Reno yang sekembalinya dari Singapore berusaha sekali melupakan wanita yang sudah membuat malamnya berkesan dan b*******h dari biasanya. Tapi sejujurnya dia tidak ingin mengingatnya, ada sedikit rasa bersalah yang hinggap di hatinya karena tindakannya itu.
‘Andaikan wanita itu benar-benar Gladis semua akan terasa berbeda dan tentu tidak akan muncul perasaan seperti ini,’ batin Reno setiap kali dia diam dan memikirkan hal itu. Demi melupakan perasaan itu dia berusaha mengalihkan semuanya dengan bekerja.
Di saat yang sama Reno juga mendapatkan laporan dari Dimas bahwa kantor Jakarta juga mengalami masalah yang membuatnya akhirnya harus fokus dengan urusan perusahaan.
Loka mendapati bosnya yang berusaha bekerja keras dan melupakan apa yang terjadi kepadanya pada waktu itu. Dan kini sudah hampir enam bulan berjalan, bosnya tidak pernah lagi terlihat keluar masuk klub malam seperti waktu itu.
“Ya ampun, rasanya bulan-bulan yang menjengkelkan dan melelahkan,” keluh Dimas sambil melonggarkan dasi dan melipat kemeja sampai ke lengannya. Pria itu langsung menghempaskan tubuhnya ke kursi bersamaan dengan Reno yang juga melakukan hal yang sama.
“Aseli bikin cepet tua dan mati jantungan kita kalau begini urusannya,” keluh Reno juga dan diangguki oleh Dimas.
“Eh, ga bikin cari hiburan,” ucap Dimas mendadak membuat Reno tertarik. “Usul yang bagus, mumpung besok weekend juga kan?” kata Reno mengiyakan usulan sahabatnya itu.
Dimas berdiri dan mengambil sebuah undangan, dia menyodorkan kepada Reno. “Sepupuku salah satu orang yang berkontribusi untuk acara itu,” ujar Dimas menjawab kebingungan Reno.
Soft Opening D’Barista. Reno membaca undangan itu dan dia melihat acara itu digelar besok. “Coffee shop?” selidik Reno.
“Kafe dan coffee shop, tapi kata sepupuku mereka juga menyediakan tempat buat party,” ucap Dimas sambil menaikkan alisnya.
Reno langsung tertawa, “Party kaya apa sih yang bisa dibibbuat di coffee shop macam gini,” cela Reno dan Dimas hanya mengangkat bahunya.
“Kita ga bakal tahu kalau kita ga ngecek bukan?” ujar Dimas yang membuat Reno berpikir. Sebenarnya buat Reno tak ada yang salah dengan undangan itu, toh dia juga tak memiliki agenda yang penting weekend ini.
“Oke, jemput aku di apartment,” kata Reno meletakkan undangan itu di meja. Dimas langsung bersorak membuat Reno jadi curiga.
“Sebenarnya kamu lagi ngincer sapa sih?” tembak Reno yang langsung membuat Dimas diam dan mematung. Tak lama dia menggaruk tengkuknya dan meringis.
“Keliatan banget ya,” cengir Dimas membuat Reno jadi tergelak. “Jadi bener lagi ngincer seseorang,” tanya Reno sekali lagi dan Dimas hanya menaikkan alisnya menggoda.
“Salah satu temen sepupuku yang terlibat dalam acara ini, makanya sepupuku langsung nyiapin satu undangan buatku juga. Jadi kalau besok aku sibuk, kamu kudu maklum okay,” kekeh Dimas membuat Reno makin terbahak.
“Sebahagia elu deh,” tutup Reno dan dia berdiri keluar ruangan kembali ke ruangannya sendiri di kantor tersebut.
***
“Ribet banget sih elu Ren, aku yang mau pedekate kenapa kamu yang dandan lama banget, keburu telat ini,” keluh Dimas membuat Reno makin terbahak. Sedangkan Loka sudah anteng di samping Dimas sambil memainkan ponselnya.
“Sabar dikit dunk, kan beberapa bulan ini aku ga jalan-jalan jadi aku bingung mesti pake baju apa,” kilah Reno dan keluar hanya mengenakan kemeja biasa dan celana jeans.
Dimas memandang Reno berkali-kali dari atas sampai bawah sampai Reno risih dibuatnya. “Napa sih, aku saltum ya?” kata Reno bingung.
“Hampir dua jam cuma begini doank lu? Bener-bener buang waktu, tau gitu aku tinggal aja tadi,” omel Dimas yang langsung berdiri dan berjalan ke pintu apartement.
Reno yang mendengarnya tanpa dosa langsung terbahak dan merangkul Loka yang juga ikutan berdiri begitu tahu Reno udah selesai.
Tak sampai satu jam mereka berkendara dan akhirnya mereka tiba di D’Barista. Ketiga lelaki tampan itu langsung mendapat perhatian dari seluruh kafe.
“Kirain orang-orang pada ga sadar kalo kita ganteng,” jumawa Reno mendapat decakan dari Dimas yang sedari tadi sibuk mengedarkan pandangannya.
“Leher itu jangan kaya jerapah celingukan mulu, telpon lah sodara lu suruh ke sini,” usul Reno dan Dimas langsung tertawa.
“Bener juga ya, kenapa aku jadi oon gini,” tawa Dimas langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon sepupunya.
Sembari menunggu keduanya langsung mencari tempat yang nyaman untuk menunggu tak jauh dari pintu masuk. Reno tak munafik acaranya tidak terlihat seperti soft opening coffee shop tapi lebih ke party ala klub malam.
Banyak pasang mata memperhatikannya dan berusaha menggodanya. Loka juga tak luput dari sasaran para wanita yang ada di sini.
“Ini masuk coffee shop apa klub malam ya Bos,” bisik Loka dan mendapat anggukan dari Reno. Pria itu menyadari getaran ponselnya, dia tahu jika ada pesan masuk dan begitu melihat layar ponselnya dia langsung diam membaca nama yang tertera di sana.
Reaksi Reno yang tak biasa mendapat perhatian dari Loka dan dia melirikkan matanya memperhatikan nama yang tertera di sana. Meskipun berat akhirnya Reno membuka pesan itu yang hampir enam bulan ini dia abaikan.
Chrys [Gladis terlihat benar-benar ingin melupakanmu, akhir-akhir ini dia sering terlihat keluar malam dan bergaul dengan banyak lelaki.]
Reno membacanya dengan perasaan campur aduk dan ingin rasanya dia terbang ke Jerman dan melihat sendiri apa yang dilakukan Gladis selama ini.
“Informan seperti dia tidak layak dipertahankan Bos,” bisik Loka membuat Reno menoleh. “Apa maksudmu?” tanya Reno tak mengerti.
“Senin aku bisa kasih semua data soal Nona Chrysant kepada Bos Reno, biar Bos tahu seperti apa wanita itu,” ucap Loka yang membuat Reno menghela napas.
“Hallo, sorry lama,” sapa seorang wanita dan Dimas langsung menyalaminya dan mencium pipi kiri kanan wanita tersebut
“Ganteng banget Abangku satu ini,” puji wanita itu yang diyakini Reno sebagai sepupu Dimas. “Kenalin ini temenku, Reno dan Loka,” ucap Dimas memperkenalkan kedua lelaki yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka.
“Aku Fira dan ini temenku Nina,” balas Fira dan Reno menyalami keduanya. Sesekali Reno melirik ke arah Dimas yang tak berhenti memandang Nina.
Reno melakukan hal yang sama tapi dengan tujuan yang berbeda. Wajah Nina juga tak buruk sebenarnya terlihat Indonesia sekali dan dia paham kenapa Dimas menyukainya, tipe wanita lemah lembut dan penurut.
“Sista, bantuin dunk di belakang,” tiba-tiba sebuah suara menginterupsi perkenalan mereka. Reno memperhatikan wanita itu dan merasa tak asing melihatnya.
Loka ikut melihat wanita yang melakukan interupsi itu dan dia juga merasa familiar dengan wanita itu, tapi dia agak lupa dimana dia pernah melihatnya.
“Oke, oke sabar sebentar, aku lagi ketemu sama sepupuku ini,” jawab Fira dan wanita itu mengangguk kepada para lelaki yang ada di sana.
“Sorry, kalau ganggu tapi ini lumayan urgent, si Bos nanyain soal cabang Singapore dan kalian kan tahu waktu itu aku lagi something dan kalian yang mewakili soal pembukaan cabang sana,” kata wanita itu.
Loka teringat sesuatu dan kembali menatap wanita itu, langsung saja memorinya kembali pada peristiwa di apartement waktu itu dan dia terbelak.
“Astaga bukankah dia,” Loka menghentikan ucapannya membuat Reno langsung menoleh. “Ada apa?” tanya Reno penasaran.
“Iya udah aku tunggu di sana okay, jangan lama-lama,” ucap wanita itu dan dia langsung berlalu dari semua orang yang ada di sana.
“Dia wanita itu Bos,” kata Loka setengah berbisik. Reno yang bingung hanya bisa mengerutkan dahinya. “Wanita apa?” Reno bingung.
“Wanita yang ada di apartement pas kita ke Singapore,” bisik Loka sambil menekan nada bicaranya. Reno ikut kaget dan menatap Loka tajam.
“Yang bener lu,” Reno memastikan ucapan Loka sekali lagi dan asistennya itu mengangguk. “Cuma ganti rambut, makanya agak berbeda keliatannya,” kata Loka.
“Nina, tolong temani sepupuku bentar ya, aku mau ke belakang dulu, Dim, jangan diapa-apain temenku, awas lo,” ancam Fira yang mendapat cubitan dari Nina.
Dimas terbahak, “Aman, dia kan kujaga layaknya barang berharga,” ucap Dimas sambil melirik Nina yang tersipu.
Fira yang hendak berlalu dicekal oleh Reno. “Sorry,” ucap Reno membuat dia melepaskan cekalannya setelah mendapat perhatian dari Fira.
“Boleh tahu temen kamu yang barusan ke sini ga?” kata Reno membuat Fira menaikkan alisnya. “Kenapa nanyain dia?” Fira langsung pasang muka tak bersahabat.
“Mau tahu aja, karena kayanya aku pernah ketemu sama dia,” jawab Reno sekenanya. Fira langsung pasang muka ramah tapi bagi Reno terlihat mencurigakan.
“Kenalan sendiri ya, cari aja di area tim acara, dia lagi ada urusan sama Bos kafe ini soalnya,” ucap Fira berlalu membuat jiwa kepo Reno meronta.
“Dim, aku cabut dulu ya, ntar telponan aja kalau mau balik,” ucap Reno dan dia berlalu hanya dengan satu lirikan kepada Loka.
Reno langsung menyusuri kafe dan mencari ke seluruh area untuk mencari wanita itu. Tapi setelah menyusuri hampir seluruh area kafe dia tidak menemukan wanita itu.
“Mas, mas minggir dunk, jangan menghalangi jalan,” sapa seorang wanita yang membuat Reno menoleh dan akhirnya dia tersenyum senang.
*****
Siapa dia??