Lembar Kesepuluh

1174 Kata
Agni terus menundukkan kepalanya hingga Cakra sudah benar-benar tidak berada di hadapannya untuk sekarang. Ingin rasanya ia menghilang dari bumi karena sempat marah-marah kepada Cakra yang ternyata kini adalah majikannya. “Saya permisi dulu ya Bu, mau lanjut bersih-bersih.” Agni berpamitan kepada Ratih untuk melanjutkan pekerjaannya. Agni pergi meninggalkan Ratih untuk melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai, setelah itu ia pergi menghampiri Bi Jum untuk bantu memasak menyiapakan makan malam. “Bi Jum mau masak apa aja? Mau saya bantuin.” tanya Agni bersiap ingin membantu Bi Jum yang sedang memasak. “Ini Bi Jum mau masak gurami goreng tepung sama tumis kangkung Mbak.” jawab Bi Jum sambal tangannya dengan lihai mulai menumis sayur kangkungnya. “Panggil Agni aja Bi hehe.” ucap Agni meminta bi Jum untuk memanggilnya hanya dengan nama panggilannya saja. “Kalau gitu saya bikin yang gurame goreng tepungnya ya Bi.” ucap Agni bersiap mengambil alih tugas untuk memasak gurami goreng tepung. “Iya boleh Ni, oh iya gurame goreng tepung ini kesukaannya Mas Cakra, Bi Jum mulai kasih tau menu apa aja yang disukain keluarga ini perlan-pelan ya Ni.” ujar Bi Jum. “Ooo jadi gurame goreng tepung ini kesukaan Mas Cakra, aku harus bikin yang enak nih biar Mas Cakra nggak judes lagi sama aku.” batin Agni yang ingin menembus kesalahannya kepada Cakra. Tangan Agni cukup cekatan ketika memasak karena ia sudah terbiasa memasak di rumah dan pengalamannya juga dulu pernah bekerja di kedai. Setelah satu jam dirinya dan Bi Jum memasak di dapur, akhirnya mereka berdua selesai memasak beberapa menu untuk makan malam, seperti tumis kangkung, ikan gurame goreng tepung, dan menu pelengkap lainnya. “Udah sana kamu bersih-bersih dulu Ni, ini biar Bi Jum yang nyuci alat masaknya.” ucap Bi Jum meminta Agni untuk meninggalkan dapur terlebih dahulu. “Ya udah kalau gitu Agni tinggal mandi dulu ya Bi.” Pamit Agni dan dibalas anggukkan oleh Bi Jum. Agni pergi meninggalkan dapur menuju kamarnya dan segera membersihkan diri, setelah itu ia kembali keluar dari kamarnya untuk membantu meletakkan menu makan malam di meja makan saat waktunya makan. Saat ia membawa masakannya, terlihat Ratih dan Cakra sudah duduk di meja makan bersiap untuk makan malam. Agni menundukkan kepalanya tidak berani melihat ke arah Cakra. “Makasih ya Bi, Ni.” ucap Ratih ketika Bi Jum dan Agni sudah selesai meletakkan beberapa menu makan malam di meja makan. “Oh iya Bi, karena hari ini Arya nginep di rumah temennya, minta tolong bilangin ke Pak Tono, gerbang sama pintu rumah dikunci sekarang aja nggak gapa.” Ratih meminta tolong kepada Bi Jum untuk menyampaikan pesanannya kepada Pak Tono yang tak lain adalah satpam yang bekerja di rumahnya. Saat Bi Jum akan melangkah pergi, tiba-tiba Agni langsung mencegah Bi Jum untuk tidak beranjak dari tempat berdirinya saat ini. “Biar Agni aja Bi yang nyampein ke Pak Tono.” ucap Agni mencegah Bi Jum. “Oh ya sudah kalau gitu Ni.” balas Bi Jum. “Ibu, saya pamit keluar dulu.” ucap Agni dan langsung dibalas anggukkan oleh Ratih. Sebenarnya alasan ia yang ingin menyampaikan ke Pak Tono bukan hanya karena ia ingin membantu Bi Jum, tetapi ia juga ingin menghindari Cakra, entah mengapa dirinya tidak seberani itu berurusan dengan Cakra kembali setelah tadi siang sempat ia marahi. “Pak Tono, tadi kita belum sempat kenalan ya Pak, Saya Agni Pak, asisten rumah tangga yang baru di sini tugasnya bantuin Bi Jum.” ujar Agni memperkenalkan dirinya kepada Pak Tono. “Oh iya Mbak, kenalin juga saya Tono, satpam yang jaga rumah ini, ada apa Mbak Agni ke sini nyamperin saya?” balas Pak Tono. “Tadi Ibu minta tolong saya buat nyampein ke Pak Tono kalau Mas siapa ya tadi namanya, katanya engga pulang hari ini, jadi pintu rumah sama gerbangnya bisa dikunci sekarang.” ucap Agni menjelaskan maksudnya namun ia lupa mengenai siapa nama yang tadi disebutkan oleh majikannya. “Mas Arya?” tanya Pak Tono memastikan. “Nah iya itu Pak, Mas Arya maksud saya.” Agni seketika teringat nama yang tadi disebutkan oleh majikannya itu, beruntung saja Pak Tono bisa menebak siapa yang ia maksud. “Oke Mbak, habis ini gerbangnya saya gembok sama pintu rumahnya saya kunci kalau udha pada mau tidur semua.” ucap Pak Tono. “Makasih Pak, kalau gitu saya masuk ke dalam lagi ya Pak.” Pamit Agni sebelum masuk kembali ke dalam rumah. Agni kemudian berjalan meninggalkan Pak Tono setelah menyampaikan pesan dari majikannya. Saat Agni berjalan melewati halaman depan rumah, tiba-tiba saja ada yang berdehem hingga membuat dirinya terkejut. “Mas Cakra.” ucap Agni menoleh ke arah Cakra yang sedang duduk di ayunan yang berada di halaman rumahnya. “Lo udah kenal siapa gue kan?” tanya Cakra tanpa basi-basi. Tubuh Agni langsung gemetaran karen takut apabila diberhentikan oleh Cakra dari pekerjaannya saat ini, karena Cakra juga merupakan majikannya. “Mas saya mohon jangan pecat saya Mas, pekerjaan ini sangat penting buat saya Mas, tolong jangan pecat saya ya Mas.” Agni memohon-mohon kepada Cakra agar tidak memecat dirinya. “Ya gimana ya.” Cakra memeasang ekspresi seperti orang yang sedang menimbang-nimbang keputusan. “Mas saya mohon jangan pecat saya, saya bakal lakuin apa yang Mas Cakra minta tapi tolong jangan pecat saya ya Mas.” ujar Agni kembali penuh dengan nada permohonan yang sangat besar. “Bisa aja sih gue nggak pecat lo, tapi gaji lo bulan ini dipotong buat gantiin mobil gue yang lecet tadi gimana? Deal?” Cakra memberikan tawarannya kepada Agni. “Iya Mas nggak papa yang penting tolong jangan pecat saya ya Mas.”  ucap Agni pasrah. “Oke gue pegang omongan lo.” Cakra mengucapkan kalimat terakhirnya sebelum akhirnya ia pergi masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Agni yang masih terdiam di halaman rumahnya. “Duh gajiku bulan ini bakal dipotong berarti aku harus ngehemat pengeluaran bulan ini biar tetep bisa lunasin biaya UKT Laeli.” ujarnya lirih ketika Cakra sudah masuk terlebih dahulu ke dalam rumah. Tak lama setelah itu, Agni menyusul Cakra untuk masuk ke dalam rumah, ketika pekerjaannya hari ini sudah selesai, Agni segera menyiapkan malam untuknya karena sedari siang ia belum sempat makan nasi. Agni memilih makan di atas balkon rumah ini agar tidak terlihat oleh orang lain. Dirinya menatap bintang di atas langit sambil menyuapkan sendok demi sendok ke dalam mulutnya. Setelah selesai makan, dirinya kembali turun dari balkon dan berjalan menuju dapur untuk mencuci alat makannya. Saat di dapur, ia masih melihat Bi Jum yang terlihat sedang membuatkan segelas kopi yang belum ia ketauhi untuk siapa kopi tersebut. “Bi Jum belum tidur?” tanya Agni karena saat ini pun sudah hampir larut malam. “Iya habis ini Ni, Bi Jum mau buatin kopi dulu buat Mas Cakra.” jawab Bi Jum sambil mengambil bubuk kopi dan segera diseduh dengan air panas. “Ya sudah kalau gitu Bi.” ucap Agni. “Oh iya Ni, tadi Mas Cakra muji masakan yang kamu masak katanya enak.” ujar Bi Jum yang entah menggapa membuat Agni refleks tersenyum mendengar hal itu.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN