Lembar Keenam

1323 Kata
Pagi hari sesampainya di kampus, Laeli langsung bergegas menuju ruangan program studi jurusan di kampusnya untuk menyerahkan berkas-berkas yang sudah ia persiapkan untuk mendaftar sebagai asisten dosen di kampusnya. “Selamat pagi ibu, saya mau menyerahkan berkas lamaran untuk menjadi asisten dosen.” ucap Laeli mengahampiri seorang ibu yang merupakan pegawai di kampusnya. “Selamat pagi, baik terimakasih ya, untuk pengumumannya akan diumumkan satu minggu lagi via whatsapp.” Ujar Ibu tersebut sembari mengecek berkas-berkas yang dikumpulkan Laeli sudah lenngkap atau belum. “Baik Ibu, sekali lagi terimakasih, saya pamit terlebih dahulu ya Bu.” Laeli berpamitan kepada ibu tersebut kemudian ia pergi keluar dari ruangan dan pergi menuju ruang kelasnya. Laeli duduk di kursi sesampainya ia di kelas. Sambil menunggu dosen yang mengajar dirinya masuk kelas, Laeli mengambil roti dari dalam tasnya karena ia belum sempat sarapan di rumah. Ia melahap satu roti yang lumayan bisa sedikit mengganjal isi perutnya selama mengikutti perkuliahan pagi ini. Beberapa menit kemudian dosen yang mengajar Laeli datang, untungnya roti yang tadi ia lahap sudah habis dan perutnya juga lumayan terisi jadi ia sudah bisa mengikuti perkuliahan dengan tenang dan nyaman. *** Agni membuka pintu rumah setelah ia mengetuk pintunya terlebih dahulu, ia langsung menghanpiri ibunya yang masih di dapur sedang memasak. Yuni yang melihat kehadiran putrinya itu langsung menoleh untuk menanyakan bagaimana tentang lowongan pekerjaan tersebut apakah maish tersedia atau justru sudah terisi . “Gimana Ni lowongan pekerjaannya?” tanya Yuni setelah sambil memotong cabai untuk ia buat sambal goreng kentang untuk pesanan orang. “Alhamdulillah Bu, masih ada, dan Agni besok udah harus ke Jakarta buat kerja.” jawab Agni sambil tersenyum menatap ibunya. “Alhamdulillah ya Nak, kamu mau berangkat ke Jakarta hari ini atau besok?” Yuni mengucap syukur dan bertanya kembali kapan anaknya akan merantau untuk bekerja di Jakarta. “Rencananya besok pagi Bu, hari ini mau siap-siap dulu.” ujar Agni yang akan bersiap membantu ibunya untuk memasak. “Kamu ini mau ngapain?” tanya Yuni ketika melihat anaknya mulai memegang alat masak. “Mau bantuin ibu masak.” Agni menjawab ibunya dengan santai. “Nggak usah Ni, kamu nyiapin apa aja yang mau kamu bawa besok biar nggak ada yang ketinggalan.” ujar Yuni melarang putrinya untuk membantu dirinya dan meminta Agni untuk fokus menyiapkan barang-barang yang akan dibawa. “Beneran Bu nggak papa? Agni kan bisa nyiapin nanti abis bantuin Ibu.” ucap Agni santai karena memang tadinya ia sudah berniat akan mempersiapkan semuanya setelah membantu ibunya. “Iya nanti kan kamu bisa bantuin Ibu pas udah selesai nyiapin semua kebutuhanmu.” balas Yuni sambil masih mengiris-iris cabai. Agni kemudian mengangguk dan langsung pergi meninggalkan ibunya di dapur, ia masuk ke kamar untuk mulai menyiapkan apa saja barang-barang yang akan ia bawa besok ke Jakarta. Jujur saja ini merupakan pertama kalinya Agni akan merantau dan merantaunya pun lumayan jauh ke Jakarta. Agni mulai mengambil baju-baju dari lemarinya yang akan ia kenakan selama di Jakarta dan langsung ia tata rapi di dalam tas yang ruangnya cukup besar. *** Jalanan kota Jakarta siang ini benar-benar padat hingga kemacetan jalan pun tak bisa dihindari oleh Cakra. Untung saja dirinya terjebak macet sehabis pulang dari meeting, jadi ia bisa santai karena ia hanya akan kembali ke kantor setelah menghadiri meeting bersama rekan bisnisnya. Cakra duduk di kursi belakang sopir sambil memainkan ponselnya melihat-lihat beranda instagramnya. Kurang lebih setengah jam baru sampai kembali di kantornya setelah bergelut dengan kemacetan jalanan ibukota siang ini. Cakra segera masuk ke ruangannya dan segera melepaskan jas yang sedari tadi ia kenakan karena ia sudah tidak tahan dengan arsa gerah yang sudah tidak bisa ia tahan lagi. Cakra langsung menaikkan suhu AC yang berada di dalam ruangannya agar ia tidak lagi kepanasan. Cakra di kuris kerja sambil memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak karna agenda meetingnya pun juga sudah selesai. Tak lama setelah itu ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan Cakara dari luar. “Masuk.” Cakra mempersilahkan seseorang tersebut untuk masuk ke dalam ruangannya. Terlihat seorang perempuan yang juga merupakan teman kerjanya masuk ke dalam ruangan Cakra seperti membawa informasi yang akan ia bicarakan kepada Cakra. “Kenapa Don?” tanya Cakra kepada Dona setelah Dona membuka pintu dan menghampiri Cakra. “Gue udah dapet nih asisten rumah tangga yang lagi lo butuhin.” ucap Dona tanpa basa-basi. “Oh ya? Lo ada fotonya? Kapan dia bisa ke rumah? Sekarang bisa?” tanya Cakra dengan beberapa pertanya sekaligus. “Ya nggak sekarang lah, besok dia baru mau ke Jakarta.” Dona membalas dengan tatapan sedikit sinis. Dona tampak membuka galeri di ponselnya, ia mencari-cari foto yang dimakasud oleh Cakra. “Nih…” Dona memperlihatkan foto tersebut kepada Cakra sebentar. “Emang dia tinggal dimana?” tanya Cakra ketika mendengar jawaban dari Dona karena sepertinya orang yang akan melamar sebagai asisten rumah tangga di rumahnya bukan dari satu domisili yang sama. “Solo.” jawab Dona santai, berbeda dengan Cakara yang matanya seketika melotot mendengar jawaban dari Dona. “Solo? Jauh banget, kenapa lo nggak nyari yang Jakarta aja?” tanya Cakra. “Ya awalnya gue nawarin ke sepupu gue dulu, terus katanya ada temennya yang lagi butuh kerja terus pas gue tawarin, dianya mau dan kebetulan lagi butuh kerja banget kok.” ujar Dona mengutarakan alasannya. “Ya udah yang penting semua itu lo yang urus, dia udah tau alamat lengkap rumah gue kan?” tanya Cakra. “Udah Cak tenang aja itu udah gue urus.” ucap Dona santai. “Oke deh thanks, lo bisa balik kerja lagi.” Cakra mempersilahkan Dona untuk bisa kembali ke ruangannya dan meneruskan pekerjaannya kembali. “Siap Pak Boss!” balas Dona seraya tangannya hormat kepada Cakra, lalu ia pergi keluar dari ruangannya Cakra untuk meneruskan pekerjaannya kembali. Dona bekerja di hotel milik keluarga Cakra sebagai sekretaris pribadi Cakra. Tak hanya sebagai sekretaris, rupanya Dona juga merupakan teman Cakra sedari kuliah jadi mereka berdua bisa saling akrab berbeda dengan karyawan lain yang begitu patuh kepada ucapan Cakra yang terkesan tegas. Di kantornya memang Cakra terkesan menjadi pribadi yang tegas dan disegani oleh para karyawan yang bekerja di hotelnya. *** Waktu sudah menjelang sore dan Agni baru selesai mengemasi barang-barang yang akan ia bawa ke Jakarta besok pagi. Agni mengatur nafasnya perlahan karena merasa lelah setelah bolak-balik kesana dan kemari untuk mengambil barang-barangnya. “Apa lagi ya yang kurang?” Agni duduk seraya berpikir barang apa yang belum ia masukkan ke dalam tas karena ia tidak ingin ada barang penting yang ketinggalan. Mata Agni tertuju pada album foto yang tergeletak di atas meja kecil di kamarnya. Agni langsung mengambil album tersebut dan membuka lembar demi lembar foto yang tersimpan rapi di dalam album itu. “Bawa ini aja mungkin ya, jadi kalau kangen aku kan bisa liat foto-foto di sini.” Ujarnya dalam hati. Agni memasukkan album foto tersebut ke dalam tasnya. Setelah dirasa ia sudah yakin jika tidak ada barang yang ia bawa lagi, Agni meletakkan tas tersebut di pojok kamarnya agar tidak menutupi jalan jika nanti adiknya akan lewat. “Mbak Agni mau kemana kok bawa-bawa tas besar gitu?” tanya Laeli tiba-tiba membuat Agni menoleh. Agni baru ingat jika ia belum memberitahu adiknya tentang dirinya yang akan merantau ke Jakarta. “Oh ini, besok Mbak mau ke Jakarta Dek, Mbak dapet kerjaan jadi asisten rumah tangga di sana, nanti kamu jagain Ibu ya sama Bapak di sini selama Mbak di Jakarta.” balas Agni seraya memberi pesan untuk Laeli agar selalu menjaga ibu dan ayahnya selama ia merantau di Jakarta. “Jakarta? Jauh banget Mbak, maafin aku ya Mbak jadi ngerepotin Mbak Agni harus ngerantau demi biayain kuliahku, oh iya aku barusan daftar jadi asisten dosen tapi pengumumannya maish seminggu lagi, mudah-mudahan keterima biar aku bisa ikut bantu juga.” tanya Laeli kepada kakaknya. “Nggak papa Lel, ini kan juga udah kewajiban Mbak, amiinn semoga keterima nanti uangnya bisa ditabung buat beli keperluan kuliah kamu.” ujar Agni karena tidak ingin memberatkan Laeli jika harus ikut mencari nafkah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN