9. Sorry

1052 Kata
"Aish, kalau tahu begini tadi gue ikut Via aja sama Bang Iel pulang," gerutu Ify ketika ada beberapa preman yang menghadangnya. Preman-preman tadi mendekati Ify dengan tatapan mengerikan. Ify jelas takut, walau dia berusaha keras untuk tidak memperlihatkannya di depan mereka. Seperti biasa, Ify tidak ingin terlihat kalah di depan semua orang. "Lo mau apa? Gue ada uang banyak," kata Ify mencoba mencari solusi supaya dia bisa pergi dari situasi ini. Salah satu kelima preman yang di sana, menyemburkan batang korek yang sedari tadi dia kunyah-kunyah. Dia mendekat ke arah Ify, membuat jantung Ify berdegup tak karuan. "Jangan mendekat!" sentak Ify sambil memberi isyarat pakai tangannya agar preman tadi berhenti melangkah. Tentu saja, perintah yang Ify berikan tidak berarti apa-apa. Preman tadi langsung maju dan mendekati Ify. Gue harus cari cara supaya gue bisa pergi dari sini. Batin Ify sembari mengontrol deru napasnya yang tidak beraturan. Demi menyelamatkan dirinya, Ify tidak bisa tinggal diam. Dia melihat ada sedikit celah di antara tubuh para preman yang mengepungnya. Tanpa membuang-buang waktu, Ify seketika mengambil semprotan merica dari dalam tasnya. Kelima preman yang mengepung Ify tadi seketika berteriak kesakitan sambil memegang mata mereka. Ify tak menyia-nyiakan kesempatan, dia berlari sekencang-kencangnya meninggalkan mereka. "Argh!" Ify memekik kesakitan ketika rambutnya ditarik dari belakang. Tanpa Ify tahu, ternyata preman yang tadi mengincarnya itu tidak hanya lima, melainkan ada enam. Satu laginya memang tidak ikut mengepung Ify, namun dia duduk di balik tong besi yang entah berisi apa juga Ify tidak tahu. "Mau lari ke mana kamu?" tanyanya penuh amarah. Dengan sekuat tenaga, Ify menyiku perut preman tadi hingga rambutnya terlepas. Ify langsung menendang tubuhnya dengan sekuat tenaga. Bahkan, Ify mengambil batu lalu dia pukul kepala preman tadi hingga berdarah. "Semoga dia nggak mati," gumam Ify sebelum akhirnya dia kembali berlari. Ify berhasil kabur, dia berlari tanpa mengenal lelah. Kebetulan di sana tidak ada banyak warga yang melintas. Jadi Ify tidak bisa meminta tolong kepada siapa-siapa selain berusaha menyelamatkan diri sendiri. Tadinya niat Ify pulang jalan kaki lewat gang tikus tersebut karena dia ingin lebih cepat sampai ke halte bus. Namun malah dia mendapat sial. "Lagian kenapa hari ini perusahaan taksi harus libur segala sih?" gumam Ify kesal. Ify bukannya tidak ada uang untuk membayar ojek online, tapi dia tidak punya baterai di ponselnya sehingga Ify tidak bisa memesannya. "Aish! Sialan!" umpat Ify ketika dia melihat ada dua orang preman yang tadi dia semprot pakai air merica sudah berhasil menyusulnya. Ify semakin mempercepat langkahnya, dia tidak ingin tertangkap oleh mereka. Bagaimanapun caranya, Ify harus bisa keluar dari gang tikus itu lebih dulu sebelum kedua preman itu berhasil menangkapnya. "Mereka larinya cepet banget lagi," keluh Ify mulai kelelahan. Dua langkah lagi, akhirnya Ify tiba di jalan raya. Dia berlari ke arah halte bus dan bersembunyi di balik kerumunan orang yang juga sedang menunggu bus datang. Dalam hati, Ify berharap agar mereka berdua tidak menemukannya. Dua menit berikutnya, bus yang ditunggu Ify tiba. Dia cepat-cepat naik usai menyerobot antrean paling depan hingga dia mendapat cibiran dari banyak orang. Namun apa peduli Ify, dia tidak peduli sama sekali. Karena yang Ify pedulikan, hanya dirinya sendiri. Memang begitulah Ify, keegoisannya tinggi. Tujuan