Embun sudah bersiap ke kantin bersama kedua temannya, Kanaya dan Sefti, ketika Ibas memanggil namanya. “Ya?” tanya Embun yang sudah berada di ambang pintu. “Bisa bicara sebentar?” tanya Ibas, Embun menoleh ke arah Kanaya dan Sefti, mereka pun mengangguk dan menunjuk lorong di depan ruang kelas mereka, berkata akan menunggu Embun disana. Embun menghampiri Ibas, sementara kedua temannya keluar dari kelas. Tak ada mahasiswa yang tersisa di ruangan itu selain Embun karena semuanya telah pergi untuk melakukan aktifitas lainnya. Embun memandang Ibas dengan raut penuh pertanyaan, sejujurnya diakui dia sangat canggung berbicara dengan lelaki itu, hal tersebut membuatnya seringkali menjauhi Ibas, dia tak tahu apa dia perlu bersikap ramah karena pernah mengenalnya, atau dia harus berpura tak