Reno memicingkan matanya menatap lelaki paruh baya yang seusia ayahnya ini. Dia mengangkat sedikit sudut bibirnya bersiap untuk menjawab pertanyaan dari Om Bagas.
“Bisnis yang menggelikan dan memuakkan Om,” putus Reno. Bagas hanya memasang ekspresi santai soal pernyataan Reno. Dan akhirnya pria muda itu melanjutkan lagi perkataannya.
“Leon sudah banyak melakukan kerja sama bisnis untuk tameng proses cuci uang yang dia lakukan, karena posisinya sebagai penjaga gerbang sutra lebih banyak menghasilkan uang daripada bisnis garmen yang keluarganya miliki,” jelas Reno.
Bagas masih diam menyimak semuanya sambil menyesap minumannya.
“Gervas adalah salah satu perusahaan yang dia gunakan sebagai objek kerja sama untuk cuci uang yang dia gunakan. Modusnya adalah seperti yang Om sudah tahu, pura-pura bekerja sama lalu menawarkan suntikan modal dan saat modal itu sudah masuk ke rekening klien dia akan memprosesnya,” kata Reno.
“Om bisa cek berapa banyak perusahaan yang diselidiki karena kasus ini. Dan sekarang dia berani menyasar Sasmita untuk hal ini selain karena Sasmita adalah perusahaan di bidang keuangan yang membuat uang simpanan dan segala asset yang Leon miliki lebih aman,” jelas Reno.
“Dan pada akhirnya bagaimana rencanamu soal ini?” tanya Om Bagas. Reno yang mendengar pertanyaan itu melirikkan keadaan sekitar karena dia merasa sedari tadi dia sedang diawasi.
Reno mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di aplikasi pesan lalu mengirimkannya kepada Om Bagas.
“Om, daritadi ponselnya bergetar, coba dicek sapa tahu penting,” ucap Reno dengan kedipan mata.
Bagas paham kode itu dan langsung melihat apa yang ada di ponselnya. Dan benar saja ada nama Reno di sana.
Reno [Semua yang aku katakan ini hanya pancingan karena sedari tadi kita diawasi. Untuk rencana sebenarnya cukup aku saja yang tahu demi kelancaran bersama.]
“Okay, jadi apa rencanamu untuk mengatasi semua ini dan apa yang harus Om lakukan?” tanya Bagas bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
“Minta Gervas merubah perjanjian dengan semua kuasa ada dalam pihak Sasmita. Jika dia tidak setuju sudah jelas ada tujuan terselubung yang akan dia lakukan kepada Sasmita Om,” kata Reno.
“Sesederhana itu?” tanya Bagas tak menyangka jika apa yang harus dia lakukan cukup sederhana.
Reno terkekeh, “Mengucurkan dana satu juta dollar itu tidak akan sederhana jika dia berniat mencuci uang sepuluh kali lebih besar Om,” kata Reno.
Bagas bukan tak paham masalah cuci uang tapi dengan otoritas yang dia miliki sebagai perusahaan dalam bidang keuangan jelas tindakan pencucian ini akan dia ketahui termasuk di kalangan anak buahnya. Tapi semua ini akan berbeda jika seluruh anak buah yang bertugas mengurusi keuangan Sasmita telah mengkhianatinya dan memilih tutup mata dengan semua ini.
“Astaga, jadi maksudmu dia akan berusaha menggerogoti semua karyawanku dari dalam dan mengkhianatiku?” cecar Om Bagas dan dengan santainya Reno mengngguk.
“Abra mengalaminya Om dan aku harus mengganti lima orang petinggi Abra untuk masalah operasional karena penyelundupan dan tindak cuci uang yang mereka lakukan secara perlahan,” kesal Reno.
“Jika saja intel tidak terlibat dan menemukan kejanggalan dalam hal ini, entah sampai kapan aku dan Papa tak sadar jika selama ini Abra jadi tameng untuk tindakan Leon. Dia sudah berhasil mendapatkan sepuluh juta dollar lebih dalam waktu kurang dari dua tahun Om,” keluh Reno.
“Oke aku paham soal ini, lalu bagaimana jika dia menolak dan tetap memaksa atau mengancam mungkin,” Bagas bertanya hal terburuk yang mungkin dia dapatkan.
“Memaksa iya, tapi mengancam sepertinya tak sampai hati ke sana, tapi Om harus bersiap untuk menerima beberapa perlakuan yang kurang menyenangkan seperti kecelakaan mobil atau pemaksaan pengambilan keputusan,” ujar Reno.
Bagas langsung menegang. Jika semua itu dia sendiri yang menanggungnya masih tak masalah tapi bagaimana jika istri dan anaknya yang terkena masalah ini. Bagas langsung menghembuskan napas kasar mendengar hal itu.
“Seberapa bahayanya jika kita tetap menerima atau menolaknya?” kembali Bagas bertanya tapi kali ini nadanya sudah terdengar putus asa.
“Om tidak perlu khawatir cukup pastikan saja, Sasmita tidak menandatangani kerja sama apapun dengan Gervas sampai satu bulan ke depan. Aku yakin intel akan bergerak cepat setelah kasus Abra dan itu akan menyeret Gervas dalam jerat kriminal,” yakin Reno.
“Kenapa kamu bisa seyakin itu Anak Muda,” kekeh Bagas karena terdengar seperti impian bukan tindakan. Reno menaikkan alisnya karena ucapan Om Bagas.
“Apa ini pertanda jika Om mulai meragukan apa yang aku lakukan?” sindir Reno dan Bagas hanya menaikkan bahunya tanda biasa saja.
“Selama ini Reno diam karena aku tak tahu harus berhadapan dengan siapa, tapi kali ini karena sudah ada nama terang serta status jelas membuatku gatal ingin membunuh kutu-kutu kecil itu. Jadi ini hanya soal waktu Om kapan akan terjadi, cepat atau lambat,” jumawa Reno.
“Okay itu tergantung waktu kan? Lalu bagaimana dengan janjimu sebulan itu, seorang pengusaha menunggu satu bulan itu sama dengan rugi. Jika dia tahu soal ini bukankah dia akan mengecek semua yang membantu Sasmita dan bukan tidak mungkin dia akan kabur dan meninggalkan semua perjanjian ini,” kata Bagas.
“Selalu ada plan cadangan Om Bagas Sasmita,” kekeh Reno.
Bagas menaikkan sudut bibirnya merasa proyek ini semakin menarik. “Oh ya, jadi apa rencana cadanganmu itu Anak Muda Penuh Percaya Diri?” tanya Bagas.
“Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Sekali bergerak aku bisa mendapatkan dua tujuanku sekaligus,” Reno sengaja menggantungkan kalimatnya dan dia menegak minumannya terlebih dahulu.
“Meskipun Liam sudah melamar Gladis tapi wanita penuh gengsi itu belum menjawab atau mengiyakan lamaran Liam bukan,” tanya Reno dengan nada menggoda kepada Bagas. Dan anehnya pria paruh baya itu reflek mengangguk.
“Artinya jika aku ingin semuanya berakhir, aku harus bisa merebut Gladis kembali ke dalam pelukanku. Dengan begitu Liam mungkin akan marah atau meminta bantuan kakaknya Leon dalam hal ini,” jabar Reno.
Bagas yang masih tak mengerti hanya diam menanti penjelasan selanjutnya.
“Leon tentu saja akan membantu Liam karena di balik semua itu dia tidak mungkin akan melepaskan Sasmita begitu saja. Di saat itulah leon akan menunjukkan taring dan tanduknya secara bersamaan sehingga kita tahu seberapa besar musuh kita,” jelas Reno.
Bagas yang mulai paham apa yang Reno maksud bukannya tenang malah terlihat khawatir.
“Dan kalian menggunakan Gladis dalam hal ini, apa anakku terlihat seperti barang yang bisa kalian lempar ke sana kemari dan memasukkannya dalam kondisi berbahaya!” seru Bagas yang mulai terlihat emosi.
Reno kemudian menyadari mungkin dia salah menggunakan kata atau analogi sampai membuat Om Bagas emosi dalam hal ini.
“Tenang dulu Om Bagas, bukan seperti itu pada endingnya atau kenyataannya. Dalam hal ini aku tetap akan mengatakan yang sebenarnya kepada Gladis untuk memilih pasangan yang tepat atau sekutu yang tepat. Jadi semuanya akan tetap transparan,” kata Reno menenangkan.
Braakk..
Bunyi gebrakan di meja sontak membuat Reno kaget dan memundurkan badannya. Dia selama ini selalu melihat Om Bagas dalam kondisi baik-baik saja tanpa emosi dan tenang. Tapi kali ini dia seperti melihat sisi berbeda dari ayah Gladis.
“Apa bedanya bodoh, itu sama saja kamu membuat anakku tak punya pilihan lain untuk terlibat dalam aksi konyolmu yang berbahaya ini. Seharusnya kamu tahu Gladis tidak akan mungkin menolak semua ini karena ini demi Sasmita!” bentak Om Bagas.
Bagi Reno yang sudah memperkirakan apa yang Om Bagas katakan ini hanya bisa tersenyum santai. Dia masih tenang duduk sedangkan Bagas yang sudah kesal langsung berdiri setelah memukul meja.
“Sepertinya pembicaraan kita harus diakhiri Om, atau Om Bagas mau membatalkan semuanya juga tidak masalah karena saya juga tidak ada ruginya melakukan ini,” kata Reno santai.
Seakan sadar apa yang dilakukan oleh dirinya adalah kesalahan Bagas mulai mengontrol emosinya kembali dengan menarik napas perlahan. “Sekarang kamu mulai perhitungan denganku,” ledek Bagas.
“Bukankah Om bilang akan mendukungku apapun yang aku lakukan.”
****