"Seperti janjiku, kalau aku hanya akan mengantar kamu sampai di jalan raya saja." Rio menghentikan mobilnya di sisi jalan.
Ketika Ify sudah bisa menghentikan isak tangis dan histerisnya tadi, Rio langsung meninggalkan rumah bersama mobil kesayangannya. Lelaki itu juga tidak berniat buat mengantarkan Ify sampai ke rumah walau Rio tahu di mana letak rumah Ify berada. Jika Rio melakukan itu malah yang ada tindakannya menimbulkan kecurigaan bagi Ify. Rio bisa dikira penguntit yang membuntuti Ify setiap hari.
Tidak ada sahutan dari Ify. Gadis itu diam tak mengatakan apa-apa. Sepertinya dia memang masih syok akan apa yang dia lihat tadi saat di rumah Rio mengenai Kalina.
Rio menunggu dengan sabar sampai Ify mau keluar dari mobilnya. Rio tahu, pasti bagi Ify juga sulit untuk menerima. Dia melirik Ify yang masih berusaha menenangkan diri.
Kali ini Ify ganti melirik ke arah Rio, dia ingin lagi bertanya tentang siapa sebenarnya Rio. Terlebih lagi tentang dirinya yang tiba-tiba berada di rumah lelaki itu.
"Apa lo punya lorong waktu?" tanya Ify dengan nada seraknya.
Rio menoleh, dia menatap Ify lama sambil mengerutkan keningnya hingga kedua alisnya saling bertautan menjadi satu. Rio jadi kepikiran tentang lorong waktu yang Ify maksudkan.
"Tidak," jawabnya seraya menggelengkan kepala.
Ify memejamkan mata, dia merasa kalau pertanyaannya hanyalah sia-sia belaka. Baginya percuma tanya kepada Rio. Lelaki itu terlihat bodoh baginya. Bahkan Ify sudah merasa lelah terlebih dulu walau hanya bicara dengan Rio.
Gue sebenarnya males nanya ke dia, tapi gue nggak ada pilihan lain lagi. Cuma dia yang bisa jawab. Batin Ify sambil menimbang-nimbang apakah dia akan bertanya kepada Rio atau tidak.
"Kamu tidak turun?" tanya Rio sambil melihat ke arah Ify.
"Lo jawab dulu pertanyaan gue," balas Ify tak ingin meninggalkan mobil Rio.
"Pertanyaan yang mana lagi?" tanya Rio keheranan.
"Kenapa Mama gue bisa ada di tempat lo?" Ify mendesak agar Rio mau menjelaskan sesuai apa yang dia inginkan.
Rio memejamkan matanya, dia tidak tahu lagi bagaimana caranya menjelaskan kepada Ify bahwa itu semua memang tipuan yang sengaja dia buat.
"Oke kalau lo nggak mau jawab, gue nanti bakal datang ke tempat lo lagi." Ify menyudahi kata-katanya, dia pun langsung keluar dari mobil Rio tanpa mengucapkan terima kasih seperti orang pada umumnya yang sudah ditolong.
Rio mendesah, dia memijat pelipisnya sendiri yang berdenyut. Rio tidak mengira kalau menghadapi Ify akan membuatnya begitu kebingungan. Dia pun segera menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari sana tanpa menghiraukan Ify apakah gadis itu selamat sampai rumah atau tidak.
Sementara Ify sendiri, dia berjalan gontai menuju rumahnya. Setibanya di depan gerbang rumah, satpam yang menjaga pos sudah langsung heboh memanggil-manggil Alvin dan Via.
Ify dibuat bingung akan tindakan Alvin dan Via sekarang. Kedua anak manusia itu langsung berlari kencang dari dalam rumah ke teras cuma karena mereka mendengar satpam bilang bahwa Ify sudah pulang.
"Lo dari mana saja sih, Fy? Bisa nggak kalau lo itu nggak bikin gue sama Bang Alvin jantungan?" omel Via saat dia baru saja melepaskan pelukannya dari tubuhku.
Aku menatap heran ke arah Alvin dan Via. Mereka tampak khawatir akan kondisiku. Terutama Alvin yang terlihat sangat panik. Aku bisa tahu meski Alvin tidak mengatakannya kepadaku, tapi raut wajahnya sudah menjelaskan semuanya kepadaku.
"Mestinya gue yang nanya ke kalian. Ke mana saja kalian?" Ify protes karena merasa ditelantarkan oleh mereka berdua.
Satu pukulan dari Alvin mendarat di lengan Ify. Dia benar-benar memukul Ify tanpa belas kasihan.
"Lo yang ngilang gitu aja! Bisa-bisanya nyalahin gue sama Alvin!" Via menyentak Ify yang menurutnya sangat keterlaluan.
Ify dan Via sekarang jadi saling tatap. Mereka sama-sama tidak paham akan maksud yang mereka bicarakan.
"Maksud lo apa sih, Vi?" tanya Ify.
"Lo tadi pas dibawa ke rumah sakit sama Bang Alvin, lo ngilang gitu aja sampai bikin gue sama Bang Alvin geger di rumah sakit anjir," jelas Via menggebu-gebu.
"Udah ah, gue mending istirahat. Capek gue ngeladenin kalian." Ify meninggalkan Alvin dan Via begitu saja tanpa ingin mendengarkan lagi mengenai apa yang bakal dijelaskan oleh Via.
Sesampainya di kamar, Ify masih dibuat bingung akan pernyataan Alvin dan Via yang bilang bahwa dirinya itu tadi kabur dari rumah sakit. Sementara yang Ify ingat, dia berada di taman lalu waktu dia buka mata ternyata dia sudah ada di tengah-tengah kebun bunga mawar.
"Kenapa bisa tidak sinkron begitu sih?" tanya Ify entah kepada siapa.
Ify tidak ingin lagi menghiraukan mereka. Dia segera melepas baju seragamnya dan ke kamar mandi buat membersihkan diri. Ify ingin cepat-cepat mandi karena Ify takut kalau dia diberi pelet atau guna-guna oleh Rio.
Di dalam kamar mewahnya, Ify terlihat sedang melamun. Dari raut wajahnya, sepertinya ada yang sedang Ify pikirkan. Kalaupun ada yang Ify pikirkan saat ini, tentu saja bukan tentang mata pelajaran. Wajahnya masih tampak serius memandang ke depan seolah dia sedang menerawang sesuatu yang mungkin saja bisa dia lihat tanpa bantuan hal lain.
"Hah... Kok gue ngerasa kayak pernah lihat itu orang, tapi di mana ya? Gue lupa-lupa ingat juga soalnya," desah Ify sambil meletakkan bolpoin di tangannya ke meja lalu dia beralih dengan menumpukan kedua dagunya di kedua tangan kokohnya.
Benar saja apa yang terjadi sekarang, Ify sedang memikirkan tentang lelaki yang dia lihat tadi. Lelaki hitam manis yang seolah-olah tidak asing lagi bagi Ify. Tapi lupa di mana dia pernah melihat lelaki yang kemarin sudah mau menolongnya meski dirinya adalah orang asing. Bayangan perawakan Rio tiba-tiba kembali menyerbu benak Ify.
Tubuh kurus berkulit sawo matang memiliki hidung pesek serta tingginya pun menjulang cukup tinggi. Ify tidak bisa melupakan pertemuan pertama mereka yang menurutnya cukup berkesan.
"Terserahlah, apa peduli gue ribut tentang cowok? Ngehabisin waktu gue saja," desah Ify sembari mengambil kembali bolpoin yang tadi sempat dia letakkan di atas meja.
Karena memegang bolpoin juga tidak membuatnya lupa dengan kejadian tadi, akhirnya Ify memilih memainkan rubrik yang dari tadi ada di atas meja.
"Eh... Tapi gue serius penasaran siapa Rio yang sebenarnya."
Ify benar-benar dilanda dilema. Dia tidak tahu apa yang harus dia kerjakan dan tidak dikerjakan.
"Gue harus cari tahu siapa Rio sebenarnya," gumam Ify bersungguh-sungguh.
"Harus pokoknya! Soalnya dia mencurigakan banget hidupnya. Belum lagi tentang adanya ruang waktu yang berbeda, antara akhirat dan bumi." Ify masih bergumam sendiri.