*
"Mari bercerai,Vidya."ucap Amar.
"Kenapa?"tanya Vidya yang menatap lurus suaminya dan berharap masih ada sedikit rasa cinta yang tertinggal dimata Amar.Sehingga ia masih memiliki alasan untuk mempertahankan pernikahannya.
Vidya mungkin adalah wanita yang paling bodoh didunia.Karena masih berharap pada Amar,suaminya yang jelas-jelas telah berkhianat dibelakangnya.Tetapi bukan tanpa alasan mengapa Vidya bersikap demikian.
Dalam hidupnya Vidya selalu mengalami perpisahan.Kini hanya Amar yang dimilikinya.Jika Amar pergi meninggalkannya tidak menutup kemungkinan bahwa Vidya bisa benar-benar gila dalam kesendirian.
"Saya mau menikahi Sahara,dia hamil anak saya."terang Amar dengan tatapan datar.
"Saya gak masalah mas,selama mas masih disini sama saya.Saya rela berbagi mas dengan perempuan lain."ucap Vidya yang mencoba membujuk Amar untuk tidak menceraikannya.
Seketika Amar tertawa terbahak-bahak.Tetapi lama-kelamaan tawa itu berubah menjadi sebuah rintihan rasa sakit yang disertai dengan jatuhnya air mata pria itu.
Bukankah aneh disaat mereka membicarakan perceraian justru Amarlah yang menangis.Bukan Vidya yang jelas-jelas menolak bercerai.
"Saya tersiksa Vid.Tolong lepaskan saya!"pinta Amar dengan suara lirih dan mata memerah mencoba menahan tangisnya.
"Mas,maaf kalau saya ada salah.Tapi jang...
"CUKUP VID,SAYA MUAK.SAYA MUAK SAMA KAMU."teriak Amar yang sudah tidak dapat lagi menahan emosinya.
Teriakan Amar dan air mata pria itu menjadi bukti betapa ia telah berada dititik paling lelah dalam hidupnya.
Vidya Arum,wanita cantik yang telah lama dicintainya dan telah ia nikahi sejak tiga tahun silam merupakan sosok yang baik hati dan penyayang.
Wanita sejuta pesona yang membuatnya jatuh cinta sejak pandangan pertama.Ketika ia berhasil menikahi Vidya kebahagiaan begitu memuncah dihatinya.Tetapi entah dimana semua bermula.
Tidak ada lagi sosok istrinya yang baik hati dan cantik.Kini yang ada dihadapannya hanyalah sosok wanita setengah gila yang sedang memiliki sedikit kesadarannya.
Bukannya Amar tidak berusaha tetapi dalam rentang dua bulan terakhir ini.Amar sudah benar-benar diambang batasnya.
"Mas,saya mohon jangan seperti ini.Saya mohon mas."ucap Vidya dengan nada panik dan mata yang melirik ke sembarang arah yang menunjukan kalau wanita itu mulai tidak fokus.
"Ini mimpi....ini mimpi...Mas Amar gak mungkin ninggalin aku."ucap Vidya yang perlahan-lahan mulai meracau dan berulang kali mengucapkan kata yang sama.
Amar yang melihat Vidya mulai kembali kehilangan kewarasannya hanya bisa menangis.Air mata pria itu jatuh bercucuran melihat wanita yang sebenarnya masih sangat dicintainya ini berakhir dalam kondisi yang menyedihkan.
"Maafkan Mas,Vid...Maaf."lirih Amar dengan isak tangis.
**
Senandung merdu yang membawa rindu.
Kan ku temukan dimana pun kau menunggu.
Aku sang pemimpi yang akan selalu memimpikanmu.
Duhai Jagadtaraku.
Lirik syair yang dilantunkan oleh Vidya mengisi kekosongan ruangan serba putih dimana kini ia berada.Dengan mengunakan pakaian serba putih Vidya duduk disatu-satunya tempat tidur yang tersedia diruangan itu.
Memandang keluar jendela Vidya melantunkan lirik syair yang sama secara terus-menerus.Wajah pucatnya tidak melunturkan kecantikan alami yang dimilikinya.
Vidya bersenandung kemudian tersenyum.Bersenandung lagi kemudian tersenyum lagi.Terus-menerus tidak berhenti dan ini sudah terjadi selama dua hari.
Dua hari yang lalu Amar akhirnya mengirim Vidya kerumah sakit jiwa.Tempat yang menurut Amar sangat aman bagi Vidya yang pasti akan benar-benar menjadi gila.
Sejak kedatangannya tidak sekalipun kewarasan Vidya kembali.Padahal biasanya walaupun hanya sebentar ada saat-saat dimana Vidya benar-benar sadar.Tetapi kini Vidya benar-benar telah berada didunia imajinasinya sendiri.Setidaknya begitulah kesimpulan yang dikatakan oleh dokter yang merawatnya.
Andai yang merawat Vidya bukan dokter tetapi ahli spiritual.Maka semuanya pasti akan berbeda.Karena hanya mereka yang memiliki mata batin yang mampu melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi pada Vidya.
**
Jagadtara bergeming dan sosoknya yang berdiri tidak jauh dari Vidya.Hanya mampu menahan segala rasa yang kini sedang membuncah dihatinya.
Lantunan syair yang disenandungkan oleh Vidya.Mengingatkannya pada masa dimana dirinya dan Vidya dimasa lalu saling mencinta.
Jagadtara ingin mendekat,ingin kembali memeluk wanita itu didalam dekapannya dan mengatakan padanya semua akan baik-baik saja.
Tetapi ia tidak bisa.Kini ia dan Vidya berbeda.Tidak peduli meski perasaannya tetap sama seperti tujuh ratus tahun silam.Ia hanya akan membawa kebinasaan jika berani menantang hukum alam.
Jagadtara ada disekitar Vidya selama ini hanya untuk memenuhi janji terakhirnya.Janji yang diminta oleh Vidya dimasa lalu.Janji yang membuat Jagadtara meninggalkan semedi seribu tahunnya yang mampu membuatnya menjadi dewa.
Gendis berjalan dengan langkah pasti diatas lantai keramik putih disebuah lorong penuh cahaya lampu.Untuk ukuran sebuah rumah sakit jiwa harus Gendis akui.Jika rumah sakit jiwa yang sedang ia datangi ini cukup bagus.
Fakta tentang sang pemimpi yang ternyata bernama Vidya Arum ini cukup mengejutkan Gendis.Menurut informasi yang diterimanya Vidya Arum mulai menunjukan gejala kegilaan yaitu halusinasi sejak setahun yang lalu.Dan dua hari yang lalu pria yang akan segera menjadi mantan suaminya telah mengirimnya kerumah sakit jiwa.
Didorong oleh ucapan Tuji yang mengatakan bahwa Vidya akan terlibat.Diam-diam tanpa sepengetahuan Ningrum.Gendis mencari tahu tentang Vidya dan kini mendatangi rumah sakit jiwa tempat Vidya dirawat.
Vidya dirawat diruangan vip dilantai delapan rumah sakit tersebut.Ketika pertama kali datang Gendis langsung menyadari.Bahwa Amar,pria yang akan segera menceraikan Vidya ternyata masih peduli pada wanita itu.
Rumah sakit yang bagus,ruang rawat khusus,serta dokter yang menangani Vidya bukanlah dokter sembarangan membuat Gendis menarik kesimpulan. Meski akan bercerai,Amar tetap bertanggung jawab secara finansial terhadap Vidya.Yang artinya Gendis tidak bisa bernegosiasi mengenai imbalan berupa uang kepada Vidya.Jika wanita itu benar-benar akan terlibat nantinya.
Berada didalam lift yang akan membawanya kelantai dimana ruang rawat Vidya berada.Gendis mengingat kembali informasi tentang Vidya yang diterimanya.Kehidupan Vidya sangatlah normal terlebih untuk seseorang yang merupakan sang pemimpi.Meski ada beberapa kejadian yang memilukan tetapi itu hal wajar yang pasti akan dialami oleh semua manusia.
Yang janggal justru kegilaan yang kini diidap oleh Vidya.Menurut laporan Vidya mengalami psikosis,gangguan jiwa dimana Vidya tidak dapat membedakan kenyataan dan halusinasi.Tetapi Gendis tidak yakin tentang hal itu.Bagaimana mungkin orang gila menjadi sang pemimpi.
Karenanya Gendis memutuskan untuk melihat sendiri seperti apa sang pemimpi ini.Dan jika tujuannya untuk menyelamatkan arwah Nana tercapai.Maka apa pun yang diinginkan oleh Vidya yang bersifat duniawi. Gendis percaya diri bisa mengabulkannya.
Sesampainya dilantai delapan Gendis keluar dari dalam lift.Tetapi alih-alih berjalan ketempat tujuannya Gendis hanya terdiam ditempatnya.Pagar gaib yang kini ada dihadapannya menghalangi langkahnya.Bukan tidak mampu menembus pagar gaib tersebut.Tetapi Gendis malas jika harus beradu argumen dengan Jagadtara yang ia yakini sebagai orang dibalik pagar gaib yang kini menyelimuti seluruh area lantai delapan.
Mengeluarkan sedikit aura magisnya.Gendis tidak harus menunggu lama untuk kehadiran Jagadtara dihadapannya.
"Berani sekali kau,sada hua!"hina Jagad dengan penghinaan khas alam kedua.
Jika ini dialam kedua dapat dipastikan akan terjadi pertumpahan darah karena penghinaan yang dilontarkan oleh Jagadtara.Tetapi tidak peduli pada apa pun Gendisa hanya menatapnya datar.Ia sudah tau bahwa Jagad membencinya jadi untuk apa ribut jika Jagad menghinanya.
"Sang pemimpi berada disini."ucap Gendisa dengan ekspresi datar khasnya.
"Siapa yang mengizinkanmu kemari?"tanya Jagad dengan tatapan tajam dan aura mengintimidasi khas siluman yang membuat suasana sekitar menjadi mencekam.
"Aku tak butuh izin siapa pun."jawab berani Gendis walau diam-diam ia merapalkan mantra untuk menahan aura siluman Jagadtara yang terasa begitu menyesakkannya.
Seolah tidak terjadi apa pun diantara mereka berdua.Gendis melangkahkan kakinya begitu saja melewati Jagad.Gendis tau dengan pasti sekalipun Jagad membencinya setengah mati.Jagad tak akan berani melukainya.Semua karena Nyai Laran yang merupakan guru bagi Gendisa adalah seorang manusia yang tak mungkin Jagad kecewakan.
***
Kaca besar yang menjadi pembatas antara ia dan Vidya.Membuat Gendis bisa melihat seperti apa sosok Vidya yang sebenarnya.Meski sebelum datang Gendis sudah melihat seperti apa wajah Vidya melalui foto Vidya yang didapatkannya.Tetapi melihat langsung seperti ini membuat Gendis mendapatkan persepsi yang berbeda.Vidya benar-benar tidak gila.Tetapi Vidya sedang dalam fase Deja Vu.Fase kesadaran tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia.
Kini setelah melihat langsung Vidya yang benar-benar adalah sang pemimpi.Gendisa justru tersadar oleh ingatan akan janji temu dengan Nur Laila.Tiga hari telah berlalu sejak pertemuan mereka diGiri Abuan.Dan hari ini Gendis akan pergi kesana untuk melihat keadaannya serta menyusun rencana untuk masuk kesarang pemuja setan tempat arwah Nana ditahan dan menyelamatkannya.
Jika Vidya benar-benar akan terlibat dalam penyelamatan arwah Nana seperti apa yang dikatakan tante Tuji.Apa peran Vidya?apa yang bisa dilakukan oleh seseorang yang kini dalam proses pencerahan ini.
Tersadar akan keadaan yang cukup membingungkan baginya.Gendisa mengalihkan pandanganya dan menatap Jagad yang berdiri tak jauh darinya.
Jagadtara yang bisa merasakan tatapan Gendisa padanya seketika melirik tajam pada Gendisa.Tatapan dan lirikan itu hanya terjadi sesaat tetapi ketika pandangan mereka kembali fokus pada Vidya.Tidak hanya Gendis,Jagad pun dibuat menahan napas akan sikap aneh Vidya.