Lembar Ketujuh

1076 Kata
Pagi ini tekad Agni untuk merantau ke Jakarta benar-benar sudah bulat, setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya dan juga adiknya, kini ia sudah berada di terminal dengan ditemani oleh Puput yang kemarin memang sudah berjanji akan menemani dirinya ke terminal. Agni dan Puput sampai di terminal pukul empat pagi dengan harapan agar Agni tidak terlalu sore ketika sampai di Jakarta. “Kamu kalau di Jakarta selalu hati-hati ya, jaga diri kamu baik-baik, kalau ada aoa-apa bilang ke aku lo Ni.” Puput memberi beberapa nasehat untuk Agni sebelum Agni berangkat ke Jakarta. “Iya put pasti.” balas Agni sembari menganggukkan kepalanya. “Yaudah sana masuk ke busnya, oh iya jangan lupa kalau kamu jalan-jalan ke monas, kirimin foto monasnya ya ke aku hehehe.” ucap Puput meminta Agni untuk melaksanakan keinginanannya. “Iya bawel kamu put hahaha, yaudah aku tak masuk dulu ya Put, titip keluargaku.” ujar Agni setelah itu ia langsung masuk ke dalam bus yang akan mengantarkannya menuju Jakaarta. Agni melambaikan tangannya dari dalam bus ke arah Puput yang masih setia menunggu hingga bus tersebut pergi. Lima menit kemudian bus pun mulaiu melaju meninggalkan kota Solo dan melaju ke arah Jakarta. Agni selalu melihat ke arah luar jendela sambil menikmati jalanan yang saat ini sedang diguyur gerimis hujan. Tak terasa kedua matanya mulai mengantuk setelah beberapa jam menempuh perjalanan dan ia tak sadar mulai memejamkan matanya hingga tertidur di dalam bus yang masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke Jakarta. Agni baru sampai di Jakarta pukul dua belas siang. Agni terbangun dari tidurnya akrena dibangunkan oleh sopir bus yang sudah memarkirkan busnya di terminal Jakarta. “Neng bangun Neng, udah sampai Jakarta.” Ucap sopir bus tersebut sambil membangunkan Agni yang masih tertidur. Tak lama kemudian Agni terbangun dari tidurnya, ia mengucek kedua matanya dan segera berdiri sambil membawa tas yang ia bawa. “Terimakasih ya Pak.” ucap Agni kepada sopir bus tersebut karen sudah membangunkannya. Agni segera turun dari bus dan mulai menepi sejenak di terminal sebelum ia akan mulai mencari alamat rumah tempat ia akan bekerja. Agni berjalan keluar dari terminal untuk mulai mencari alamat tersebut. Ia memilih untuk menaiki angkot untuk menghemat biaya pengeluaran. Saat berada di angkot, Agni melihat dua pemuda yang berada di sebelah dan di seberangnya. Salah satu pemuda itu tersenyum ke arahnya dan Agni pun membalas senyuman tersebut. Tidak ada rasa curiga yang terbesit di benak Agni dengan kedua pemuda tersebut. Tak lama kemudian kedua pemuda tersebut turun dari angkot. Agni membuka tasnya untuk mengambil uang yang akan ia gunakan untuk membayar ongkos angkot tersebut. “Loh dimana dompetku kok nggak ada, tadi di terminal kan masih ada.” Agni mencari dompetnya namun tidak kunjung ia temukan. Raut wajah Agni mulai terlihat panik, ia kemudian teringat dengan kedua pemuda tadi yang satu angkot dengannya. Pikiran Agni langsung menebak jika kedua pemuda tersebutlah yang sudah mencuri dompetnya karena tadi saat di terminal, ia mengecek dompetnya masih ada di dalam tasnya. “Pak… kiri pak…” Agni meminta sopir Agnot untuk menepikan angkotnya karena ia ingin segera turun untuk mengejar copet tersebut sebelum hilang dan pergi menjauh. Untung saja di saku Agni masih tersimpa uang kembalian ongkos bus yang cukup untuk membayar ongkos angkot. Setelah membayar ongkos angkot tersebyt, Agni mulai mengejar kedua pemuda yang jaraknya belum jauh dari hadapannya. “Hei kalian…” Agni meneriaki kedua pemuda tersebut. Pemuda itu terlihat menoleh ke arah Agni dan saat itupun juga kedua pemuda itu langsung berlari kencang menjauh dari Agni. “HEI COPEETTT, BERHENTI KALIAN!” Agni meneriaki kedua pemuda tersebut sambil terus berlari mengejar kedua pemuda itu. “Tolong!! Dompet saya dicopet sama mereka!!” Agni berteriak meminta tolong namun tidak ada yang menghiraukan mereka karena memang tidak ada orang di sekitarnya saat ini, yang ada hanyalah motor dan mobil yang melaju dengan sangat kencang. Kedua pemuda itu tampak menyebrang jalan dengan sangat cepat dan masuk ke sebuah gang hingga Agni kesusahan melihat jejak kedua pemuda itu karena ramainya jalan. Agni langsung ikut menyeberang jalan hingga ia tak sadar ada sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Agni berteriak pasrah ketika ia baru menyadari ketika mobil tersebut sudah dekat dan akan menghantam dirinya.  **** Kali ini Cakra harus berangkat meeting dan mengendarai mobilnya seorang diri karena sopir yang biasa menemaninya kini sedang sakit jadi tidak bisa mengantarkan Cakra ke tempat meeting hari ini. Cakra sangat tidak suka dengan kemacetan apalagi ia harus segera sampai di tempat tersebut. “Aduh kenapa macet segala sih.” Cakra beberapa kali terdengar berdecak kesal. Ia memilih melewati jalan tikus yang tekstur jalan cukup sulit untuk ia kendarai, namun Cakra tidak ada pilihan lain selain melewati jalan tersebut. Akhirnya ia bisa sedikit lega karena terbebas dari macetnya jalan raya. Cakra melajukan mobilnya dengan cukup kencang agar ia bisa segera sampai di tempat meeting. Saat sedang mengemudi, ponsel Cakra yang berada di belakang kursi kemudi itu berdering pertanda ada seseorang yang menelpon dirinya. Tangan kiri Cakra berusaha untuk mengambil ponsel yang ada di kursi belakang, sedangkan tangan kanannya memegang stir untuk mengendalikan kemudi mobilnya. Cakra refleks menoleh ke belakang karena ponselnya belum kunjung ia dapatkan, namun saat ia menoleh kembali ke depan, ia terkejut karena ada seseorang yang tiba-tiba saja menyeberang. Cakra mengerem mobilnya dengan sangat mendadak, seketika dirinya merasa kaget dan shock setelah berhasil menghentikan mobilnya.  Cakra menghembuskan napas pelan, ia segera keluar dari dari mobilnya untuk mengecek apakah orang yang hampir ia tabrak.  ***  Agni refleks berjongkok sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sebelum mobil itu menghantam dirinya. Beberapa detik kemudian Agni menyadari jika mobil itu berhasil mengerem tepat sebelum menabrak dirinya. Agni membuka kedua matanya dan menoleh ke arah mobil tersebut dengan keadaan tubuh yang gemetaran. Pemilik mobil itu keluar segera keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri Agni. “Lo tuh bisa hati-hati nggak sih kalau nyebrang, gimana kalo tadi lo ketabrak?” pengemudi tersebut keluar dari mobilnya sambil memarahi Agni. “Maaf mas…” Agni berdiri lalu meminta maaf kepada pengemudi itu. Namun bukannya diterima permintaan maaf darinya, justru pengemudi mobil tersebut malaj semakin marah-marah kepada dirinya “Eh mas, anda itu juga salah, di jalan kok ngebut.” Agni yang tak terima disalahkan itu balik memarahi pemilik mobil tersebut. “Ya tetep aja lo yang salah dong, nyebrang nggak liat situasi dulu.” timpal laki-laki yang hampir menabraknya. Kini mereka berdua malah saling berdebat di jalanan, bukannya membuat dingin suasana, justru mereka berdua saling membela dirinya masing-masing karena tidak ada yang merasa bersalah dalam kejadian ini. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN