Mayleen menatap kedua pria di depannya dengan bingung, pasalnya sejak mereka duduk di ruangan itu tidak sedikit pun dua pria di depannya bicara. Mayleen hanya melihat raut wajah yang berubah-ubah dari Manager Li ketika menatap benda persegi yang ada di tangannya. David meletakkan ponselnya di atas meja, sambil menyandarkan tubuhnya pria itu menatap Mayleen.
“Siapa namamu?” ujar David memulai percakapan. Manager Li pun menghentikan kegiatan berselancarnya di dunia maya.
“Mayleen,” jawab gadis itu singkat tanpa menatap wajah David. Manager Li tersenyum geli melihat tingkah gadis di depannya yang terlihat ketakutan.
“Di mana kau tinggal?” David menegakkan tubuhnya.
Ia merasa seperti menginterview seorang pegawai. Mayleen melirik David sekilas, wajahnya bersemu saat tahu David mentapnya tajam. Terlebih pria itu sangat tampan.
“Aku berasal dari laut.”
David mengernyit mendengar pernyataan tidak masuk akal dari Mayleen. Sedangkan Manager Li hanya bisa melongo. Ia berpikir gadis itu sedang melucu. David tidak ambil pusing tentang asal-usul Mayleen. Sejak awal bertemu dengan Mayleen, David sudah merasakan bahwa gadis itu gila dan aneh.
“Maksudmu, kau tinggal di dekat laut?” Manager Li mencoba meluruskan pernyataan Mayleen.
David menyela, “Aku tidak peduli kau berasal dari mana, bahkan dari luar angkasa sekali pun. Tapi sekarang kau harus menuruti perkataanku kalau mau tinggal di rumah ini.”
Mayleen mengangguk dengan semangat. Setidaknya ia memiliki tempat untuk tinggal sementara. David bersandar kembali, membiarkan Manager Li menjelaskan aturan selama di ‘karantina’. Manager Li menjelaskan pada Mayleen untuk tidak keluar tanpa izin sampai batas waktu yang belum ditentukan. Untuk itu Mayleen harus menjaga dan membersihkan rumah sebagai ganti biaya selama gadis itu tinggal.
Mayleen setuju dengan aturan-aturan tersebut meski ia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan. Yang terpenting saat ini adalah ia punya tempat tinggal.
“Aku rasa cukup penjelasannya. Aku pergi sebentar untuk membeli bahan makanan,” ucap Manager Li kemudian beranjak pergi.
Mayleen dan David saling berpandangan.Merasa malu akhirnya Mayleen memutuskan kontak mata di antara mereka. Mata almond Mayleen membulat saat melihat kolam renang yang ada di belakang rumah. Tembok kaca yang membatasi ruangan itu dengan kolam renang membuat Mayleen bisa leluasa menatap birunya air kolam.
“Laut!” pekik Mayleen sambil berdiri.
“Kolam renang,” celetuk David.
Mayleen meloncat girang dan berlari penuh semangat ke kolam renang mengabaikan David yang menatapnya kesal.
Bugh …
Mayleen terkapar dengan kening memerah saat menabrak pintu kaca. David menahan tawanya melihat tingkah konyol gadis itu. David berjongkok di samping Mayleen. menatap Mayleen yang berbaring tak berdaya di atas lantai.
“Lain kali, buka dulu pintunya,” ujar David sebelum beranjak pergi.
Bahkan pria itu tidak berniat menolongnya. Mayleen duduk dengan susah payah, kepalanya seketika pening. Mayleen mencoba berdiri meski sempoyongan gadis itu akhirnya mampu membuka pintu kaca di depannya.
Benda aneh, pikir Mayleen.
Udara hangat menerpa kulitnya, Mayleen selalu merindukan aroma angin laut yang sejuk dan menenangkan. Gadis itu merentangkan kedua tangannya sebelum menceburkan diri ke dalam kolam. Masih dengan baju kaos yang melekat di tubuh mungilnya ia berenang dengan riang. Ekor birunya muncul membuat Mayleen merasa ia hidup kembali. Mayleen muncul ke permukaan setelah beberapa lama berada di dasar kolam.
