***
Agni sampai di tempat tujuan setelah kurang lebih setengah jam mengelilingi Jakarta untuk mencari alamat tersebut bersama Pak Parjo. Ia segera turun dari motor setelah Pak Parjo memarkirkan motornya di sebuah rumah yang alamatnya sama persis seperti yang alamat yang diberikan oleh sepupunya Puput.
“Terimakasih Agni ya Pak Parjo, saya berhutang budi sama Bapak.” ucap Agni yang sangat berterima kasih karena Pak Parjo sudah sangat baik kepada dirinya.
“Sama-sama Mbak Agni, semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu, ya sudah saya pergi dulu ya Mbak mau ngojek lagi.” balas Pak Parjo bersiap akan mengemudikan motornya kembali.
“Hati-hati ya Pak.” ucap Agni.
“Iya mari Mbak.” Pak Parjo kemudian pergi meninggalkan Agni yang masih berdiri di depan rumah tersebut.
Setelah Pak Paarjo terlihat sudah lumayan jauh jarak dari pandangannya. Agni membalikkan badannya melihat kea rah rumah di belakangnya. Agni benar-benar terpanah saat melihat rumah ini karena terlihat sangat besar, dari luar terlihat seperti istana.
Agni berjalan lebih dekat ke depan gerbang dan menghampiri satpam yang sedang berjaga di rumah tersebut.
“Permisi Pak.” Panggil Agni kepada satpam tersebut.
“Iya Mbak, cari siapa?” Satpam itu menghampiri Agni dan membukakan gerbang untuk Agni agar komunikasinya lebih enak dan jelas.
“Saya mau melamar kerja di sini jadi asisten rumah tangga.” jawab Agni menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke sini.
Satpam tersebut tampak paham karena sebelumnya majikannya pun juga memberitahukan kepada dirinya jika sedang mencari asisten rumah tangga.
“Sebentar ya Mbak.” Satpam itu pergi meninggalkan Agni sejenak dan terlihat masuk ke posnya sambal bersiap menelepon seseorang.
Beberapa menit kemudian setelah menelepon seseorang, satpam itu kembali lagi menghampiri Agni.
“Mari Mbak saya antar ke dalam.” ucap Pak Satpam.
Agni menganggukkan kepalanya dan mengikuti satpam tersebut dari belakang sambal pandangannya mengelilingan megahnya halam rumah ini.
“Baru luar rumah saja sudah telihat megah, gimana dalam rumahnya.” tanya Agni dalam hatinya.
Tak berapa lama kemudian Agni mulai memasukki rumahnya, benar saja seperti dugaan Agni, rumah ini benar-benar megah, terlihat banyak barang-barang yang tertata rapi di dalam rumah.
“Selamat siang Bu, ini ada yang mencari Ibu.” Satpam tersebut tampak berbicara kepada seorang perempuan paruh baya yang sedang duduk di sofa, sambal membaca sebuah majalah fashion.
Perempuan paruh baya tersebut kemudian menutup majalahnya dan berdiri menghadap Agni sambal tersenyum, Agni pun membalas senyumannya.
“Kalau begitu saya tinggal dulu ya Bu, silahkan Mbak.” Satpam tersebut pamit setelah mengantarkan Agni ke dalam rumh mempertemukan dirinya dengan sang pemilik rumah.
“Perkenalkan saya Agni Bu.” Agni mulai memperkenalkan dirinya.
“Saya Ratih.” Ratih membalas salam tangan Agni.
“Silahkan duduk.” Ratih mempersilahkan Agni untuk duduk.
Setelah duduk, Agni mulai menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya.
“Baik kamu saya terima, saya lihat kamu juga berusungguh-sungguh baut bekerja di sini.” ucap Ratih.
“Ini beneran kan Bu? Saya keterima kerja di sini?” Agni menanyakan kembali takut jika apa yang ia dengar salah.
Ratih kemudian menganggukkan kepalanya menandakan memang benar yang dikatakannya tadi. Agni benar-benar terlihat bahagia mendengar Ketika dirinya diterima kerja, walaupun memang tadi ia mengalami kejadian yang tidak mengenakkan, tetapi ketika mendengar kabar ia diterima perasaannya seketika berubah menjadi bahagia.
“Oh iya kamu di sini nanti kerjanya bantu-bantu Bi Jum ya.” ucap Ratih kemudian dibalas anggukkan oleh Agni.
“Bi Jumm…” Ratih memanggil Bi Jum yang merupakan asisten rumah tangga juga yang sudah bekerja di rumahnya selama kurang lebih sepuluh tahun.
“Iya Ibu ada apa?” Tak lama kemudian Bi Jum datang menghampiri majikannya.
“Kenalin ini Agni yang bakal bantuin Bi Jum biar nggak terlalu capek nanti.” Ratih memperkenalkan Agni kepada Bi Jum.
“Perkenalkan saya Agni Bi.” Agni memperkenalkan dirinya kepada Bi Jum secara singkat hanya menyebutkan nama panggilannya saja.
“Saya Juminten, panggil saja Bi Jum.” balas Bi Jum sambil tersenyum ke arah Agni.
“Kalau gitu, tolong anterin Agni ke kamarnya ya Bi, sama jelasin apa aja tugasnya yang bakal dikerjain Agni setiap hari.” Ratih meminta tolong kepada Bi Jum untuk mengantar Agni menuju kamar yang akan ditempati oleh Agni selama bekerja disini.
“Baik Bu, mari Mbak Agni saya antar ke kamar.” ujar Bi Jum mengajak Agni.
“Permisi ya Bu.” Agni berpamitan terlebih dahulu sebelum pergi meninggalkan Ratih di ruang tamu.
Bi Jum kemudian mengantar Agni menuju kamar kosong yang berada di pojok ruangan dekat halaman belakang rumahnya.
“Ini kamarnya Mbak, Bi Jum tinggal ke dapur dulu ya nanti kalau butuh bantuan bisa panggil saya.” ucap Bi Jum setelah mengantar Agni hingga sampai di depan kamar.
“Iya Bi, terima kasih ya Bi.” Setelah berterima kasih kepada Bi Jum, Agni kemudian membuka pintu kamar dan segera memasukinya.
Kamar Agni cukup luas, baginya seperti ia menginap di hotel karena penampakan kamarnya sangat berbeda dengan kamar rumahnya. Agni sangat bersyukur disambut dan diperlakukan baik oleh majikannya, bahkan ia diberi fasilitas kamar yang baginya cukup mewah.
Agni langsung meletakkan tasnya dan mulai menata barang bawaannya agar ia bisa mulai bekerja juga hari ini, walaupun sebenarnya tubuhnya sudah sangat lelah. Setelah selesai merapikan baju-baju dan barang bawaannya yang lain, Agni langsung keluar dari kamarnya menuju dapur untuk membantu Bi Jum memasak.
***
Rapat Cakra bersama kliennya baru saja selesai, Cakra menghembuskan napas lega setelah berhasil menyelesaikan rapatnya dengan baik, ia langsung menyandarkan punggungnya.
“Cakra gue pamit pulang dulu ya, udah mau malem juga.” Dona berpamitan kepada Cakra setelah merapikan file-file yang digunakan pada saat rapat tadi.
“Lo pulang sama siapa? Mau gue anter?” Cakra memberi tawaran untuk mengantarkan Dona pulang.
“Nggak usah gue udah pesen ojek online tadi, ini udah sampai di depan kantor juga ojeknya.” balas Dona menolak tawaran Cakra.
“Ya udah kalau gitu, hati-hati di jalan.” ujar Cakra.
“Lo nggak pulang sekalian?” tanya Dona ketika melihat Cakra belum ingin bersiap pulang ke rumah.
“Gue pulangnya ntar an.” jawab Cakra santai.
“Oke deh gue balik dulu.” ucap Dona yang kemudian dibalas anggukkan oleh Cakra.
Cakra mengambil ponsel yang ia letakkan di atas mejanya. Entah mengapa jari jemari Cakra refleks menekan tombol galeri yang membuat matanya seketika melihat foto perempuan di galerinya. Siapa lagi perempuan itu kalau buka perempuan yang tadi hampir ia tabrak.
Cakra tak sadar jika dirinya memandangi foto tersebut cukup lama. Percaya atau tidak percaya, sebelum kejadian ini Cakra tidak pernah menyimpan foto perempuan siapapun di galerinya.
“Lah ngapain juga gue ngeliatin foto nih cewek, kayak nggak ada kerjaan lain aja.” ucapnya ketika tersadar sudah terlalu lama memandangi foto perempuan yang sama sekali tidak ia kenal.
Setelah merasa energinya yang tadi terkuras sudah kembali lagi, Cakra mulai mengemasi barangnya dan segera pulang ke rumah karen hari juga sudah malam.
Hari ini Cakra mengemudikan mobil sendirian tanpa sopir yang biasa mengantarkan dirinya ke kantor. Jarak dari kantor Cakra dengan rumahnya cukup jauh, memakan waktu perjalanan hampir satu jam. Setelah sampai di depan gerbang rumahnya, Cakra membunyikan klakson mobilnya untuk memberikan isyarat kepada satpam yang sedang berjaga agar bisa segera membukakan gerbang rumahnya.
Ia kemudian memarkirkan mobilnya di halam rumah, setelah itu langsung berjalan masuk ke dalam rumah. Saat memasuki rumah, Cakra tak sengaja berpapasan dengan seorang perempuan yang sedang membawa kemoceng di tangannya. Mereka berdua sama-sama terlihat kaget ketika melihat satu sama lain.
“E LO?” Cakra menunjuk perempuan di hadapannya karena ia sangat familiar dengan perempuan ini.
Cakra masih sangat ingat bahwa perempuan ini yang hampir membuatnya celaka tadi siang.
“Mas nya ini kan yang tadi siang mau nabrak saya kan, ngapain Mas nya ke sini, jangan-jangan ngikutin saya ya.” ucap perempuan tersebut.
“Ngapain gue ngikutin lo, harusnya gue yang tanya ngapain Lo di sini?” balas Cakra.
“Halah alasan, saya teriakin maling lo kalau nggak pergi dari sini.” ujar perempuan itu.
“Teriak aja.” balas Cakra santai menanggapin perempuan di hadapannya.
“Cakra kamu udah pulang?” tak lama kemudian Ratih berjalan menghampiri Cakra.
“Ibu kenal sama Mas ini?” tanya perempuan tersebut kepada Ratih.
“Ya kenal lah ini kan anak saya, oh iya Cakra kenalin ini namanya Agni, dia asisten rumah tangga yang baru di sini, kamu kalau butuh apa-apa bisa minta tolong ke Agni.” Agni seketika terkejut ketika mendengar jawaban dari majikannya.
“Cakra, pemilik rumah ini dan juga yang bakal jadi majikan lo.” Cakra menyunggingkan senyumnya ke arah Agni.
Agni benar-benar malu sekarang, bagaimana bisa ia menuduh Cakra maling padahal Cakra adalah pemilik rumah ini.
“Saya Agni Mas.” Agni mau tak mau membalas sapaan Cakra.
“Aku pergi ke kamar dulu ya Mah.” pamit Cakra kepada ibunya.
Cakra berjalan meninggalkan Agni yang terlihat malu dengan perkatannya barusan. Agni hanya bisa menundukkan kepalanya tidak berani menatap Cakra.