“…18 … 19 … 20.”
Tubuh David terkapar di atas lantai setelah menyelesaikan push up sebanyak 20 kali. Perjuangannya malam ini untuk bisa tidur nyenyak meski ia sudah mencoba berkali-kali untuk memejamkan mata tapi usahanya nihil. Tidak ada acara lagi selain olahraga malam. Napasnya naik turun, menatap langit-langit kamar. Peluh bercucuran dari tubuhnya membuat David membersihkan diri malam-malam.
Siraman air hangat yang mengguyur tubuh telanjangnya tidak membuat David lebih baik. Ia merasa gelisah dan tentu pikirannya terus dibayangi Mayleen. Apakah gadis itu sudah tidur? Apa dia tidur di kamarnya? Apa dia bisa tidur sendiri? Dan masih banyak pertanyaan yang tersimpan dalam otakya.
David menyudahi acara mandinya, sampai pagi pun ia tidak akan bisa tidur sebelum tahu Mayleen baik-baik saja. Dengan menggunakan piyama, David keluar dari kamar. Matanya tertuju pada seorang gadis yang tertidur dengan memeluk kedua lututnya. Mayleen masih berada di depan kamarnya, bahkan gadis itu tertidur sangat pulas. Dengkuran halus keluar dari mulutnya.
David berjongkok di samping Mayleen. Pria itu bermaksud untuk membangunkan gadis itu namun ia urungkan. David takut menggenggu Mayleen yang sudah terlelap. David duduk di samping Mayleen dengan punggung yang bersandar di tembok.
David merangkul tubuh Mayleen membuat gadis itu mengerang dan meluruskan kakinya yang mulai terasa pegal. Mayleen menjadikan paha David sebagai bantal tidur. Napasnya menghembus teratur membuat David tersenyum tipis. Akhirnya perasaan pria itu sedikit lega, ia bisa tidur dengan nyenyak malam ini. David menguap, mata hitamnya mulai berair, dalam sekejam ia sudah terlelap.
****
Manager Li hanya bisa mengucek matanya menatap pemandangan di depannya. Pagi yang cerah di sebuah rumah tepat di pagi pertama saat sampai di Sanya ia harus melihat romansa anak muda. Li menyesal tidak menginap saja malam kemarin di rumah David. Lihatlah mereka terlihat tertidur pulas di lantai. Mayleen masih asik mendengkur dengan kepala di atas pangkuan David, dan pria jangkung itu duduk manis dengan kaki selonjoran dengan mata yang masih terpejam.
Pemandangan itu sontak membuat Li merindukan istrinya lagi. Sungguh mereka membuat jiwa masa mudanya kembali membara. Manager Li merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya. Beberapa gambar ia ambil melalui kamera ponsel, ini akan menjadi kenangan suatu saat nanti. Senyum miring ia tujukan pada dua orang itu.
“Kalian terlalu naif untuk bilang cinta,” gumam pria berkaca mata itu diiringi senyuman tulus.
Manager Li bisa memastikan jika Jessica melihat David saat ini mugkin seminggu lagi dirinya akan mendapat undangan pernikahan. Ibu David sudah tidak tahan untuk memiliki cucu, tapi anaknya sampai saat ini masih sendiri. Wajah tampan dan kaya raya belum menjamin seorang David mudah mendapatkan jodoh.
David pria yang tidak peka terhadap perasaannya sendiri. Ia bahkan tidak menyadari Mayleen telah merebut sebagian hatinya. Hanya menunggu waktu saja David dengan sukarela akan menyerahkan seluruh hatinya pada wanita itu.
Gadis manis dan polos seperti Mayleen akhirnya mampu menghangatkan bongkahan es hingga mencair secara perlahan.
Manager Li duduk di samping David bersandar pada bahu kekar pria itu. David yang merasa bahunya berat segera bangun dari tidurnya. Didorongnya kepala Manager Li.
“Kenapa? Aku mau tidur.”
Manager Li kembali menyenderkan kepalanya di bahu David dan lagi-lagi pria itu menolaknya. David menatap tajam managernya yang bersikap aneh. David merasakan kakinya pegal. Gerakan Mayleen yang tertidur di pangkuannya membuat David tersadar bahwa mereka tidur di luar kamar.
Mayleen mendudukkan tubuhnya sambil mengucek kedua mata yang masih berat untuk terbuka. Rambut yang acak-acakan sehabis bangun tidur membuat David terpesona.
Manager Li menyenggol lengan David menyadarkan pria itu dari lamunannya. David segera berdiri, ia membuka pintu kamarnya membuat Manager Li yang bersandar di depan pintu terjungkal ke belakang.
“Kau baik-baik saja?” ujar Mayleen menatap Li yang meringis kesakitan.
“Aku baik-baik saja. Cepat bersiap kita akan berangkat ke lokasi syuting,” ujar Li membuat Mayleen pergi ke kamarnya.
Membersihkan diri adalah hal yang paling Mayleen suka, ia bisa berendam sambil mengeluarkan ekornya. Sudah lama ia tidak mengeluarkan ekornya di dalam bak mandi. Rasanya ia kembali hidup setelah ekornya muncul. Suara ketukan pintu membuat Mayleen buru-buru menghilangkan ekornya. Ia segera mengeringkan badan dan memakai pakaian.
David berdiri di depan kamarnya dengan berkacak pinggang, pria itu menunjuk jam tangan yang melingkar ditangannya.
“Kau mau membuat aku terlambat lagi?” Mayleen tahu apa maksud David, ia pasti sudah lama menunggu dirinya di luar.
Mayleen menunduk ia takut menatap David. Bukannya marah kini David merasa gugup. Wajah polos itu seolah ingin dicium. David mengalihkan tatapannya, ia pergi tanpa bicara sepatah pun.
Mayleen mengikuti David dari belakang, kali ini mereka tidak sarapan membuat Mayleen harus menahan lapar. Mobil hitam melaju meninggalkan rumah mewah itu.
“Mayleen bagaimana tidurmu semalam?” tanya Li membuat David menarik napas dalam-dalam.
“Baik, aku tidur nyenyak,” ujarnya gembira.
David yang mendengarnya merasa gugup, mengusap lehernya dengan pelan.
Apa Mayleen tidur nyenyak karena diriku? batin David sambil senyum-senyum sendiri.
“Benarkah? Apa karena David?”
Manager Li kembali bertanya. Mayleen melirik pada David yang sejak tadi hanya diam.
“Mungkin aku kelelahan,” ujar Mayleen membuat senyum tipis David memudar.
Aktor tampan itu memalingkan wajahnya ke luar jendela, membuat Li tersenyum geli.
“Dasar, tidak tahu terima kasih,” gumam David.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di lokasi syuting. Mengingat jadwal padat membuat David tidak bisa mengawasi Mayleen. Tentu hal tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Mayleen mendekati Sean.
Mayleen duduk di ujung kursi panjang tempat Sean berada. Pria itu sibuk dengan ponselya sampai tidak menyadari keberadaan Mayleen. Gadis itu menatap David sebentar kemudian menggeserkan tubuhnya mendekat pada Sean. Saat David melihat ke arahnya, Mayleen berpura-pura mengalihkan pandnagannya dan berhenti mendekati Sean.
Setelah David sibuk lagi, Mayleen kembali mendekat pada Sean hingga kini ia duduk di samping pria itu. Sean yang sedang break syuting menatap Mayleen dengan senyum lebar. Mayleen duduk manis di samping Sean.
“Kau terlihat cantik hari ini,” rayu Sean sesekali melirik ada David.
Wajah Mayleen bersemu merah. Sean kembali menatap ponselnya, raut wajahnya kembali berubah.
“Kau terlihat sangat sibuk?” ujar Mayleen.
Sean kembali menatapnya setelah memasukkan ponsel ke saku. “Ada sedikit masalah.” Sean meraih botol minumannya dan meneguk air untuk memasahi kerongkongan.
“Kau mau pergi bersamaku akhir pekan nanti?” tanya Sean.
Mayleen megangguk antusias, ia tidak sabar menanti akhir pekan.
“Tapi, bagaimana dengan mutiaraku?” tanya Mayleen.
Sean tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada Mayleen membuat gadis itu memundurkan tubuhnya.
“Aku akan memberikannya di saat yang tepat.”
Setelah mengatakan hal itu Sean pergi meninggalkan Mayleen. Sepertinya gadis itu harus bersabar.
Mata Mayleen membulat ketika melihat seekor kucing berjalan mendekatinya. Mayleen berdiri di atas kursi menghindari kucing hitam itu. Mata yang tajam bulu yang menyeramkan membuat Mayleen ketakutan, ia tidak mau menjadi santapan makhluk darat seperti kucing. Si hitam semakin mendekat membuat Mayleen gemetar saat kucing itu berada di bawah kursi yang Mayleen gunakan.
“ Hush… pergi,” ujarnya dengan suara kecil.
Kucing itu mengeong tanpa peduli dengan Mayleen. Merasa takut menjadi santapan kucing hitam itu, secepat kilat Mayleen berlari tanpa arah.
Brruk..
Tubuh gadis itu terjatuh ketika menabrak seseorang di depannya. Mayleen mengangkat kepalanya melihat orang yang berada di bawah gadis itu. Pria tampan berkulit putih bersih dengan mata sipit menatapnya dengan lembut. Mayleen terdiam sesaat sebelum akhirnya ia beranjak dari atas tubuh pria itu.
“Maaf,” ujar Mayleen dengan kepala menunduk.
Ia benar-benar tidak sengaja menabrak pria itu hingga membuat jasnya kotor. Mayleen menoleh ke arah David, beruntung pria itu tidak melihatnya jika ia tahu Mayleen membuat kesalahan bisa dipastikan dirinya akan menerima hukuman lagi.
Pria tampan itu membersihkan jasnya dari debu, seorang pria berpakaian serba hitam datang menghampirinya.
“Tolong ambilkan jasku yang lain,” katanya pada pria berbadan kekar setelah memberikan jasnya yang kotor.
Pria itu tersenyum membuat matanya yang sipit semakin tidak kelihatan. Mereka saling berhadapan.
“Namamu Mayleen, kan?’ tanya pria itu tanpa amarah sedikit pun.
Ia sepertinya bisa memaklumi kecerobohan Mayleen. Sepertinya dia pria yang baik.
“i…iya,” ujarnya singkat. Pria itu mengangguk dan mengulurkan tangannya.
“Aku Xiao Yi, senang bertemu lagi dengan wanita cantik sepertimu, Mayleen.”
Mayleen tersipu mendengar kata cantik keluar dari pria tampan itu. Sekali pun David tidak pernah memujinya meski mereka selalu bersama. Tapi pria di depannya tidak ragu sedikit pun mengatakan bahwa ia cantik. Tanpa ragu Mayleen menyambut uluran tangan Xiao Yi.
Pria berbadan kekar yang tadi membawa jas Xiao Yi kini kembali dengan jas hitam yang bersih dan rapi. Xiao Yi pun mengenakannya. Xiao Yi tidak hanya terlihat tampan tapi juga dewasa dan keren. Mayleen sempat berpikir kenapa para lelaki bisa setampan itu.
“Kau sudah datang?”
Suara seorang perempuan membuat Mayleen membalikkan badannya. Jia Li berjalan menghampiri Xiao Yi dan mencium pipi pria itu.
“Aku baru sampai,” sahutnya membuat Jia Li tersenyum.
Mayleen melihat kemesraan keduanya hanya tersenyum tipis. Mereka terlihat sangat serasi sebagai pasangan, Jia Li sunggu sangat beruntung bisa mendaptkan pria tampan dan kaya seperti Xiao Yi.
Jia Li menatap Mayleen yang berada di belakangnya. Wanita itu mendekat, membuat Mayleen sedikit takut. Terakhir kali mereka bicara mengenai masalah David dan wanita itu melarangnya untuk dekat dengan David. Apakah Jia Li akan marah tahu jika ia tidak sengaja menabrak Xiao Yi?
“Mayleen apakah aku bisa meminta bantuanmu?”
Mayleen menatap bingung pada wanita di depannya. Jia Li terlihat berbeda dari sebelumnya. Gadis itu terlihat manis dan anggun dengan tutur kata yang lembut. Mayleen mengangguk ia tidak punya alasan untuk menolak.
“Bisakah kau temani Xiao Yi jalan-jalan? Aku akan membayarmu jadi kau tidak perlu khawatir,” ujar Jia Li membuat Mayleen terdiam. Wanita itu melirik pada David yang sedang berakting tidak jauh dari tempatnya berdiri.
“Maaf, tapi aku arus bekerja dengan David. dia akan marah dan menghukumku kalau pergi tanpa izin,” ujar Mayleen.
“Aku akan katakana pada David supaya mengizinkanmu. Kau tidak perlu khawatir,” bujuk Jia Li.
Mayleen ragu, ia tidak tahu bagaimana cara menolaknya, di samping itu ia juga merasa bersalah telah menabrak Xiao Yi tadi.
“Kau tidak perlu takut padaku Mayleen. Aku orang yang baik.”
Xiao Yi tersenyum lebar. Mayleen masih takut dengan kejadian di Haiko.
“Tapi….”
“Ayolah Mayleen,” bujuk Jia Li.
“Baiklah,” ujar Mayleen membuat Jia Li tersenyum lebar.
Mayleen dan Xiao Yi pergi meinggalkan lokasi syuting. Di dalam mobil Mayleen merasa ketakutan melihat dua orang berbadan besar duduk di depannya. Xiao yi yang melihat hal tersebut kemudian menggenggam tangan Mayleen. Gadis itu menarik tangannya dengan cepat. Ia benra-benar takut.
“Jangan takut seperti itu, mereka juga orang baik.”
Xiao Yi menatap kedua orang di depannya, “Ko, Feng, perkenalkan diri kalian,” ujarnya membuat dua orang di depan serempak menoleh ke belakang.
“Kau bisa memanggilku Ko. Aku pengawal Tuan Xiao Yi,” ujarnya lembut membuat Mayleen tersenyum tipis.
“Aku Feng sopir pribadi Tuan Xiao Yi.”
Kini giliran pria yang duduk di belakang kemudi memperkenalkan namanya.
Mayleen merasa lega ketiga orang itu terlihat sangat ramah padanya. Mayleen mulai merasa aman. Gadis itu melongokkan badanya melihat wajah Ko yang lucu. Kumis tebal milik pria berotot itu membuat dirinya terlihat sangar, mengingatkan Mayleen pada ikan berkumis. Ko menatap Mayleen bingung pasalnya gadis itu terus menatapnya.
“Ada apa?” tanya Ko mmebuat Mayleen menggaruk kepalanya.
“Itu… kau dapatkan dari mana?” tunjuk Mayleen pada kumis Ko.
“Itu kumis yang Ko rawat sejak dulu. Apa kau tertarik?” tanya Xiao Yi membuat Mayleen mengangguk antusias.
Xiao Yi terkekeh geli melihat sifat Mayleen seperti anak sekolah dasar. Gadis itu benar-benar polos, tapi iya masih belum yakin gadis seperti Mayleen bisa mengalahkan Jia Li untuk merebut hati David.
“Baiklah Feng antarkan kami ke mall, aku ingin membelikan Mayleen kumis,” ujar Xiao Yi membuat Mayleen tersenyum senang.
***
David mengacuhkan makananya sedari tadi. Matanya menatap dengan jeli seluruh area syuting.
Ke mana gadis itu pergi? batin David ketika ia gagal mendapatkan sosok yang dicari.
Jia Li berjalan menghampirinya, gadis itu duduk menempel dengan David.
“Sepertinya kau mencari seseorang,” ujar Jia Li sambil memeluk lengan kekar David.
Pria itu melepakan tangannya namun Jia Li kembali memeluk erat lengan David. merasa usahanya akan sia-sia David membiarkan wanita itu memeluk lengannya sesuka hati.
David masih bugkam, ia enggan bicara pada wanita berhati batu di sampingnya. Ia memilih diam dari pada bicara pada Jia Li.
“Apa kau mencari Mayleen?”
David menatap Jia Li tanpa bicara sedikit pun. Jia Li tersenyum tahu apa yang sedang David pikirkan. Biasanya Mayleen akan menemani David makan siang tapi sekarang gadis itu menghilang dari pandangan.
“Aku lihat dia pergi bersama Xiao Yi. Aku tidak tahu mereka ke mana,” kata Jia Li membuat kening David mengkerut.
“Apa kau tidak salah lihat?” tanya David tidak percaya.
Bagaimana mungkin Mayleen dan Xiao Yi begitu dekat. Mereka hanya pernah bertemu seklai saat pesta. David masih belum bisa mempercayainya. Jia Li melepaskan pelukan pada lengan David. Wanita itu memberikan David sebuah foto yang sempat ia ambil ketika Mayleen masuk ke dalam mobil Xiao Yi.
David masih belum percaya, namun bukti itu cukup membuat dirinya gelisah. Ia khawatir terjadi sesuatu pada gadis itu. Mayleen terlalu baik untuk tahu niat buruk seseorang. David berdiri dari duduknya membuat kursi yang ia duduki tidak seimbang. Alhasil membuat Jia Li terjatuh dan meringis kesakitan.
“Oops… maaf aku lupa kalau kau masih duduk di sana,” ujar David sebelum pergi. Tidak ada niat sedikit pun dari David untuk menolong Jia Li.
“David, tunggu!” teriak Jia Li yang masih duduk di rerumputan.
David terus berjalan tanpa menghiraukan Jia Li.
“Kau akan mendaptakan hukuman yang panas Mayleen,” ujarnya dengan seringai.