** * *
David membersihkan tubuhnya dengan air hangat. Air shower membasahi tubuh atletis pria itu, mengaliri setiap lekukan yang ada. Tubuh proposional untuk seorang aktor papan atas. Dibukannya salah satu lemari pakaian di walk in closet-nya setelah ia selesai mandi. David memilih baju kaos berbahan cotton combed yang lembut dengan brand yang sama seperti pakaian yang dicuri Mayleen.
pria itu tertawa kecil, bagaimana bisa ia membiarkan gadis yang mencuri pakaiannya tinggal di rumah ini. Teringat akan Mayleen, pria itu segera turun setelah mengganti pakaiannya.
Suara air kolam yang berisik menuntun kaki panjangnya mendekat. David yakin gadis itu sedang berenang di kolam. David membuka kaca mata hitamnya untuk melihat sesuatu yang aneh. Pria itu berdiri di tepi kolam saat Mayleen muncul dari dalam air.
“Siapa kau sebenarnya?” David menatap ekor biru Mayleen.
Mayleen ketakutan saat David menatapnya dingin. Dengan penuh keraguan gadis itu naik dari kolam renang. Perlahan ekornya menghilang dan digantikan sepasang kaki jenjang. Mayleen berdiri di depan David. Gadis itu mengira David akan lari atau berteriak . Namun David hanya diam dengan wajah datarnya.
“Kau tidak takut padaku?” tanya Mayleen membuat David memirigkan kepalanya. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Pria itu akui jika Mayleen gadis yang cantik, untuk apa dia takut. Kecuali masalah ekornya tadi, David akui dia ketakutan.
“Aku tidak takut dengan dugong sepertimu,” sahut David membuat Mayleen cemberut. Tidak terima dirinya disamakan dengan dugong. Mayleen mendekatkan diri pada David dan menatapnya garang.
“Aku bukan dugong. Aku putri duyung.”
David menahan tawanya ekspresi marah Mayleen ternyata sangat lucu. Bagaimana bisa seorang perempuan dewasa marah menunjukkan wajah imut seperti anak kecil.
“Di dunia kami kalian itu sama, jadi kau adalah dugong.”
David tersenyum lebar melihat Mayleen kesal. Sesekali gadis itu harus diberi pelajaran. David menyeret tangan Mayleen dan membawanya ke ruang tamu. Mayleen duduk manis dengan kepala tertunduk, pundaknya bergetar membuat David yang berada disampingnya mengernyit bingung.
“Kau kenapa?” David menundukkan wajahnya. Gadis itu menggeleng tanpa mengangkat kepalanya. David yang kesal akhirnya mengangkat dagu Mayleen. Sungguh David tidak tahu jika Mayleen menangis.
“Aku bukan dugong,” cicit gadis itu dnegan mata berkaca-kaca. David mengela napas dan menghembuskan pelan, hanya masalah sekecil itu Mayleen menangis. David menatap Mayleen kemudian berkata, “Baiklah kau bukan dugong. Kau mermaid, puas?” Mayleen mengangguk seraya menghapus air matanya.
****
Di luar sana para netizen beramai-ramai menanggapi foto ciuman David. Meski wajah perempuan itu tidak terlihat jelas, banyak yang berasumsi bahwa gadis itu adalah Jia Li. Mengingat mereka membintangi film yang sama membuat netizen beranggapan bahwa mereka terlibat cinta lokasi. Banyak pro dan kontra tentang cuitan tersebut yang menimbulkan gossip-gosip aneh lainnya.
“Apa kita perlu mengklarifikasinya?” ujar Manager Li menatap pria berambut putih di depannya. Pria itu tersenyum sambil bersandar.
“Tidak perlu, kita lihat bagaimana respon fans tentang hubungan mereka,” jawabnya dengan santai, ia pun melanjutkan, “Anggap ini sebagai pemanasan sebelum film mereka ditayangkan.”
Manager Li tahu ini akan menguntungkan. Tanpa sengaja gossip ini akan menarik perhatian masyarakat untuk menonton filmnya dan tentu akan berimbas pada kesuksesan mereka. Manager Li pamit setelah pembicaraan mereka selesai. Membeli bahan makanan adalah tujuannya saat ini.
Di sebuah café dekat dengan tempat pertemuannya, tidak sengaja pria itu melihat Jia Li bercengkrama dengan seorang reporter senior. Melihat keakraban kedua orang itu membuat Manager Li berpikiran jika reporter Chen sedang mencari informasi tentang hubungan Jia Li dan David.
Jurnalis selalu mempunyai seribu satu cara untuk mendapatkan informasi, pikir Manager Li sebelum pergi.
* * *
David masih setia menunggu penjelasan dari gadis itu. Mayleen meneguk segelas air sampai tandas kemudian mengusap bibirnya dengan tangan.
“Cepat jelaskan padaku, apa tujuanmu sebenarnya?” tanya David mengulang kembali pertanyaannya. Mayleen meletakkan gelas bening di atas meja. Menatap David yang menuntut jawaban.
“Aku mencari seorang pria yang membawa mutiaraku. Tanpa itu aku tidak bisa bertahan hidup,” jelas Mayleen membuat David mengerutkan dahinya.
“Pria? Siapa?”
Mayleen menggeleng, ia pun tidak tahu siapa nama pria itu. Bahkan wajahnya masih samar-samar dalam ingatan. Yang Mayleen ingat adalah lekuk tubuh yang kekar serta wangi tubuh yang menggoda.
“Apa kau bisa menggambarnya?” Jika David bisa menemukan pria yang Mayleen semakin cepat ia terbebas dari Mayleen dan hidupnya kembali normal. David membayangkan hal itu akan segera terjadi.
“Aku tidak yakin, tapi akan kucoba.”
David menyerahan selembar kertas dan sebuah pensil pada Mayleen. Gadis itu mencoba mengingat wajah pria yang ditolongnya. Sesekali Mayleen tersenyum dan tertawa sendiri. Bukannya menggambar Mayleen malah sibuk menghayal dan membuat David kesal.
“Mulailah menggambar!” intrupsi David membuat Mayleen tersadar dari pikirannya.
David dengan sabar menunggu hasil gambar dari gadis itu. Beberapa saat kemudian Mayleen menyerahkan hasil coretan tangannya. David memerhatikan hasil gambar Mayleen. David memiringkan kepalanya berharap tidak salah melihat.
“Kau yakin ini orangnya?” kata David tanpa menatap Mayleen. Dengan antusias gadis itu menjawab, “Aku sangat yakin, aku masih mengingatnya dengan jelas.”
David menatap Mayleen tajam.
“Yak! Mana ada manusia seperti ini. Ini lebih mirip seperti pinokio berbadan kekar. Hidung panjang, mata bulat besar, tangan kakinya kurus dan tubuh six pack,” ujar David mendeskripsikan hasil gambar Mayleen.
David pikir jika gambar gadis itu lebih mirip dengan makhluk luar angkasa dari pada manusia. Pria itu meletakkan kertas gambar Mayleen, mencari pria dengan ciri-ciri aneh seperti itu sangat mustahil. Sampai ke ujung dunia pun ia tidak akan menemukannya.
“Aku bisa mengenalnya jika kami bertemu,” ujar Mayleen membuat David menatapnya dingin.
“Semoga kau cepat bertemu dengannya. Dan ingat satu hal—“ David mencondongkan tubuhnya pada Mayleen, “jangan seret aku dalam masalahmu.”
David berdiri ingin pergi dari rungan itu, namun Mayleen memegang erat kakinya. David mencoba melepaskan tangan Mayleen.
“Aku mohon bantu aku,” ujarnya pada David.
“Lepaskan kakiku!” seru David mencoba melepaskan diri.
Mayleen menggeleng, sebelum David membantunya ia tidak akan melepaskan pria itu. Aksi saling tarik pun terjadi, tubuh David limbung, kakinya terpelesat membuat ia terjatuh di atas sofa menindih tubuh mungil Mayleen. David menahan berat tubuhnya dengan kedua tangannya. Sejenak mereka saling bertetapan. Bibir merah pria itu begitu menggoda Mayleen, rasa lembut yang sesaat lalu ia rasakan dari bibir itu membuat Mayleen candu.
Seperti dihipnotis tangan gadis itu terangkat menyentuh rahang tegas David. Pria itu membeku merasakan belaian lembut tangan Mayleen. Mata indah gadis berambut panjang itu seketika menggodanya. Wajah mereka semakin mendekat, Mayleen mengalungkan kedua tangannya di leher David. Hembusan napas masing-masing dapat mereka rasakan ketika hidung mereka saling bergesekan, jarak pun semakin terkikis. Hingga akhirnya ….