Reno menggunakan penerbangan malam untuk pergi ke Singapore. Surabaya ke Singapore hanya memakan waktu sekitar dua sampai dua setengah jam saja. Pertemuannya besok dimulai pukul sepuluh, karena itu Reno memutuskan untuk berangkat dengan penerbangan malam.
Lounge bandara nampak tak terlalu padat hanya saja memang cukup ramai untuk ukuran hari kerja. Reno memilih tak peduli dengan keadaan sekitar dan fokus pada presentasinya esok hari.
“Permisi Pak,” tegur seorang wanita membuat Reno mendongak. “Punya pena ga? Saya ga bisa nyatet sesuatu soalnya hape saya mati,” ucap wanita itu sambil menggoyang-goyangkan ponselnya.
Reno hanya mengerutkan dahinya, dia berpikir kenapa wanita ini harus meminta pena kepadanya. Dia memandangi wanita itu yang hanya mengenakan jeans dan kaos lengan panjang.
“Oke, kalau ga mau minjemin atau ga punya ya sudah saya cari yang lain aja,” ucap wanita itu langsung berlalu dari sana. Wanita itu mengedarkan pandangan dan menemukan seorang wanita yang meminjamkannya pena.
Reno melihat caranya yang sama sekali tidak anggun untuk seorang wanita. Tapi semakin Reno melihat dia merasa tak asing dengan wajah itu.
“Kayanya aku pernah liat wanita itu tapi aku kok lupa ya dimana,” gumam Reno dan tak lama Loka datang menepuk bahunya. “Liat apa sih?” tanya Loka membuat Reno agak kaget.
“Liat cewek di sana ga?” tanya Reno sambil pandangannya menunjuk ke arah wanita itu. Loka mengikuti arah pandang itu dan mengerutkan dahinya, “Yang jongkok dan sambil nulis itu?” tanya Loka memastikan dan Reno mengangguk.
“Dia siapa sih?” tanya Reno seolah Loka itu kenal wanita itu. “Lah, mana kutau, kirain kamu nanya karena kamu pernah liat dia,” balas Loka.
“Rasanya aku emang pernah liat dia, tapi jujur aku kok lupa ya liat dia dimana,” ucap Reno nampak berpikir dan mengulang kembali memorinya.
“Mesti banget dipikirin, ada sesuatu?” selidik Loka yang menurutnya memang tak biasa jika seorang Reno harus memikirkan orang lain yang notabene tak ada kaitannya dengan dirinya.
“Enggak sih, tapi –“ omongan Reno terpotong karena dia terkesima dengan senyuman wanita itu yang memang sedari tadi masih dia liat. Ada perasaan tersendiri yang menyusup dalam dirinya dan entah itu perasaan apa sampai dia tidak berkedip menatap senyum wanita itu yang menurutnya mempesona.
Loka yang menyadari diamnya Reno dan memandang bosnya itu penuh tanda tanya. Asisten Reno itu tak habis pikir sejak kapan bosnya bisa tak berkedip hanya memandang wanita yang boleh dia katakan diluar standar bosnya.
“Terpesona Bos,” ledek Loka agak dekat dengan telinga Reno dan pria itu mengangguk tanpa sadar. “Amazing smile,” balas Reno. Tak lama dia sadar dan menoleh dan melotot kepada Loka.
Loka yang melihat tingkah laku bosnya itu langsung terbahak. Reno yang kesal ditertawakan langsung menjitak kepala Loka tanpa permisi.
“Berani lu sama bos, potong gaji nih,” keluh Reno tapi Loka malah terbahak mendengarnya. “Bos lupa yang pegang urusan bank itu siapa, sok-sokan pake potong gaji,” sindir Loka dan keduanya malah tertawa.
Di sela tawa mereka terdengar panggilan boarding untuk penerbangan mereka ke Singapore, akhirnya mereka berjalan ke pintu masuk tapi Reno masih mengedarkan pandangan ke sekitar.
“Dia udah pergi sejak kamu melongo memandangnya,” ledek Loka dan Reno langsung menatapnya tajam. “Kenapa ga bilang?” keluh Reno dan Loka malah terbahak.
Kini keduanya sudah ada dalam pesawat dan Reno masih nampak memikirkan gadis itu, karena berkali-kali dia mengerutkan dahinya dan menaik-turunkan alisnya.
“Ternyata masih bisa mencari berlian baru ya, ga harus menunggu berlian yang lama?” tes Loka yang kemudian membuat Reno diam dan ekspresinya langsung berubah.
Reno menghela napas pelan dan kemudian dia memandang ke jendela pesawat yang mulai bersiap untuk tinggal landas. Tangannya menggenggam pegangan kursi bukan karena takut dengan proses lepas landas tapi dia sedang menahan gejolak perasaannya.
“Mungkin, tapi memang ada perasaan berbeda yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, meskipun itu dengan Gladis sekalipun,” ucap Reno dan dia memutuskan untuk memejamkan matanya.
‘Jika memang cintaku padamu berubah tapi aku yakin kamu juga akan mengalami hal yang sama Glad,’ batin Reno berusaha kuat.
***
Meeting seharian yang dilakukan oleh Reno dan Loka lumayan menguras tenaga dan pikiran. Sampai akhirnya meeting berakhir tepat saat makan malam. Awalnya kolegaa Reno ingin mengajak makan malam bersama tapi Reno menolaknya dengan alasan dia ingin beristirahat.
Kini keduanya sedang santai tiduran di sofa apartment Reno yang memang dia miliki di negeri berlambang singa itu.
“Enak banget ya selonjoran gini, untung aja kamu nolak dinner sama mereka, kalau ga bisa panjang urusan ini, mana orangnya ga mau ngalah gitu tipikalnya,” keluh Loka yang membuat Reno menoleh.
“Bosan kerja lu, napa jadi curhat?” ledek Reno dan keduanya malah tertawa bersama. “Besok ga ketemu sama dia lagi kan?” tanya Reno dan Loka menggeleng.
“Beda bro ganti investor, competitor dia sih, nanti tinggal kamu seleksi mana yang oke, kalau bisa sebelum balik ke Indonesia, jadi empa hari di sini urusan sama tim Singapore udah beres,” ucap Loka menjelaskan.
“Perusahaannya Kelly ga kamu masukin list juga?” tanya Reno dan Loka menggeleng. “Bos Kelly yang ga mau ikutan, kata dia kliennya udah kebanyakan, takut ga bisa mengakomodir semuanya,” ucap Loka dan Reno mengangguk paham.
Ting Tong..
Loka dan Reno saling berpandangan.
“Kamu delivery order?” tanya Reno dan Loka menggeleng. Reno nampak berpikir sebentar lalu ingat orang yang paling mungkin datang saat ini.
“Bukain aja, paling juga Kelly yang datang,” seru Reno membuat Loka bangun tapi tak lupa dia berkomentar, “Bukannya Bos Kelly udah tahu password apartemen ini,” Loka mengingatkan hal yang sempat membuat Reno lupa.
“Tau deh,” kata Reno sambil mengangkat bahunya, tak mau menebak hal yang tak pasti akhirnya Loka berjalan ke pintu dan membukanya.
Loka mengerutkan dahinya, ada seorang wanita yang berdiri di hadapannya tapi dandanannya tak nampak anggun dan menarik.
“Maaf, bisa tolong saya sebentar, numpang diam sini boleh ya, saya bukan penjahat, cuma –“ ucapannya bahasa inggrisnya yang fasih terpotong ketika dia mendengar derap langkah pria dan wanita itu langsung menerobos masuk.
“Ehh,,tunggu dulu,” ucap Loka dan wanita itu langsung bersembunyi di balik pintu. Reno langsung duduk begitu mendengar suara ribut di pintu apartemennya.
“Ada apa sih?” Reno tak sadar jika ada penyusup di apartemennya. Dan saat Loka akan menjawab muncul dua pria berbadan tegap menghampiri mereka.
“Apa kalian melihat seorang wanita berlari ke sini?” tanya pria dengan wajah seram dan logat bahasa inggris yang kaku.
Reno mengerutkan dahinya dan menoleh ke arah Loka. Asistennya itu malah berani bertanya karena memang dia tahu dimana wanita itu.
“Kenapa nyari wanita di sini, dia melakukan apa sama kalian?” ucapan Loka di telinga Reno terdengar janggal tapi tidak bagi dua pria itu.
“Dia berani menghina bos kita dan dia harus dihukum karena itu,” geram seorang lainnya membuat Loka sedikit paham situasinya.
“Aku liat seseorang lari ke sana, dari bodynya kaya cewek, mungkin itu yang kalian cari,” kata Loka menunjuk kea rah sebaliknya. Keduanya menatap Loka dan pria itu masih tampil meyakinkan.
“Terserah sih mau percaya apa enggak, udah selesai kan? Saya mau tutup ini pintunya,” seru Loka membuat keduanya akhirnya pergi dan meninggalkan mereka.
Loka langsung menutup pintunya dan Reno di sana masih tak mengerti dengan drama yang terjadi. “Ada apa sih ini?” tanya Reno kesal.
Lalu muncullah wanita itu di balik pintu dan dia langsung menyalami Loka. “Makasih ya Pak, sudah membantu, kalau gitu saya permisi dulu, Anda baik sekali,” ucap wanita itu.
Loka yang merasa dingin mendadak karena tangannya dipegang oleh wanita dan itu hal pertama baginya.
Reno langsung menatap wanita itu tajam. “Kamu siapa?” tanya Reno dalam logat Inggris.
Wanita menoleh dan dia menunduk hormat, “Maaf mengganggu kalian semua, tapi saya cuma numpang berlindung dari pria itu tadi, karena bosnya m***m,” jelas wanita itu yang akhirnya mulai dipahami Loka.
Dia berjalan ke pintu tapi Reno langsung menghalanginya. “Siapa namamu?” tanya Reno dengan jiwa kepo yang meronta.
Wanita itu tersenyum dan Reno langsung terkesima karena dia ingat sekali senyum itu.
*****
Jadi siapakah wanita itu?