*
Ningrum memijat keningnya sambil menatap Gendis yang akhirnya kembali setelah melakukan Lepas Raga.Keinginannya untuk memarahi Gendis karena telah melakukan Lepas Raga tanpa dirinya hilang seketika yang kini menyebabkan ia sakit kepala.Semua karena pertanyaan dan penjelasan Gendis yang membuatnya terdiam.
"Kakak,apakah cincin penghubung yang dimiliki ibu disimpan dengan baik?"tanya Gendis yang baru saja kembali memasuki tubuhnya.
"Apa maksudmu?"tanya balik Ningrum yang padahal sudah bersiap untuk mengeluarkan amarahnya tetapi menjadi binggung karena pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan oleh Gendisa.
Cincin penghubung adalah benda buatan manusia setengah dewa yang dulu diperintahkan untuk tetap tinggal dialam ketiga setelah perjanjian tiga alam dibuat.
Cincin itu sepasang dan keduanya dibuat dari logam yang berasal dari alam pertama.Diberikan oleh para Dewa sebagai hadiah perpisahan ketika mereka kembali ke alam langit dan mengunci gerbang langit.Sehingga hubungan antara dewa dan manusia yang telah terjalin ribuan tahun lamanya berakhir kala itu.
Ada satu karakteristik cincin penghubung buatan setengah dewa itu yang menarik yaitu dialam mana pun dan dalam kondisi apa pun sang pemilik cincin itu berada.Mereka dapat berkomunikasi satu sama lain.
Dan hal inilah yang ditemukan oleh Gendisa ketika kembali ke hari sebelumnya menggunakan Lepas Raga.Disaat Nana melompat bunuh diri ia ternyata mengenakan salah satu cincin penghubung yang dimana satu cincinnya yang lain kini sedang tergantung di leher Gendisa.
Cincin penghubung yang ada pada Gendis awalnya dimiliki oleh Ayah mereka dan pasangan dari cincin itu tentu saja dimiliki oleh ibu mereka .Tetapi sudah lama sang ibu melepaskan cincin itu dan menyimpannya.Sedangkan ayah mereka memberikan cincin itu pada Gendis sebelum ajal menjemput sang ayah.
Ningrum juga sebenarnya menyukai dan menginginkan cincin itu.Tetapi karena ia dan Gendis sudah terhubung melalui telepati.Makanya ketika sang ibu ingin memberikan cincin itu padanya.Ia menolaknya dan mengatakan pada sang ibu untuk menyimpannya saja.
Dan jika kini cincin yang seharusnya tersimpan itu justru ada pada Nana maka hanya ada satu kemungkinan.Cincin itu sudah pasti dicuri dan baik Ningrum maupun Gendis tau dengan pasti siapa pelakunya.
"Sial!tidak hanya licik dia juga seorang pencuri.Tetapi ini juga salahku karena tidak memeriksa peninggalan ibu dengan benar."ucap Ningrum.
**
Setelah kembali dan mengetahui alasan kenapa ia bisa mendengar suara teriakan minta tolong Nana.Pikiran Gendisa menjadi kacau.Gendisa tidak pernah membenci Nana meskipun hanya penggabaian yang selama ini ia lakukan terhadap sepupunya itu.
Kini Gendisa tidak mengerti akan dirinya sendiri.Ia bisa pergi,berpaling seperti yang biasa ia lakukan.Tetapi disisi hatinya yang lain ia ingin menolong Nana.
"Kakak,apa mungkin arwah perawan bisa melahirkan Himera?"tanya Gendis yang duduk berhadapan dengan Ningrum.
"Entahlah!banyak hal yang bisa terjadi jika itu berhubungan dengan tiga alam.Dimasa lampau Satan terlahir dari arwah perawan.Tetapi itu dengan cara menyimpang yang membutuhkan banyak pengorbanan.Sedangkan Himera itu jelas sudah lain cerita."jelas Ningrum.
"Tapi bukankah dimasa lalu pernah ada seorang Himera?"tanya Gendis kembali.
"Benar,dan karena keberadaannya alam ketiga dalam kekacauan besar."Terang Ningrum.
"kak,apa yang akan terjadi jika arwah perawan yang ditumbalkan gagal?"tanya Gendis.
"Tentu saja arwah itu akan binasa dan hilang tak berjejak."jawab Ningrum.
"Gendis,apa yang kau fikirkan?"tanya Ningrum yang mulai merasa keanehan dari setiap pertanyaan -pertanyaan yang di ajukan Gendis kepadanya.
"Kak,apa mungkin kita bisa menolong arwah Nana?"tanya Gendis.
Jika ada orang lain yang berkata bahwa ia akan menolong arwah Nana maka Ningrum akan mendukung orang itu.Karena sebenarnya Ningrum pun merasa kasihan padanya.
Tetapi bagaimana bisa hal itu justru keluar dari mulut adiknya sendiri yang dimana ia yakin.Bahwa Gendis pun tau bahwa sekali mereka menceburkan kaki mereka ke hal-hal mistis seperti ini.Maka kehidupan mereka tidak akan pernah sama lagi.
"Apakah kau sadar dengan apa yang kau katakan?"tanya Ningrum yang mulai merasa amarahnya yang tadinya sudah reda perlahan naik kembali.
"Aku sadar."jawab cepat Gendisa.
"Gendisa Istantoro,apa alasannya coba katakan pada kakakmu ini?"tanya Ningrum yang berusaha menahan amarahnya.
"Aku tidak tau."jawab Gendis.
"GENDISA ISTANTORO."teriak Ningrum yang amarahnya akhirnya meledak.
Kemarahan tiba -tiba Ningrum tentu dapat dimengerti oleh Gendisa.Mereka telah hidup bersama sebagai saudara meskipun kenyataannya mereka adalah dua mahkluk yang berbeda.
Yang satu jin demit yang menerima kekuatan pinjaman sehingga mampu merubah wujudnya dan berbaur di antara manusia.Dan yang satunya manusia sejati yang dikutuk karena orang tuanya berkhianat.
Selama hidup bersama tentu tidak semua hal mudah bagi mereka.Tetapi karena mereka saling peduli dan saling menjaga.Mereka bisa mengatasi segala perbedaan dan permasalahan yang timbul karena jati diri mereka yang berbeda.
"Sebelum meninggal ayah memintaku untuk menjagamu dan memastikan bahwa kau tidak akan pernah terlibat dengan urusan gaib alam ketiga.Kau tau bukan apa yang paling ditakutkan oleh ayah selama hidupnya dan disaat ajal menjemput pun hal itu masih menjadi sesuatu yang menakutkan baginya."ucap Ningrum dengan nada tertahan karena mencoba untuk tidak kembali berteriak kepada adiknya.
"Aku tahu,ayah takut aku menjadi seperti iblis itu."lirih Gendisa.
"Gendis,selama ini kita hidup dengan menggabaikan mereka.Tidak peduli itu manusia maupun arwah,kita akan berpaling.Tetapi jika kali ini kau terlibat hanya karena arwah Nana.Kau telah pikirkan apa kemungkinan yang akan terjadi?"tanya Ningrum.
"Aku ...."
"Gendis,berikan cincin itu!kau tidak akan mendengar teriakan minta tolong Nana lagi jika kau tidak memegang cincin itu.Kakak akan pikirkan jalan lain untuk menolong Nana jika kau merasa bersalah."ucap Ningrum.
"Aku tidak tau kak,aku tidak tau kenapa aku seperti ini.Tetapi entah mengapa aku merasa jika aku berpaling,aku akan menyesali sesuatu." lirih Gendisa yang mencoba mengungkapkan isi hatinya walaupun ia tidak yakin dengan apa yang ia rasakan.
Ningrum terdiam memandang sosok Gendis yang seketika mengingatkannya akan masa lalu.Beberapa tahun belakangan ini Gendisa memang dikenal sebagai wanita yang dingin karena tidak pernah menunjukan ekspresi apa pun.Bahkan tak jarang ia dianggap sebagai wanita yang tak berperasaan.
Tetapi bagi Ningrum sosok Gendisa yang dingin itu lebih baik.Jika dibandingkan dengan sosok Gendis remaja yang hidup dalam keterpurukan dan rasa bersalah yang sangat dalam.
Terlepas dari kutukannya Gendisa adalah manusia dan tidak peduli seberapa keras ia menahan untuk tidak memperlihatkan emosinya bukan berarti emosi itu tidak ada.
Dan kenyataannya demi merasakan dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan emosi manusia yang beragamlah yang membuat Ningrum berusaha keras menjadi manusia.
"Sebaiknya kita temui dulu Nyai Laran."ucap Ningrum yang akhirnya mengalah.
"Kak...
"Tetapi bukan berarti aku setuju.Kita akan menemui Nyai Laran dan akan meminta pendapatnya."lanjut Ningrum.
"Aku mengerti."balas Gendis.
"Tetapi sebelum itu bukankah ada orang menyebalkan yang harus kita urus."ingat Ningrum.
***
Bermalam dirumah Soraya merupakan keputusan tiba-tiba Gendis yang akhirnya Ningrum ketahui alasannya.Walaupun cukup membuatnya sakit kepala dan menguras emosinya.Setidaknya mungkin ini saat yang tepat untuk mengakhiri hubungan penuh kepura-puraan dengan wanita ular yang licik itu.
"Gendis,kamu sudah mau pergi.Apa nggak bisa kamu temenin tante lebih lama lagi?baru kemarin Natalie dikuburkan.Tante takut sendirian Gendis."ucap Soraya dengan mengiba.
"Saya ada urusan."jawab singkat Gendis.
"Kalau gitu tante ikut sama kamu ya.Tante gak mau tinggal sendirian disini. Tante tinggal sama kamu aja ya."bujuk Soraya tanpa tahu malu.
"Tante mau tinggal dirumah saya buat apa?buat mencuri milik saya atau milik kak Ningrum?"tuduh Gendis.
"Apa maksud kamu Gendis?tante lagi sedih karena kehilangan Natalie.Bisa-bisanya kamu nuduh tante mau mencuri di rumah kamu padahal tante cuma mau ada yang nemenin tante."ucap Soraya dengan ekspresi wajah tersakiti dan mulai menangis.
"Kalau tante sedih dan nggak mau sendirian.Kenapa tante nggak minta sama laki-laki tua yang jadiin tante simpanannya itu untuk nemenin tante?apa tante ketahuan sama istri sahnya?"tanya Gendis tanpa rasa iba.
"Gendis,gimana bisa kamu ngomong begitu sama tante?pasti anak pungut ini yang udah bilang yang nggak-nggak tentang tante sama kamu kan?tante ini adik ibu kamu.Bahkan saat ibu kamu masih hidup,ibu kamu gak pernah biarin tante kesulitan,ibu kamu selalu bela tante."ucap Soraya dengan tangis yang semakin menjadi-jadi.
"Itu karena ibu nggak pernah tau kalau sebenarnya tante adalah w***********g yang suka goda suami orang.Bahkan nggak segan melemparkan tubuh telanjang tante ke tempat tidur kakak ipar tante sendiri."ucap Gendis dengan dingin.
Ningrum yang sejak tadi hanya diam dan memperhatikan.Seketika menyeringai senang setelah melihat ekspresi Soraya yang terkejut bukan main akan kata-kata yang diucapkan Gendis.
Tidak ada yang pernah melupakan apa yang terjadi pada malam belasan tahun silam baik Ningrum,Gendis,ataupun Nana.Mereka menyaksikan sendiri bagaimana Soraya mencoba untuk mengoda Broto Istantoro yang kala itu sedang jauh dari istrinya.
Dengan tidak tahu malu Soraya memasuki kamar pribadi kakaknya dan menggunakan semua hal yang ada disana.Mulai dari pakaian,parfum,dan make up.Soraya mencoba meniru penampilan sang kakak karena ia berencana untuk menggoda kakak iparnya.
Walaupun diawal rencananya berjalan dengan baik tetapi Broto adalah seseorang yang tak bisa Soraya goda.Broto adalah pria yang cinta mati kepada istrinya.Sehingga ketika mengetahui bahwa iparnya memiliki niat lain terhadapnya ia tidak diam saja.
Malam itu tanpa rasa iba Broto menarik tubuh telanjang Soraya keluar dari kamarnya.Makian dan hinaan Broto layangkan untuk adik iparnya yang telah berani menggoda dan mencoba untuk menyesatkan dirinya.
Tapi dengan tidak tahu malunya Soraya justru malah mengungkapkan rasa cintanya kepada Broto yang selama ini telah dipendamnya dan mengatakan kalau Broto seharusnya menjadi miliknya.
Yang tidak disadari oleh Broto maupun Soraya adalah keberadaan Ningrum,Gendis,dan juga Nana yang bersembunyi.Nana bahkan sampai menahan tangis dan rasa jijik melihat kelakuan ibunya yang kala itu mencoba untuk terus menggoda Broto.
Jangan tanyakan bagaimana Gendisa.Jika bukan karena Ningrum diam-diam merapalkan mantra penahan maka dapat dipastikan malam itu Soraya akan tercabik-cabik dengan sangat kejam.
Malam itu dengan amarah yang memuncak Broto mengusir Soraya dari rumahnya.Broto bahkan mengancam akan membuat hidup Soraya hancur kalau sampai Soraya mengatakan hal yang tidak-tidak kepada istrinya.
Broto memutuskan untuk menyembunyikan apa yang terjadi dari istrinya bukan karena Broto takut terhadap Soraya.Tetapi karena Broto tau bagaimana sang istri menyayangi adiknya itu.Ditambah rasa bersalah terhadap Nana yang kala itu menjadi penyesalan terbesar di hati istrinya.
Setelah kejadian itu Broto yang kembali melanjutkan hidupnya bersama keluarganya mendapatkan musibah yang tak terduga.Rumah yang ia dan keluarganya tempati terbakar hangus tanpa sisa.Untungnya ketika rumahnya terbakar ia dan keluarga sedang berpergian.
Kebakaran itu membuat Broto akhirnya membangun rumah baru dan atas saran dari kedua putrinya.Broto membangun rumah yang memiliki keamanan untuk ruangan-ruangan tertentu yang hanya bisa diakses oleh keluarga inti saja termasuk didalamnya kamar pribadi mereka.
Broto tidak pernah tau bahwa kebakaran yang menghanguskan rumah lamanya adalah perbuatan Ningrum dan Gendisa.Bagi Gendis yang tidak bisa mencabik-cabik Soraya malam itu karena dihalangi Ningrum.Jejak yang ditinggalkan Soraya sangat mengusik dirinya.
Ditambah lagi sang ayah yang karena menyembunyikan apa yang terjadi malam itu dari sang ibu.Tidak bisa membuang barang-barang yang saat itu dipakai oleh Soraya.Karena pada dasarnya semua itu adalah milik ibunya dan supaya ibunya tidak curiga.
Tetapi Gendisa berpikir lain jika sang ayah tak bisa maka ia bisa.Tidak hanya menghilangkan jejak Soraya dari kamar kedua orang tuanya tetapi juga menghilangkan jejak Soraya dari seluruh rumahnya.Gendisa meminta Ningrum membakar habis rumah mereka beserta isi didalamnya.
"Nggak cuma berusaha merebut suami kakaknya sendiri.Tante juga pencuri yang diam-diam sering ambil barang berharga ibukan."ungkap Gendis yang kemudian mengeluarkan cincin yang tergantung dilehernya dari balik bajunya.
Soraya yang sudah sangat terkejut seketika luruh ke lantai.Tidak ada pembelaan apa pun yang keluar dari mulutnya.Melihat cincin yang ada pada Gendisa mengingatkannya pada sosok pria yang selalu membuatnya tergila-gila yang sayangnya adalah suami kakaknya sendiri.
"Tante,jika boleh jujur saya ingin tante lenyap dari dunia ini.Tapi seperti yang tante bilang,tante adik ibu makanya saya bersabar sama tante.Tante tau kan saya sekarang yang pegang kendali penuh.Kalau tante nggak mau sisa hidup tante kaya dineraka sebaiknya sekarang tante hidup jauh-jauh dari saya.Sekali aja tante nampakin wajah tante dihadapan saya,saya dapat pastikan itu akan jadi hari terakhir tante menikmati hidup sebagai adiknya Sekar Wangi Istantoro."ancam Gendis dengan tatapan mata kejam dan aura mendominasi yang membuat seluruh tubuh Soraya gemetar ketakutan.
Ningrum sangat puas melihat Soraya yang hanya bisa gemetar ketakutan.Bisa Ningrum duga bahwa saat ini Soraya pasti sedang membayangkan seperti apa hidupnya jika haknya sebagai satu-satunya adik Sekar Wangi diambil paksa oleh Gendisa.
Jangankan bayangan hidup miskin,orang-orang dari masa lalu yang tertipu atau bahkan para istri sah dari pria-pria yang ia goda akan menjadi momok menakutkan baginya kalau sampai Gendisa mengeluarkannya dari perlindungan yang diwasiatkan oleh ibu mereka.