Raga sudah berhasil sembunyi di tetesan hujan yang ada di bunga mawar. Rio pun melakukan hal yang sama, namun sayangnya Rio salah. Malaikat itu meleset, saat akan memasuki pohon mangga tiba-tiba ada angin kencang yang menghalangi jalannya dengan tangkai mawar. Sehingga membuat Rio malah terperangkap di kelopak mawar. Ingin pindah ke pohon mangga, waktunya sudah tidak ada. Raja iblis sudah ada di sana, kalau dia pindah yang ada malah ketahuan oleh raja iblis.
Di waktu yang bersamaan, sang pemilik rumah memetik bunga mawar malam-malam sambil membawa putrinya yang berusia lima tahun.
"Ma, kenapa sih kita harus metik mawar malem-malem segala?" Desah sang putri kecil berdagu tirus.
"Hari ini ulang tahun Papa, sayang. Mama lupa pesen bunga, jadi kita pakai saja bunga yang ada di rumah. Kebetulan mawarnya yang mekar banyak." Sahut wanita cantik tadi.
Tanpa Rio sadari, ternyata tangkai mawar tempatnya bersembunyi tadi ikut terpotong dan malaikat itu terbawa masuk ke rumah megah yang dominan akan warna putih.
"Mama mau menata bunganya di vas dulu ya, Fy. Kamu boleh main sama Kak Alvin." Ujar Kalina sebelum akhirnya ke dapur untuk merangkai mawar hasil petikannya.
Dari sanalah, awal mula Rio bisa terjebak di bumi dan tinggal di rumah milik Axel serta membantu mengurus kebun mawar milik malaikat yang menjadi manusia tersebut.
***
Masa Kini (2021).
"Ish... Baru juga masuk sekolah, udah praktek aja." Gerutu Ify yang tidak suka acara belajar kali ini.
Yona, sang wali kelas sekaligus guru biologi mengajak kelas XII - IPA 2 ke taman bunga yang cukup besar untuk belajar outdoor sekaligus praktik. Hal ini membuat Ify kesal, mengingat dia memiliki phobia terhadap bunga mawar.
Mereka duduk lesehan di taman sambil mendengarkan materi dari Yona. Tapi sepertinya hanya Ify yang malah sibuk bermain game di ponselnya. Meski begitu, nilainya dalam bidang akademik sangat-sangat memuaskan. Kepandaian Ify tidak dapat diragukan lagi, bahkan meski dia tidur pun apa yang dikatakan guru akan sampai ke otaknya.
"Jadi paham ya tentang materi perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Pertumb..."
"Pertumbuhan itu ada pertumbuhan primer dan sekunder. Kalau pertumbuhan primer itu batang pohon memanjang atau bertambah tinggi yang disebabkan oleh aktivitas meristem apikal sedangkan pertumbuhan sekunder itu batang pohon membesar yang disebabkan aktivitas kambium. Setelah terjadi pertumbuhan, maka akan terjadi perkembangan. Di mana suatu pohon akan menghasilkan bunga atau buah." Ify menghela napas sebentar.
"Itu 'kan yang mau Bu Yona bilang? Kita semua sudah tahu, Bu." Lanjut Ify.
Benar, yang menyela penjelasan Yona tadi adalah Ify. Sudah bukan hal aneh lagi kalau terjadi hal seperti ini, Ify sering melakukannya. Yona hanya bisa terkekeh kikuk menanggapi Ify.
"Hehe... Heh... Iya, begitu." Angguk Yona.
"Ya sudah, sepertinya kalian sudah bosan sama teori. Sekarang waktunya praktik ya. Jangan lupa tulis laporan tentang hasil pengamatannya disertai foto-fotonya." Yona menyudahi sesi belajarnya.
Semua siswa-siswi bubar, mereka akan mengerjakan tugas yang diberikan Yona. Begitu pula dengan Ify dan Via, karena ini tugas kelompok tapi Ify minta dia hanya berdua saja bersama Via.
"Cis... Dia pikir kalau menyela penjelasannya Bu Yona, dia bakal kelihatan pinter gitu? Jijik iya." Komentar Tika, teman sekelas Ify yang tidak menyukai Ify.
Sebenarnya Ify mendengar apa yang dikatakan Tika, tapi dia tak acuh dan lebih memilih mengajak Via mengamati bunga anggrek. Yona membebaskan murid-muridnya mengamati bunga apa saja yang ada di taman.
"Ish... Mulut si Tika, rasa-rasanya pengen gue ulek kasih cabe sepuluh kilo." Gerutu Via yang tidak terima mendengar perkataan Tika.
Ify hanya diam, seolah dia tuli tentang perkataan Tika tadi. Dia lebih memilih mencatat apa yang perlu dia catat.
"Ini kerja kelompok 'kan?" Tanya Ify disertai tatapan mengerikannya menatap Via.
"Hehehe... Iya, ya udah sini gue yang nulis." Cengir Via tapi Ify menolak, akhirnya Via memilih mendiktekan apa yang dia lihat dan Ify yang menulisnya.
Kedua gadis tadi sibuk mengerjakan tugas kelompok. Via juga memotret apa yang dia amati. Ify hanya bagian nulis saja, karena dia memang sebelas dua belas seperti Alvin, pelit bicara.
"Fy..." Panggil Tika yang datang tiba-tiba entah dari arah mana.
"Jangan!" Teriak Via ketika tahu apa yang dibawa Tika.
Secepat kilat, Via menutup kedua mata Ify menggunakan tangannya supaya tidak melihat buket mawar yang mungkin saja sengaja dibawa oleh Tika.
"Lo apa-apaan sih?" Ify menyingkirkan tangan Via karena tidak suka akan tindakan Via barusan.
Mata Ify melebar saat melihat ada sebuket bunga mawar di depannya. Tika tertawa melihat Ify berkeringat dingin. Memang ini tujuannya memperlihatkan mawar pada Ify.
"Gak ngotak lo jadi orang!" Via merebut buket mawar tadi dari tangan Tika dan membuangnya ke tempat sampah.
"Heh... Itu gue beli pake uang! Ganti rugi lo!" Sentak Tika karena tidak terima buket mawarnya dibuang begitu saja.
Via tidak menghiraukan Tika, dia lebih memilih menenangkan Ify yang sudah ketakutan. Beberapa murid lainnya yang di sekitaran sana pun berdatangan.
Tubuh Ify gemetar, dia berjongkok sambil mendekap kedua lututnya. Ingatan masa lalunya tentang Kalina yang meninggal, kembali memenuhi pikiran Ify. Gadis itu tidak lagi bisa berpikir jernih.
"Gak, gue gak mau lihat itu lagi. Dia pembunuh, dia yang udah bunuh Mama." Bibir Ify terus mengatakan hal yang sama bagaikan penyihir yang sedang membaca mantra.
Via jadi ikut panik sendiri. Dia tidak tega melihat Ify begini, sudah dari kecil Via melihat Ify phobia terhadap mawar. Kadang kalau traumanya kambuh parah, Ify sampai histeris.
"Fy tenang, Fy. Udah gue buang kok, udah enggak ada." Via mendekap tubuh mungil Ify, berharap dia akan tenang.
Belum lama, Via memutuskan untuk menghubungi Alvin agar menjemput Ify di taman. Yona baru saja datang, wanita berusia dua puluh empat tahun itu panik ketika melihat Ify sampai kejang-kejang khas seperti orang susah bernafas.
"Bagaimana ini?" Yona panik, tentu saja dia takut kena marah oleh kepala sekolah dan pemilik sekolahan.
"Siapa yang membuat Ify begini?" Tanya Yona tegas.
Semua mata memandang ke arah Tika, hingga membuat gadis itu gelagapan. Tika tidak tahu kalau akibatnya akan sampai begini.
"Fy...! Sadar, Fy!" Via kaget saat Ify pingsan tiba-tiba.
Yona bersiap menelepon ambulan, tapi Via melarang. Alvin bilang, lelaki itu sendiri yang akan membawa Ify ke rumah sakit.
"Ify!"
Suara Alvin terdengar, membuat Via sedikit lega. Tubuh Yona sudah panas dingin sendiri melihat tatapan mata Alvin yang mengerikan.
"Anda dipecat!" Kata-kata Alvin barusan mampu membuat tulang-tulang Yona terasa lunak seketika.
Tanpa mendengar jawaban atau alasan, Alvin langsung menggendong adiknya menuju mobil diikuti oleh Via.
"Ish... Siapa dia, pakai ngomong begitu segala." Komentar Tika saat Alvin sudah tidak ada di sana.
"Tika. Yang sopan ya kamu, lelaki itu tadi kakaknya Ify. Anak pemilik sekolah." Tegur Yona disertai rasa kesalnya saat mengingat, dia kehilangan pekerjaan.
Memang, para murid tidak ada yang tahu kalau ternyata Ify adalah anak dari pemilik sekolah. Hanya para guru saja yang tahu. Itu juga sebabnya kenapa di sekolah tidak ada satu tangkai pun bunga mawar.
Mr. Stuart, saat mengetahui putrinya phobia mawar, beliau berusaha membuat Ify hidup nyaman. Perusahaan yang dia kelola dalam bidang real estate berkembang pesat. Perumahan elit yang dia tinggali dari awal menikah dengan Kalina pun memiliki peraturan. Usai Kalina meninggal, seluruh penghuni rumah di sana tidak ada yang boleh memiliki tanaman mawar. Begitu pula dengan sekolahan. Mr. Stuart membangun sekolahan swasta yang juga tidak boleh ada bunga mawar. Bahkan membawa tanaman mawar itu adalah larangan keras di sekolah.
***
Rio melihat ada seorang gadis yang histeris di tengah-tengah jalan menuju rumahnya. Samar-samar Rio mendengar bahwa gadis itu mengatakan bahwa mereka telah membunuh mamanya. Karena tidak tega, Rio akhirnya mendekati Ify.
"Hallo... Kamu kenapa? Siapa yang sudah membunuh Mamamu?" Tanya Rio baik-baik.
"Hiks... Gue takut mereka. Mereka yang sudah bunuh Mama gue." Sahut Ify sembari menunjuk tangkai-tangkai mawar yang ada di sisi kanan dan kiri tanpa melihatnya.
Ketika melihat wajahnya, Rio langsung tahu bahwa dia pernah melihat gadis itu di tiga belas tahun yang lalu.
"Ayo aku bantu pergi dari sini." Ajak Rio berbaik hati.
Dia pasti putri dari perempuan yang dulu meninggal waktu aku dikejar raja iblis. Batin Rio yang langsung mengetahuinya.
Karena rasa takutnya terhadap mawar sudah tidak dapat dikendalikan, Ify hanya menurut saja. Dia pun tidak masalah saat Rio membantunya berdiri. Perlahan-lahan Ify berjalan ke mana Rio mengajaknya tanpa ada niatan melihat ke samping kanan dan kiri.
Jika Ify sudah merasa lebih tenang, Rio malah sedikit gelisah. Dia bertanya-tanya dalam hati, kenapa saat tak sengaja bersentuhan kulit dengan Ify, Rio merasa energinya kembali pulih. Padahal tadi dia merasa kesakitan karena hari ini para pekerja berbondong-bondong memanen bunga mawar untuk dijual.
"Duduk saja di sini." Rio membantu Ify duduk di salah satu sofa dalam rumah.
Agar Ify tidak lagi histeris, Rio memutuskan menutup semua gorden rumahnya supaya Ify tidak melihat mawar lagi.
"Gue di mana?" Tanya Ify penasaran.
"Ini minum dulu." Titah Rio seraya menyodorkan botol air mineral.
"Thanks..." Aura garang yang Ify miliki sirna seketika, itulah yang terjadi apabila phobia Ify kambuh.
"Kamu kenapa bisa ke sini? Ini adalah alam bawah sadar, kamu harus kembali ke dunia nyata.”
Perkataan Rio membuat Ify bingung serta takut. Kenapa dia bisa sampai ke alam bawah sadar, padahal seingatnya tadi dia sedang ketakutan usai melihat mawar yang dibawa Tika. Ify juga baru sadar, tidak ada Via di sampingnya.
***
Next...