Ify kali ini adalah hotel tempat Alvin bekerja. Dia ingin menemui Alvin untuk protes kepada kakaknya yang hari ini membuatnya kesal hingga ke ubun-ubun. Bus pun berhenti setelah Ify menekan tombol merah yang ada di dalam bus. Dia turun dan berlari ke hotel tanpa memedulikan tatapan aneh dari beberapa orang yang melihatnya. Selangkah demi selangkah, Ify berhasil memasuki hotel tempat di mana Alvin bekerja. Pandangannya lurus ke depan, dia seperti orang yang sedang dalam kondisi kurang baik di mata semua pegawai hotel dan para tamu. Beberapa pegawai hotel langsung menyorot ke satu arah. Siapa lagi kalau bukan Ify, gadis itu memang paling pandai dalam menciptakan kerumunan dan mencuri perhatian. Tapi sayangnya, kali ini Ify benar-benar membuat semua orang yang melihatnya keheranan. "Alvin ada?" tanya Ify ketus seperti biasa. Karena saking asiknya mengamati wajah Ify, penjaga meja resepsionis pun sampai terkesiap ketika mendengar suara Ify bertanya kepadanya. "Pak Alvin ada, dan sekarang ada di ruangan, Mbak." Pegawai bagian resepsionis tadi menjawab dengan penuh kesopanan karena dia tahu siapa Ify. "Jangan panggil gue, Mbak. Gue bukan Mbak lo," balas Ify penuh nada mengintimidasi, lalu dia pergi dari sana. Tanpa menunggu jawaban atau mendengar adanya pengunjung baru yang akan menyewa kamar, Ify langsung pergi dari sana buat menyusul Alvin di ruangannya. Ify segera memasuki lift khusus pegawai, dan kali ini dia tak sendirian. Ada beberapa banyak orang di sana, apalagi jam makan siang telah usai. Jadi pasti lebih banyak karyawan yang akan kembali ke ruang kerja mereka masing-masing. Untungnya yang naik ke dalam lift kali ini tidak banyak, jadi Ify tidak harus berdesak-desakan dengan yang lain. Beberapa dari mereka yang memilih naik ke ruangan seusai Ify, mereka tahu siapa Ify dan bagaimana peringai Ify selama ini. Pintu lift terbuka, semuanya mempersilakan Ify supaya gadis itu bisa lebih dulu keluar. Tanpa berkata apa-apa, Ify pun keluar dan segera ke ruangan Alvin. Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Ify langsung masuk begitu saja ke dalam ruangan Alvin. Dia membanting pintu sedemikian kencang hingga membuat Fauzi yang ada di sana jadi senam jantung. Alvin melirik ke arah adik satu-satunya. Dia heran karena rambut Ify begitu acak-acakan akibat jambakan yang dilakukan oleh preman tadi. "Lo kalau nggak bisa jemput gue, lo nyuruh orang buat jemput gue kek! Jangan lepas tangan gitu aja!" sentak Ify sebelum Alvin bertanya kenapa kepada dirinya. Alvin berdiri, dia mendekati adiknya dan masih saja diam. Alvin belum bertanya kenapa kepada Ify. Dia masih terus memerhatikan Ify yang benar-benar marah kepadanya. "HP gue habis baterai, hari ini nggak ada taksi, dan tadi pas gue mau naik bus, ada preman yang ngehadang gue! Lo mau denger kabar gue mati dibunuh preman?" semprot Ify lagi tanpa takut Alvin akan balik marah kepadanya. Alvin mendekat ke arah adiknya, dia memeluk Ify erat-erat sebagai permintaan maafnya karena sudah membuat Ify mengalami hal itu. "Sorry." Hanya itu kata-kata yang keluar dari bibir Alvin karena kesalahannya yang tidak bisa menjemput Ify pulang sekolah hari ini. Alasan Alvin tidak menjemput Ify hari ini karena dia memang ada rapat dadakan yang tidak bisa diwakilkan saat jam makan siang. Karena pertemuan dadakannya, Alvin sampai lupa menelepon sopir rumah untuk menjemput Ify atau meminta tolong sopir kantor, dan Alvin mengaku salah kepada Ify kali ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN